Part 19

21 4 0
                                    

"Lelahnya...." Chorong langsung menempati sofa ruang tamu tanpa bergerak sedikitpun. Dia hanya memantau kerja Junmyeon yang sibuk membawa beberapa tas nya dari mobil tadi. 

"Aku belum membayar ongkosnya" Perempuan itu merogoh bagian dalam tas kecil yang digunakannya. 

"Biar aku saja membayarnya" Junmyeon dengan cepat menyelesaikan transaksi sampai sopir taxi tadi bisa melanjutkan pekerjaannya ke tempat lain. 

"Ku pikir rumah ini akan berantakan lagi sama seperti aku pertama kali datang. Tapi sepertinya kau bisa menjaganya dengan baik" 

"Apa perjalanan membutuhkan waktu lama di kereta tadi?" Junmyeon memilih untuk mengalihkan pembicaraan. 

"Iya. Aku sedang menunggu kereta saat kau menghubungiku kemarin. Dan tiba di stasiun sini pagi hari"

"Bagaimana dengan mendiang Nenekmu?"

"Dia sudah dimakamkan dengan baik. Aku memanfaatkan waktu untuk bisa bersama kedua orangtuaku lagi. Dan bisa bertemu dengan keponakan pertamaku. Apa kau ingin melihat fotonya?" Chorong mulai sibuk mengutak-atik ponsel. 

Sementara Junmyeon menatap beberapa tas yang ada di dekatnya ini.
"Kenapa kau membawa banyak barang dari sana?"

"Ibuku mengemas banyak makanan untuk kita berdua"

"Apa?"

"Aku tidak bisa menyembunyikan rahasia itu lebih lama. Ayahku curiga lebih dulu setelah kau menjawab panggilan teleponnya waktu itu. Lagipula mereka juga banyak mengungkapkan rasa terima kasihnya padamu karena sudah berbaik hati seperti ini"

"Sampaikan salamku juga kepada mereka"

"Aku akan menyampaikannya nanti. Lihatlah... Bukankah dia sangat menggemaskan?" Chorong menunjukkan layar ponselnya ke arah Junmyeon. 

Lelaki itu mendekat bahkan sampai duduk di sebelah Chorong. 
"Iya. Apa dia perempuan?"

"Benar. Aku belum sempat memberikan hadiah apapun untuknya. Mungkin aku akan membeli gelang atau anting untuk digunakannya nanti. Dia terlihat lebih cantik daripadaku saat baru lahir dulu"

Junmyeon sedikit tersenyum bukan karena foto yang dilihatnya itu, tapi karena pengakuan dari Chorong sendiri. 

"Aku harus memasukkan makanan dari Ibuku ke lemari pendingin" Perempuan itu bangkit dari sofa menuju ke salah satu tasnya yang paling besar. 

"Biar ku bantu" Junmyeon ikut mendekat. 

Tangan mereka tidak sengaja bersentuhan sampai Chorong merasakan hal yang tidak biasa dari lelaki ini. 
"Tunggu.. Kenapa kulitmu terasa hangat?"

"Apa?"

Chorong memegang lengan polos Junmyeon. 
"Suhu tubuhmu berbeda dariku. Apa kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja" Junmyeon melepas kontak fisik dan hendak berjalan ke dapur. 

Namun dia kembali ditahan Chorong sampai mereka berdua sudah saling berhadapan. 

Perempuan itu dengan berani menyentuh dahi Junmyeon dan dahinya sendiri. Kegiatan itu berlangsung cukup lama sampai Chorong harus menyatukan kedua alisnya supaya bisa mengukur seberapa tinggi suhu tubuh lelaki ini. 

"A-apa yang kau lakukan?" Junmyeon sedikit menjauh lebih dulu. 

"Kau sakit?"

"Apa?"

"Masuklah ke kamar. Aku akan membuatkan minuman hangat untukmu"

"Tapi....."

Chorong sudah beranjak ke dapur dengan membawa dua tas besar di masing-masing tangannya. Dia melihat kondisi sana sangat bersih seperti saat di tinggalnya kemarin. Namun saat mendekat ke arah tempat pencucian piring, dia bisa mendapati adanya beberapa sisa sabun dari peralatan makan yang sepertinya baru saja di cuci bersih tadi. Tempat sampah yang hampir penuh juga menandakan kalau sang pemilik rumah masih pada kebiasaan lamanya dan belum bisa melakukan semuanya sendiri. 

Double TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang