SHS - 20

124 16 2
                                    

•••

Jarvis Malik Hakan
Alisa Mumtaza Zahra
Darren Alfarezi

***

Jarvis mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi bersama Darren. Dia sangat khawatir dengan kondisi Yusuf. Tiba di lokasi ia melihat Alisa sedang menangis. Mereka berlari menghampiri Alisa.

"Kak Jarvis." Alisa tambah menangis. "Tolongin Yusuf, Kak."

"Iya," kata Jarvis berusaha menenangkan Alisa. "Sebentar lagi ambulans datang."

"Yusuf," panggil Darren ketika melihat badan Yusuf mulai melemah.

Tak ada jawaban dari Yusuf membuat Alisa semakin menangis. Ia berteriak-teriak memanggil nama adiknya.

Tak lama dari itu ambulans datang. Dua orang perawat laki-laki mengeluarkan brankar dari mobil. Mereka buru-buru membawa Yusuf ke rumah sakit Permata Hijau.

Selama perjalanan Alisa menggenggam erat tangan Yusuf. Ia berdoa kepada Allah agar memberi pertolongan. Karena kondisi Yusuf drop salah satu perawat itu memasangkan selang infus.

Alisa mencoba menelepon orang tuanya. Namun, tidak kunjung diangkat juga. Kenapa susah sekali dihubungi? Pikiran Alisa semakin berkecamuk. Apakah mereka baik-baik saja.

Dari nomor yang sama mengirimi Alisa sebuah pesan beserta foto. Ia begitu terkejut melihat kedua orangtuanya sedang disekap di ruangan kotor. Alisa meraung-raung meminta untuk secepatnya ke rumah sakit.

Ketika kecepatan ambulans itu semakin bertambah membuat Jarvis dan Darren paham kalau Yusuf sedang sekarat. Mereka berdoa semoga saja Yusuf selamat sampai ke rumah sakit. Karena bisa dilihat bahwa luka di kakinya cukup parah. Bahkan kepala anak itu juga sempat terkena balok kayu.

"Tolong hubungi Tegar sama yang lain," suruh Jarvis.

Darren langsung membuka ponselnya menggunakan kata sandi. Tegar tampak terkejut mendengar kabar buruk itu. Dengan cepat Tegar dan Shana bergegas ke rumah sakit Permata Hijau.

****

Dua puluh lima panggilan tak terjawab dari anak sulung Sulaiman. Namun, ponsel itu berada di tangan para penjahat. Sulaiman tidak tau mengapa mereka menyekap dirinya dan Lastri.

Sepasang suami istri itu sedang berusaha untuk melepaskan diri dari lilitan tali. Mulut mereka dilakban tiga lapis. Sampai-sampai mata Lastri berair karena tak kuasa menahan rasa sakitnya.

"Ya Allah, tolonglah kami," ucap Lastri dalam hati.

Ada dua laki-laki bertubuh tinggi, besar, wajahnya galak sedang menjaga mereka agar tidak kabur. Tiba-tiba datanglah sosok manusia memakai topi dengan tongkat bisbol di tangan kanannya lalu berjalan menghampiri Sulaiman dan Lastri.

Laki-laki itu tersenyum mematikan lantas membuka paksa lakban yang terpasang di mulut orang tua Alisa.

"Luka ini tidak seberapa dibandingkan sakit yang dialami keluarga saya saat kehilangan orang paling kami sayangi," ucap laki-laki tersebut.

"Siapa kamu? Berani-beraninya membentak saya!" seru Sulaiman.

"Saya adik dari Adinda Anggraini. Perempuan yang anda bunuh tiga tahun silam," ucap Lukka pelan tetapi menusuk. "Dan hari ini mungkin saja salah satu diantara kalian akan meninggal dunia."

Sky High School { The End }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang