19. antara masa lalu dan cerita hari ini
Kebaya biru lengan panjang dengan balutan rok batik warna dark blue kini membalut tubuh kurus Ajeng. Rambutnya yang panjang sengaja digerai jatuh menjuntai. Tak ada riasan yang terlalu berlebihan. Sementara, Emi yang sejak tadi marah-marah karena kekasihnya tak mengangkat telfon itu, menoleh pada Ajeng dengan sorot mata tajamnya.
"Gue udah cantik belum?"
"Udah."
"Jangan cantik-cantik lah. Hari ini kan gue yang jadi bintangnya," sahut Bella, membuat mereka berdua menoleh kompak ke arahnya.
Ajeng hanya tertawa, kini duduk di kursi sebelah Bella yang kini duduk manis sedang didandani oleh MUA-nya.
"Gak nyangka, ya, lo yang naik pelaminan duluan," ucap Ajeng, tersenyum memandangi wajah ceria Bella dengan tatapan tak terbaca.
"Kenapa? Lo tiba-tiba mau nyusul juga?" sahut Emi, tersenyum jahil pada Ajeng.
Kening Ajeng berkerut. Memandangi Bella dan Emi secara bergantian. Namun, tak lama tawa Ajeng pecah.
"Apaan? Sama siapa? Ngaco lo!"
Walau begitu, Bella cukup tahu. Bella cukup mengerti alasan apa yang membuat Ajeng tak mau membuka hati lagi. Pada sebuah badai yang dulu mengguncang mereka, rupanya Ajeng jadi satu-satunya yang terbelenggu di dalamnya. Tak lama Bella dan Emi sama-sama menghela napas lelah.
"Gue ke depan dulu."
Tanpa kata, Emi pergi begitu saja. Ajeng tak peduli, tapi kemudian Ajeng menarik kursinya lebih dekat di sebelah Bella. Gadis cantik itu meraih lengan Bella dan memeluknya, tiba-tiba bersandar di bahu sahabatnya itu usai MUA-nya pergi dari sana.
"Selamat," bisik Ajeng, sorot matanya lurus menghadap cermin di depan mereka.
Bella tak bicara, menunggu Ajeng menyelesaikan kalimatnya.
"Selamat karena berhasil melewati badai hari itu."
Tak mau semakin terbelenggu, dan sayang jika riasan di wajahnya luntur, Bella lantas membuang wajah.
"Selamat untuk hal-hal baik yang akan lo lewati di hari-hari besok."
"Hmm. Agak melow, ya."
"Selamat jadi istri orang, sekarang gue bakalan ke mana-mana sendirian."
"Masih ada Emi."
"Emi punya pacar."
"Ya, lo cari juga. Masa iya lo ngekor gue?"
Ajeng semakin mengeratkan dekapannya. Ia mencebikan bibir sebal, merasa masih belum puas menghabiskan masa mudanya dengan Emi dan Bella.
Esok, akan berbeda. Esok, akan jadi cerita baru yang berbeda alurnya. Esok, esok semuanya akan selesai. Bella jelas selesai dengan masa lalunya dan akan hidup dengan cerita baru yang penuh bahagia. Emi juga akan lebih sering pergi dengan sang kekasih, mungkin tak lama menyusul Bella ke jenjang yang lebih serius lagi. Sementara, mungkin di antara mereka bertiga, Ajeng adalah satu-satunya orang yang belum menemukan titik cerita bahagianya. Usai hari itu, hidup Ajeng rasanya terhenti. Waktu seolah berhenti berputar. Bahkan di usianya yang sudah 27 tahun, Ajeng merasa masih tinggal di hari itu.
Ajeng menghembuskan napas panjang. Melepas cekalannya dan menatap Bella lekat-lekat.
"Gue mau menenangkan diri dulu."
"Dih alay!"
Walau menggelikan, tapi sumpah demi apapun, Bella adalah salah satu sahabat terbaiknya selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
about you
Teenfikceketika namamu mulai memudar, dan aku sudah tidak bisa lagi membuatnya abadi, tolong bisikkan pada daun yang jatuh bahwa di manapun kamu berada, kamu baik-baik saja. kita adalah pernah yang tak punya banyak episode untuk bersama. kita adalah sepasang...