1. hari pertama dikenal olehmu

42 4 0
                                    

1. hari pertama dikenal olehmu.


Sepasang mata gadis itu akhirnya menangkap gerbang besar SMA Taruna Bangsa, sebuah sekolah yang saat itu banyak jadi incaran murid-murid baru, sepertinya. Tiga bus besar yang membawa mereka—murid baru—mulai berhanti satu persatu di tepi jalan untuk turut mengantarkan mereka menyambut sebuah hari yang panjang. Sebuah sekolah yang sering mendapat julukan "jembatan menuju masa depan", kini benar-benar mampu ia lihat dengan mata kepalanya.

Rambutnya panjang lurus, tingginya hanya sekitar 160 cm, punya garis wajah yang lembut dengan kedua pipi yang agak chubby. Gadis itu berpakaian rapih, lengkap dengan tas ransel putih yang ia gendong di punggungnya. Si gadis yang punya senyum paling cerah di antara murid-murid baru yang baru keluar dari tiga bus itu, ia bernama, Diajeng Anantari Ilham. Alumni SMP Melati dengan 4 teman lelakinya yang kini berdiri di sisi-sisi tubuhnya.

"Semoga ketemu jodoh."

Itu adalah suara Adinata Tatanegara, laki-laki bertubuh paling tinggi, tapi juga paling kurus di sana. Ia menyusuri pandangannya, sesekali berdecak lirih sebelum akhirnya menghela napas lelah.

"Jodoh gue masih di-cancle sama Tuhan," sahut Aldian Pranata, laki-laki dengan kedua tangan berkacak pinggang, ia memiringkan kepala, lalu tiba-tiba mendongak dan diam cukup lama.

"Anak-anak dari sekolah lain udah pada masuk. Ngapain kita masih di sini?" tanya laki-laki lain di sebelah kiri Ajeng.

Namanya, Fariz Al Farizy, kini mengambil langkah pertama, memimpin jalan mereka berlima. Langkah panjang Fariz diekori oleh Adinata dan Aldi, mereka berjalan beriringan di depan, sementara Ajeng ada di belakang mereka, bersama sosok yang sejak tadi diam dan membisu di sebelahnya, garis wajahnya datar, tapi dari sorot matanya, Ajeng mampu menangkap ada kekaguman di balik itu. Namanya, Fahmi Al Baihaqy, ya, saudara kembar Fariz.

"SMA Taruna Bangsa sangat bagus, ya, keren. Semua sudut sekolahnya kelihatan sangat-sangat menarik. Beruntung kita bakalan jadi salah satu bagiannya," kata Ajeng lalu berjalan lagi.

Entah bagaimana takdir mempertemukan mereka berlima, tapi siapa sangka jika mereka berlima adalah sahabat sejak kecil, bahkan selalu sekelas sejak TK. Dan sebagai perempuan satu-satunya, Ajeng jelas sudah sering menghadapi situasi paling buruk jika mereka saling ribut, tapi sejauh ini tak pernah ada keributan yang benar-benar besar terjadi, semoga memang begitu.

"Katanya, SMA Taruna Bangsa ini sekolah yang menyediakan jenjang pendidikan dari TK sampai SMA, ya?" tanya Ajeng pada lelaki di sebelahnya.

"Ya," balas Fahmi singkat.

Ajeng hanya mengangguk, mengerti. Kemudian kembali menyapu pandangannya pada sepenjuru lapangan SMA Taruna Bangsa yang pagi itu terisi penuh oleh murid baru seperti mereka, lengkap dengan berbagai macam seragam sekolah masing-masing, tapi tetap saja, satu-satunya yang paling menarik perhatian mereka jelas seragam dari SMP Taruna Bangsa, sebuah setelan rok biru lengkap dengan kemeja biru muda serta rompi abu-abunya. Sangat bagus, setidaknya itu batin Ajeng saat melihat salah satu murid memakainya.

"Mingkem, Jeng."

Aldi sampai menutup mulut gadis itu membuat Ajeng dengan sekuat tenaga menjauhkan diri dari sana.

"Terlalu banyak manusia, makin susah nyari jodoh kalau gini ceritanya," sambar Adinata semakin menjadi-jadi.

Fariz sendiri sudah ke tepi lapangan, terlihat tengah berbincang dengan murid-murid dari sekolah lain, seperti biasa, Fariz memang anak yang sangat ramah, sangat bertolak belakang dengan Fahmi yang sejak tadi diam di sebelahnya. Aldi sejak tadi sudah mengeluh kepanasan, sementara Adinata justru menyusul Fariz, katanya tadi sudah melihat tanda-tanda jodohnya, memang di antara mereka otak Adinata sepertinya yang paling miring.

about youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang