SHS - 29

113 11 2
                                    

23 Maret 2019

Alisa termenung melihat jalanan kota Jakarta yang penuh dengan sepeda motor. Kata Bapak mereka tinggal di sini karena Alisa harus mendapatkan perawatan medis yang baik. Setahun yang lalu ketika ia ingin menyebrang jalan ditabrak oleh mobil hingga membuat kepalanya sedikit cedera.

Koma selama enam bulan membuat Sulaiman dan Lastri bekerja keras agar bisa membayar biaya rumah sakit.

"Kakak mau jalan-jalan ke depan nggak?" tanya Yusuf.

"Mau," balas Alisa.

"Aku pamit dulu sama bapak dan ibu, ya, Kak." Yusuf pun menghampiri kedua orang tuanya.

Setelah mendapat izin, mereka berdua pergi dengan raut bahagia. Baru kali ini Alisa jalan-jalan di kota Jakarta. Kota ini sangat ramai, banyak sekali anak-anak seumuran mereka menghabiskan waktu di taman.

"Kakak mau es krim, Dek," pinta Alisa.

"Boleh, tapi ukuran kecil aja, ya, Kak," kata Yusuf. Ia mendorong kursi roda Alisa sampai ke depan penjual es krim.

Ingatan Alisa tentang Sky High School itu sudah menghilang meskipun belum sempurna. Ia terkadang dejavu ketika pergi ke suatu tempat. Apalagi ke taman ini seolah-olah pernah mendatanginya.

"Dek, kenapa Kakak merasa pernah lihat orang itu, ya?" tunjuk Alisa kepada seseorang yang sedang berdiri memegang bola basket.

Yusuf mengikuti arah telunjuk Alisa. Ia mendapati seorang laki-laki mengenakan seragam sekolah SMA Bina Nusantara.

"Jangan bercanda, Kak." Yusuf pun tertawa. "Kakak aja baru pulang dari rumah sakit."

"Tapi, Kakak yakin pernah liat orang itu," ucap Alisa yakin.

"Sudahlah, lebih baik kita pulang aja. Kayaknya cuaca panas bikin kakak berhalusinasi," kata Yusuf diselingi tawa.

Pandangan Alisa masih kepada laki-laki tersebut. Senyumannya membuat ia teringat sesuatu. Oh, ternyata orang itu pernah Alisa lihat di televisi sebagai pemenang olimpiade renang.


****

Jarvis memakai seragam sekolahnya—SMA Bina Nusantara. Setelah kecelakaan tahun lalu membuat ia selalu dijaga oleh pengawal suruhan David. Padahal Jarvis bisa menjaga diri.

"Papa nggak mau kalau kamu kalah di lomba renang bulan ini," ujar David.

"Iya," balas Jarvis.

"Om Benny hari ini mengajak kita untuk makan malam bersama," kata David dan Jarvis hanya mengangguk mengiakan.

Sudah hal biasa bagi Jarvis makan bersama sebelum olimpiade renang. Jangan heran kalau Jarvis selalu menjadi pusat perhatian dan dibanding-bandingkan dengan anak kepala sekolah yang begitu bandel.

"Papa dengar kamu berkelahi lagi dengan Darren?" David selalu mendapat kabar Darren dan Jarvis membuat masalah.

"Lagian dia yang salah, Pa!" kesal Jarvis.

"Tugas kamu itu fokus belajar dan renang. Jangan buat masalah, Jarvis. Apalagi berkelahi dengan anak kepala sekolah!" marah David.

"Terserah Papa." Jarvis mengambil tasnya lalu keluar dari kamar.

Menjadi pusat perhatian membuat Jarvis cukup lelah. Banyak sekali perempuan yang mengincarnya. Sampai-sampai ia kewalahan menerima hadiah seperti saat ini.

Sky High School { The End }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang