SHS - 28

93 9 0
                                    

Ini adalah hari terakhir yang dijanjikan oleh Hakim. Mereka bertiga bersiap untuk menanti pukul sembilan malam dan bintang jatuh dari rumah masing-masing. Alisa mulai ketakutan ketika melihat rumah yang penuh cahaya tiba-tiba berubah menjadi gelap gulita. Satu persatu, wujud asli dari para jin itu menampakkan diri. Yang selama ini ia tinggal bersama dengan makhluk halus menyerupai keluarganya.

"Tolong," teriak Alisa berlari keluar rumah.

Alisa melihat jam tangan pukul setengah sembilan. Ia berlari ketakutan karena ketiga hantu atau apalah itu mengejarnya. Yang tadinya seperti kota Jakarta berubah menjadi hutan belantara.

"Aku harus ke mana lagi?" Alisa bingung.

Tiba-tiba Alisa teringat perkataan kakek Hakim. Kalau jarum jam ini akan menjadi penunjuk jalan dan jangan pernah menoleh ke belakang apa pun terjadi.

Alisa berlari sekuat tenaga sampai jam menunjukkan pukul tepat sembilan malam. Ia melihat langit yang penuh dengan bintang. Lalu kemudian setelah beberapa saat, ada bintang jatuh. Alisa pun mengikuti arah ke mana bintang tersebut.

Ketika jarum panjang menunjukkan di angka 3. Kaki Alisa menapak sebuah jalan setapak lalu memancarkan cahaya. Tiba-tiba, terbukalah sebuah pintu bercahaya. Dengan cepat Alisa melangkah ke sana.

"Akhirnya," ucap Alisa.

Disisi lain, Jarvis dikejutkan dengan David yang tiba-tiba menodong pistol dengan wajah hancur dan lidah menjulur keluar. Ia berlari sambil melemparkan barang-barang yang ada di rumahnya. Tiba-tiba, semua berubah menjadi gelap gulita. Jarvis berusaha kabur, tetapi jin yang menyerupai David itu mengunci Jarvis di dalam kamar.

"Tolong," teriak Jarvis.

Jarvis berusaha agar bisa keluar, tetapi tidak bisa sebab jin itu menahan Jarvis untuk tetap di sini. Pikirannya buntu membuat ia semakin takut. Jam tangan pemberian kakek Hakim lima belas menit lagi pukul sembilan malam.

Jarvis terkejut ketika rumah itu tiba-tiba runtuh. Ia berlari mencari perlindungan karena jin tersebut masuk dengan wajah hancur serta tubuh hitam, tinggi seperti raksasa.

Keajaiban yang luar biasa, jam tangan itu mengeluarkan cahaya yang berisikan bahasa arab. Jarvis sangat tahu kalau itu adalah ayat kursi. Ia pun dengan cepat membacanya. Secara perlahan-lahan kaki Jarvis yang kaku mulai tergerak.

Jarvis berlari sambil mengingat perkataan kakek Hakim. Apa pun yang terjadi, jangan pernah menoleh ke belakang. Hingga pada akhirnya ia keluar dari sana. Suasana yang gelap gulita, kini berubah sedikit cerah akibat adanya bintang jatuh.

Jarvis mengikuti arah bintang jatuh tersebut. Tiba saatnya, ia menginjak sebuah cahaya kemudian masuk ke dalamnya.

"Terima kasih, Ya Allah," ucap Jarvis bersyukur.

Sementara Darren terikat di tiang basket Sky High School. Ia memejamkan mata karena banyak sekali makhluk halus di sana. Siswa dan siswi yang ia anggap teman ternyata jin. Di sana ia melihat ada Adinda tergantung di toilet melotot ke arahnya. Rambut panjang tergerai begitu kusut. Begitu pula Kristal berjalan pincang dengan tubuh penuh dengan lumuran darah.

"Astaghfirullah, Ya Allah. Tolonglah hamba." Tak henti-hentinya Darren menyebut nama Allah.

Diantara mereka bertiga, Darren adalah sasaran utama. Ia masuk ke kota jin karena memakan sesajen di hutan teralang saat kemah. Hingga ia cukup sulit untuk keluar dari sini.

Sampai-sampai Hakim kewalahan menarik Darren untuk kembali. Energinya sudah habis terpakai oleh Jarvis dan Alisa. Kini ia angkat tangan mengembalikan Darren.

"Ya Allah," ucap Darren saat hantu Kristal mendekatinya.

Banyak sekali jin mengelilingi Darren seperti sedang ada pesta. Mereka menatap Darren dengan tatapan tajam.

Sky High School { The End }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang