7. di bumi, saat kamu sedih

11 3 0
                                    

7. di bumi, saat kamu sedih

Bumi masih berputar. Matahari masih terbit dari Timur. Hujan juga masih sering turun. Jadi, apa yang bisa dimakan sama Ajeng kalau susu buat dia alergi?

Ps: wajib dibalas!!!


Lagi, Ajeng menarik napasnya cukup dalam. Usai bercermin di toilet karena mengantar Bella ganti pembalut, akhirnya mereka keluar dari sana, kini berjalan beriringan pada sebuah koridor yang menghubungan mereka dengan kantin besar Taruna Bangsa. Di sana, Bella yang mendominasi percakapannya.

"Sumpah, Jeng! Demi apapun kemarin gue dichat sama Kak Musa."

"Perkembangan bagus," sahut Ajeng masih memandangi secarik kertas di tangannya.

Bella sesekali melirik, kemudian ia mengulum bibirnya dengan bola mata bergerak-gerak gelisah.

"Sekarang tuh kayaknya lagi jaman cowok ngejar-ngejar dengan brutal, ya. Buktinya, Kak Musa," kata Bella.

"Terus respon lo gimana?"

Wajah Bella merekah sempurna. Kini meloncat histeris di depan Ajeng dengan kedua pipi yang merona. Menyaksikan itu, Ajeng hanya mampu turut berbahagia. Ya, setidaknya, cinta pada pandangan pertama Bella sudah hampir terlihat ujungnya.

"Kemarin ngajak gue pulang bareng, tapi gue kan mahal, ya. Ya, gue tolak dong. Tapi, katanya, hari ini dia mau maksa gue." Bella menudldukkan kepala. Mesam-mesem sendiri di tempatnya. "Terus gue iya-in deh," cicitnya kembali hiteris.

Ajeng sampai bergidik di tempatnya. Bella benar-benar gadis yang menggebu-gebu. Ia pandai sekali mengekspresikan perasaannya. Seperti sekarang.

"Kalau misalnya, nih, Jeng, lo juga dikejar-kejar cowok secara brutal. Lo senang gak?" tanya Bella tiba-tiba.

Ajeng menoleh dan menatapnya dengan kerutan di dahi.

"Brutal gimana?"

Bella membuang wajah, jadi gugup tiba-tiba. Gadis itu terlihat semakin mencurigakan di mata Ajeng.

"Ya, misalnya ada yang suka lo secara terang-terangan. Gimana?"

"Ya gak gimana-gimana," jawab Ajeng, tapi Bella seperti tak puas dengan jawabannya.

"Tapi, kalau ada yang chat lo dan lo tahu orang itu suka sama lo, lo balas gak?" tanya Bella sekali lagi.

Ajeng diam sejenak, berpikir, tapi berikutnya mengangguk saja.

"Kalau penting gue balas," jawabnya singkat.

Bella mengangguk-angguk paham. Walau tak lama jadi senyum-senyum kembali dan bergegas lebih cepat, semakin membuat Ajeng merasa ada yang tidak beres di sana. Sampai kemudian mereka tiba pada meja yang sudah dipesan oleh Emi dan Aldi, detik itu Ajeng cepat-cepat melipat secarik kertas tadi dan menaruhnya pada saku rok hitamnya.


...


Sejak jam pertama, Alaska tak tenang di tempatnya. Bahkan sejak istirahat kedua berakhir juga kabar bahwa Bu Bina tak masuk ke kelas terakhir mereka, Alaska tetap tak tenang di sana. Arya dan Shaka menatapnya dengan gelengan kepala. Sementara Sadam sejak tadi hanya fokus menyalin catatan milik Alaska di sebelahnya.

"Cinta gak selamanya indah dek," sindir Arya seraya mengemasi buku-bukunya.

"Jatuh cinta kok sendirian, mandiri banget," tambah Shaka, ikut-ikutan merapikan bukunya ke dalam tas.

"Ya elah baru di tahap suka. Santai aja bor. Kalau jodoh gak ke mana," tambah Sadam lalu kembali diam.

"Tapi saingan di mana-mana," sahut Shaka dan Arya bersamaan, kemudian mereka berdua tertawa besar di mejanya.

about youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang