Part 2

31 3 0
                                    

-- Satu bulan kemudian --

Acara pameran seni rupa di sebuah kampus akhirnya di adakan. Seluruh mahasiswa turut hadir untuk menyaksikan berbagai macam jenis lukisan maupun patung dan keramik yang dibuat oleh para mahasiswa senior dan sudah di pajang di beberapa tempat. Para dosen dan tenaga pengajar lain juga datang untuk memberikan penilaian khusus bagi karya seni yang dibuat sesuai dengan temanya. 

"Ramai sekali..." Keluhan pertama datang dari mulut Junmyeon saat memasuki area kampus. 

Dia tidak pernah melihat keramaian yang seperti ini sejak berkuliah di sana. Cukup sulit juga baginya untuk mencapai gedung utama karena harus melewati banyak para penjual makanan maupun minuman di dekat pintu masuk gerbang. 

"Kemana aku harus pergi?" Lelaki itu justru dibuat bingung dengan tujuannya sendiri. Dia tidak bisa melihat jelas arah jalan karena dirinya sudah berada di tengah-tengah kerumunan orang. 

"Maaf.. Maaf..." Junmyeon harus merasa bersalah saat tidak sengaja saling bertabrakan dengan orang lain yang berlawanan arah dengannya. 

Setelah cukup lama berada di sana, akhirnya dia bisa memasuki gedung utama dengan kondisi tas ranselnya yang hampir terlepas dari punggungnya.

"Aish... Menyusahkan saja..." Junmyeon merapihkan pakaian yang dikenakannya terlebih dulu sebelum mulai berjalan ke sekitar. 

Banyak lukisan yang dipajang dengan rapih di sana. Beberapa orang juga sibuk memberikan penilaian sambil mendiskusikan sesuatu. Sementara bagi Junmyeon, semua lukisan terlihat sama di kedua matanya. Bahkan goresan warna cat yang tidak berbentuk mulai mengganggu penglihatannya sampai dia harus beralih ke ruangan lain. 

"Kenapa suasana di sini berbeda sekali dengan yang tadi?"

Ruangan lain yang di masukinya tampak lebih sepi jadi membuatnya bisa dengan leluasa melihat-lihat kembali pajangan di dinding tanpa terganggu oleh siapapun. 

"Oh?" Sampai dimana dia harus berhenti melangkah di depan sebuah lukisan.

Goresan detail alat lukis serta perpaduan warna yang halus, pasti akan membuat siapa saja akan mengagumi karya ini meskipun tidak mengerti sama sekali mengenai nilai seninya. Terlebih saat Junmyeon bisa mengenali dengan mudah siapa sosok yang menjadi model lukis karya ini.

"Rupanya dia sudah menyetujuinya waktu itu" Dia cukup terkejut saat harus mengingat kembali apa yang Chorong katakan satu bulan yang lalu. Perempuan itu sepertinya telah mengambil keputusannya sendiri tanpa alasan yang jelas. 

"Apa kau merupakan mahasiswa di kampus ini?" Seorang wanita mendekat. 

"Iya"

"Apa kau sudah mendapatkan stiker ini dari panitia?" Wanita itu menunjukkan benda yang dimaksud. 

"Belum"

"Kalau begitu, kau bisa mendapatkannya dariku"

Junmyeon menerima satu stiker kecil seukuran ruas jarinya. 
"Untuk apa stiker ini?"

"Untuk kau gunakan sebagai tanda suka pada salah satu lukisan yang di pamerkan"

"Tanda suka?"

"Benar. Sepertinya panitia belum menyampaikan hal itu kepada semua mahasiswa. Jadi setiap pelajar wajib memberikan dukungannya melalui stiker hati ini. Lalu bagi pelukis yang karyanya mempunyai stiker paling banyak akan mendapat izin jual dari pihak kampus dan juga mendapat nilai tambahan dalam menyelesaikan tugas akhirnya di sini"

"Apa aku hanya perlu memilih satu lukisan saja dari sekian banyak yang di pajang?"

"Iya"

"Baiklah, terima kasih banyak"

Double TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang