SHS - 16

136 18 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Jarvis Malik Hakan
Alisa Mumtaza Zahra
Darren Alfarezi

°°°

|Sky High School|

***

Mata Alisa berkaca-kaca saat melihat nama Suci Malika tertulis di batu nisan. Ia tidak bisa berkata-kata, napasnya seolah-olah tercekat. Alisa berjongkok lalu menunduk menahan tangis.

Jarvis dan Darren mengerti bagaimana perasaan Alisa saat ini. Mereka berdua pun ikut berjongkok di samping kanan dan kiri Alisa lalu meletakkan dua buket bunga di makam Suci.

Mereka berdoa dalam hati untuk almarhumah Suci agar diberikan Allah ketenangan dan dilapangkan kuburnya.

Setelah itu mereka berpamitan pulang. Alisa meletakkan balon-balon yang ia pegang dekat batu nisan Suci sambil berkata,"Balonnya buat kamu aja, Suci."

Ketika mereka telah menjauh dari tempat pemakaman. Balon-balon itu terbang mengudara ke angkasa seakan-akan Suci menerima pemberian Alisa dengan bahagia.

****

"Kenapa kamu tega ngunciin Alisa di toilet, Karina!" seru Lukka.

"Aku disuruh Kristal ngelakuin itu, Lukka," ujar Karina.

Lukka tak percaya mendengar penuturan kekasihnya. Dia tahu betul Karina orang baik. Pasti ada alasan dibalik itu semua. Lukka tipe pacar yang sangat perhatian dan peka.

"Karena aku butuh uang," ungkap Karina dengan berlinang air mata. "Buat bayar SPP."

Lukka menghela napas kasar lantas mengacak rambut,"Uang itu nggak berkah, Rin."

"Terus aku harus gimana, Lukka? Orang tuaku bangkrut. Itu jalan satu-satunya biar aku bisa membayar SPP," kata Karina terisak-isak.

"Cari beasiswa, lo cerdas Karina! Nggak mungkin pihak sekolah nolak lo," ujar Lukka.

Air mata Karina semakin bercucuran di depan kekasihnya. Ia tak kuasa terlihat lemah seperti ini. Ia juga takut Lukka akan pergi karena tahu kalau Karina hanya gadis miskin.

Lukka membawa Karina ke dalam dekapannya. Dia menbelai pelan rambut perempuan itu,"Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa, Sayang."

Pelukan hangat Lukka menenangkan Karina. Perlahan-lahan tangisannya berhenti. Dia mendongak menatap laki-laki dengan wajah campuran Tionghoa menambah aura tampan.

"Jangan lakuin itu lagi, ya," pinta Lukka.

Karina mengangguk pelan lantas tersenyum lebar karena Lukka masih menyayanginya.

Dari kejauhan ada dua pasang mata sedang mengamati Lukka dan Karina. Mereka sama-sama bersedekap dada sambil duduk di bangku di bawah pohon.

"Dasar bucin," cibir Jarvis.

Sky High School { The End }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang