29. hari ini senyumnya habis

6 0 0
                                    

29. hari ini senyumnya habis


Alaska berjalan mengendap-endap di belakang kelas 11. Sesekali menyapu pandangan, berharap tak ada murid lain yang menyaksikannya. Namun, seribu sayang, rupanya sosok Adinata menangkapnya dengan sorot mata tak percaya. Sahabat Ajeng itu berdiri di depan toilet umum seraya memandang Alaska dengan gelengan kepala. Tak lama, sosok Aldi muncul bersama Fariz, mereka bertiga akhirnya menatap Alaska dengan pandangan aneh. Mau tak mau, karena aksinya tertangkap basah, Alaska segera menghampiri mereka bertiga. Ia berjalan cepat, tak lupa membusungkan dada agar rasa percaya dirinya bertambah. Kemudian Alaska tersenyum lebar, juga tangan yang mulai menepuk bahu Adinata—sok akrab.

"Ngapain kayak maling di belakang kelasnya Ajeng?" tanya Aldi, curiga.

"Siapa? Gue? HAHAHAHA."

Tapi, suara tawa Alaska rupanya tak mampu meruntuhkan kecanggungan di sekitarnya. Kini laki-laki tampan itu mulai garuk-garuk kepala, malu sendiri. Fariz menghela napas panjang, sekali lagi menatap Alaska dari atas sampai bawah, mencari-cari bagian mana yang membuat Ajeng jatuh cinta. Meski Fariz tahu laki-laki tengil ini memiliki pesona yang tiada dua, tetap saja, resiko jatuh cinta dengan Alaska juga bukan main. Fariz hanya tidak ingin Ajeng kenapa-napa hanya karena cinta yang tidak selayaknya.

"Oh, masih sama Ajeng, ya?"

Alaska menganggguk mantap. Meyakinkan mereka bertiga bahwa hubungannya dengan Ajeng baik-baik saja.

"Masih!"

"Kirain udah enggak," sahut Adinata, sewot sendiri.

Bagaimana Adinata tidak curiga jika selama seminggu terakhir Ajeng selalu menelfonnya sambil menangis gara-gara Alaska. Semua bermula karena hal sepele itu, dan berakhir Ajeng didiami oleh laki-laki ini. Cih! Memangnya Alaska siapa seenaknya membuat Ajeng patah hati, sementara mereka sudah bersusah payah menjaga hati Ajeng agar baik-baik saja?

"Siapa yang bilang begitu, Bor? Ada-ada saja hahaha."

"Terus hubungan lo sama Analisa Djuanda apa?" tanya Fariz, tanpa basa-basi.

Alaska terlalu buang-buang waktu seminggu terakhir, dan Fariz tak ingin sahabatnya menghabiskan waktunya untuk menangisi laki-laki tidak jelas seperti ini.

"Sumpah! Gak ada apa-apa! beneran!"

Aldi membuang wajah, juga bagaimana kini ia bersiap untuk melenggang dari sana.

"Terus kenapa gak pernah nemuin Ajeng lagi? Kenapa lari dari kenyataan kayak gini?" tanya Adinata, geram sendiri.

Alaska menggeleng di tempatnya, ia mengelak semua ucapan teman-teman Ajeng, tapi di saat yang bersamaan lidahnya kelu sekali untuk berucap. Entah kenapa, melihat bagaimana tingkah Alaska hari ini, Fariz merasa sedikit kasihan. Berikutnya, Fariz menepuk punggung Alaska sebelum kemudian pergi dari sana.

"Yah, gak lama game over."

Setelah mengatakan itu, Adinata ikut-ikutan pergi begitu saja. Sementara, Aldi jadi satu-satunya orang yang berdiri kokoh di depan Alaska, menatap Alaska dengan sorot mata tak terbaca, juga bagaimana kini ia mengulurkan tangannya di depan Alaska.

"Sini, kotaknya biar gue yang jaga."

Alaska menundukkan kepala. Garis wajahnya datar. Hatinya tidak terima mendapat penolakan mentah-mentah dari sahabat Ajeng. Padahal, Alaska benar menyukai Ajeng, bahkan mungkin kini perasaannya mulai berlebihan. Akan tetapi, sepertinya kali ini jalannya akan lebih sulit apalagi di hubungan ini mulai banyak tangan yang mencampurinya. Tapi, Alaska juga tidak menyalahkan, karena permasalahan ini juga datangnya dari dirinya.

"Harus sampai ke Ajeng dengan baik."

Aldi mengangguk saja, lama-lama kasihan dengan Alaska. Seminggu terakhir, warga sekolah benar-benar membela Ajeng sepenuhnya. Dan intensitas Alaska di Taruna Bangsa perlahan-lahan meredup, apalagi saat Alaska tak segera menyelesaikan kesalahpahamannya. Berangkat dari kesalahan yang sederhana, kini menjadi masalah serius yang tidak pernah Alaska duga. Kini, kisah mereka resmi melegenda di setiap sudut Taruna Bangsa tercinta. Entah Alaska harus senang atau sedih, tetap saja Ajeng tidak mau berkomunikasi dengannya. Semua aksesnya menemui gadis itu, sudah sepenuhnya diblokir oleh Ajeng.

about youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang