SHS - 21

123 14 0
                                    

Jarvis Malik Hakan
Alisa Mumtaza Zahra
Darren Alfarezi

•••

Seorang pengacara bersama Idris datang menemui Sulaiman di penjara. Begitu marahnya Sulaiman ketika harus menerima hukuman dari kesalahan yang tak pernah ia lakukan.

"Saya bukan pembunuh!" tekan Sulaiman.

"Saya tahu tetapi kamu harus menerima ini semua," balas Idris.

"Ini semua kesalahan kamu Idris! Kenapa saya harus menanggungnya?" Sulaiman menonjok wajah kakaknya.

Seorang pengacara bernama Angga itu berusaha melerai mereka. Namun, tetap saja Sulaiman dan Idris adu mulut.

"Jadi adik itu harus tahu diri, Aiman! Selama ini kamu selalu dimanjakan oleh ayah. Semua harta warisan hampir menjadi milik kamu," marah Idris.

"Bukannya ayah sudah membagi rata semuanya!" balas Sulaiman.

"Kalau sudah rata kenapa kamu malah mau-mau saja waktu disuruh jadi direktur? Sedangkan posisi kamu dulu sedang meneruskan bisnis ayah dibidang kuliner!" Idris masih ingat ketika ayahnya selalu pilih kasih.

"Karena ayah yang nyuruh saya, Idris!" bentak Sulaiman. "Kamu harus bertanggung jawab atas semua yang telah kamu perbuat! Keluarkan saya dari penjara ini!"

"Sayangnya semua bukti menyatakan kalau kamu pembunuhnya," ucap Idris tersenyum miring. "Jadi nikmatilah hukumanmu!"

Idris beranjak pergi membuat Sulaiman semakin gencar ingin mengumpat laki-laki berwatak tegas itu.

"Brengsek!" Sulaiman mengebrak meja dengan sangat keras. "Saya akan buktikan kalau semua tuduhan itu salah!"

Sulaiman menoleh Angga dan memintanya untuk duduk sebelum dua menit lagi jam besuk habis.

"Kamu sudah menemukan bukti?" tanya Sulaiman.

Angga mengambil sesuatu dalam tasnya. Laki-laki berumur sekitar 28 tahun itu cukup piawai dalam urusan memenangkan kasus.

"Ini foto dari rekaman CCTV yang terjadi pada tahun 2015." Angga memberikan kertas yang berisikan foto pelaku. "Di sini saya curiga pak Hukum dan pak David sedang bekerja sama."

Sulaiman mencermati gambar tersebut dengan saksama,"Apa mungkin yang membunuh Adinda itu mereka?"

"Tidak, tapi saya yakin mereka punya kaki tangan," ungkap Angga.

Seorang polisi masuk dan mengatakan bahwa jam besuknya sudah berakhir. Angga pamit dan besok ia akan kembali lagi dan membawakan banyak bukti.

****

"Lo ceroboh, Lukka," kata sosok yang baru saja datang dan duduk di sampingnya.

Lukka tak peduli dengan ucapan laki-laki itu. Ia masih santai memakan pilus. Menikmati angin malam di balkon rumahnya.

"Kenapa lo nyuruh orang buat nyelakain Yusuf?" tanya laki-laki bernama Dion.

"Dengan cara itu gue bisa nangkap bokapnya," balas Lukka enteng.

"Gue akui lo memang gila, Ka." Dion geleng-geleng kepala. "Adek Alisa sekarang dinyatakan lumpuh oleh dokter."

Sky High School { The End }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang