Sejak kembalinya Haechan ke istana, Hina tidak pernah jauh-jauh dari suadaranya itu meskipun masih belum sadarkan diri. Namun meski demikian tabib bilang jika Haechan masih butuh banyak istirahat dan keadaan Haechan sudah stabil.
Hina pergi untuk mandi ketika sore sudah menyambut, setelah ini ia akan menyuapi Haechan dengan makanan yang sudah dihaluskan seperti biasanya.
Namun rupanya mereka kedatangan tamu, Mark berpapasan dengannya dilorong istana,
"Bagaimana dengan keadaan Haechan?" Tanya Mark,
"Dia masih belum sadarkan diri, tabib bilang kondisinya stabil jadi tidak perlu khawatir," jawab Hina,
"Aku akan menjaganya hari ini," kepala Hina hanya mengangguk ketika mendengar hal itu, kemudian mereka pergi ke kamar mandi.
Ketika Mark membuka pintu kamar Haechan, Mark terkejut ketika melihat Haechan yang duduk diatas kasurnya."Haechan? Haechan kau sudah sadar?" Mark berjalan tergesa kearah Haechan, meraih tubuh Haechan lalu berakhir memeluknya.
"Kau siapa? Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa izin?" Haechan mendorong tubuh Mark agar melepaskan pelukannya.
Mendengar penuturan Haechan membuat Mark bingung, pikirannya langsung mengarah pada kemungkinan terburuk dimana Haechan kehilangan ingatannya.
"Haechan, kau tidak mengingatku?" Tanya Mark,
"Aku tidak mengenalmu sama sekali Tuan, dan kau terlihat seperti bukan rakyat biasa," Haechan melihat penampilan Mark dari atas hingga kebawah,
Mark masih terdiam ditempatnya sebelum dirinya memanggil tabib yang berjaga dilorong menuju kamar Haechan untuk memeriksa keadaannya. Kabar Haechan yang sudah sadar langsung menyebar dan semua orang langsung berkumpul dikamar Haechan termasuk Johnny dan Ten.
"Keadaan Pangeran Haechan stabil, namun karena dia cukup lama menghilang sepertinya Pangeran kehilangan sebagian ingatannya," jelas tabib, semua orang tentu saja terkejut,
"Ada kemungkinan Pangeran mengalami trauma selama berada di Erebos," mendengar kata Erebos tubuh Haechan seketika itu menegang dan kepalanya terasa sakit, membuat anak itu mengaduh sambil memegangi kepalanya.
"Pangeran!" Tabib buru-buru memberikan instruksi agar Haechan bernafas dengan teratur sembari menenangkan anak itu.
"Haechan, Ibu disini," Ten berpindah ke samping Haechan, menggenggam tangan anaknya dengan erat, dan itu cukup membuat Haechan merasa aman.
Haechan meraih tangan Ten dan memeluknya, ia tidak mengerti kenapa ia sangat merindukan ibunya itu, ia tidak mengingat apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini, apakah dia sakit? Perkataan tabib tentang dirinya yang kehilangan ingatannya membuat Haechan menjadi semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.
--025--
Malam sudah menyambut, meskipun tabib bilang jika Haechan masih perlu istirahat, namun mata Haechan sepertinya tidak mau terpejam. Haechan bangkit dari posisinya, membuka jendela kamar untuk melihat langit malam dan merasakan hembusan angin malam yang rasanya sudah lama tidak ia rasakan.
"Berapa lama aku tidak bangun?" Gumam Haechan, ia naik ke pinggiran jendela lalu duduk diantaranya.
Ketika Haechan menatap ke luar jendela, ia melihat ada sosok yang familiar sedang duduk dikursi yang ada disebelah kolam ikan.Haechan turun dari posisinya dengan mudah, tubuhnya terasa lebih ringan daripada sebelumnya, entah kenapa. Dan dalam sekejap ia sudah berdiri dihadapan sosok yang pertama kali dia lihat saat terbangun.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZODIAC (MARKNOHYUCK)
Fiksi PenggemarSemua orang selalu menginginkan kekuasaan, bahkan Haechan sendiri yang hanyalah pengembara yang ingin mengetahui dunia lebih luas, tak hanya terbatas pada kerajaannya saja. ...