SHS - 27

100 7 2
                                    

Setelah dipikir-pikir lagi, mungkin saja perkataan kakek Hakim itu benar. Sisa waktu Alisa tinggal dua hari lagi. Apa yang harus ia lakukan? Tidak ada petunjuk di sini. Apakah ia ke toko Your Dreams, tetapi kata kakek Hakim  harus pada saat bintang jatuh ketika pukul 21.00.

"Kakak lagi ngapain?" tanya Yusuf.

"Nggak papa, Kakak lagi menikmati angin malam," balas Alisa.

Sudah seminggu Yusuf keluar dari rumah sakit. Meskipun menggunakan kursi roda, tetapi raut wajah adiknya tetap ceria. Alisa tidak akan memaafkan siapa pun jika Yusuf benar-benar meninggalkan saat itu. Namun, sekarang adalah ia yang harus pergi.

"Maafkan, Kakak, ya." Alisa tak sanggup melihat wajah Yusuf saat ini. Ia hanya menatap langit yang penuh dengan bintang. "Kakak belum bisa menjaga kamu."

"Kenapa Kakak meminta maaf. Ini adalah takdirku," kata Yusuf tersenyum manis.

"Kalau nanti kakak tiba-tiba pergi. Tolong jaga diri baik-baik, ya, Yusuf." Alisa pun menyamakan posisinya dengan Yusuf. "Bisa?"

Yusuf mengangguk pelan. "Janji."

"Kenapa kalian masih di luar? Nanti masuk angin, Yusuf, Alisa." Suara perempuan cantik itu membuat mereka menoleh seketika.

"Iya, Bu." Alisa pun mendorong kursi roda Yusuf masuk.

Pandangan Alisa mulai mengabur, suara bapak, ibu dan adiknya sayup-sayup di telinganya. Ia melihat jam dinding menunjukkan pukul 12. 00. Keadaan itu tidak berlangsung lama hanya sekita lima menit. Posisi Alisa masih berdiri. Ketika jarum panjang di angka 1. Suasana kembali seperti semula.

"Alisa, kamu lagi mikirin apa?" tanya  Lastri.

"Nggak ada, Bu." Alisa masih tak percaya dengan apa yang tiba-tiba terjadi padanya. "Aku masuk ke kamar dulu."

Benar-benar aneh, bukan kali pertama ia merasakan ini. Bahkan setelah pindah dari desa Alaska ke Jakarta. Selama itu ia merasakan seperti kehilangan kesadaran pada pukul sembilan malam, 21.00. Ia pikir hanya efek kelelahan, tetapi setelah bertemu dengan kakek Hakim. Ia menjadi penasaran dan ingin bertanya, apa yang terjadi dengannya?

Jawaban yang tepat adalah pada hari ketiga setelah ia menemui kakek hati. Yaitu besok lusa, di mana akan ada bintang jatuh pada pukul 21.00. Waktu di mana Alisa mengetahui siapa dia sebenarnya. Mengapa ia berada di sini?

Setelah beberapa kali memejamkan mata memaksa diri untuk tertidur, tetapi Alisa terjaga sampai pagi. Ia tidak tenang, seolah-olah dirinya meminta untuk secepatnya kembali. Namun, ia tidak tahu harus ke mana?

"Ada apa ini sebenarnya?" tanya Alisa kebingungan sendiri. 

Suara gemericik air hujan membasahi bumi sudah mulai terdengar begitu deras. Angin kencang membuat gorden kamar Alisa terlepas.

"Astaghfirullah." Alisa terkejut.

Ia berlari menuju kamar orang tuanya karena ketakutan. Namun, mengapa mereka tertidur pulas seolah-olah tidak merasakan apa-apa.

"Pak, Bu," panggil Alisa sambil menggoyang-goyangkan tubuh orang tuanya.

Namun, ia seperti sedang berada di dimensi lain. Mereka tidak melihat dan mendengarkan Alisa. Aiman dan Lastri terbangun karena kuatnya petir dan deras hujan.

"Pak, Bu," panggil Alisa tetapi diabaikan.

Alisa mengacak rambutnya frustasi lalu pergi ke kamar Yusuf. Ia melihat Yusuf sudah terbangun, tetapi tidak menyadari kehadiran Alisa.

"Dek," panggil Alisa.

Namun, Yusuf bisa berdiri tanpa ada bantuan kursi roda. Apakah dia sudah sembuh? Mengapa rumah mereka tiba-tiba berubah? Padahal ia tidak tidur sama sekali.

Sky High School { The End }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang