mengemudi

22 6 0
                                    

"Eh? Disini ada kursus mengemudi?" kata Anya kaget.

"Ada. Rata-rata, orang disini harus bisa mengemudi untuk membawa hasil perkebunan dan peternakan," jawab Jo lalu memasukan potongan wortel kedalam mulutnya.

"Jadi uncle Jo mau jadi guru di sekolah mengemudi?"

"Benar sekali!"

"Kok kayak kartun yang itu ya!" batin Anya.

Hazel datang dengan dua botol susu kaca ditangannya. "Susu segar dari sumbernya!" lalu dua botol itu diletakkan dihadapan Anya.

"Susu apa ini?" Anya mengambil salah satu botol itu lalu memperhatikan nya secara seksama.

Hazel duduk disebelah kursi Anya. "Susu kambing!"

Anya melotot kaget. "Kambing juga punya susu!"

Jo tertawa terbahak-bahak. "Kambing itu mamalia seperti sapi, jadi punya susu. Karena orang lebih suka susu sapi, susu kambing susah ditemukan. Coba ke minimarket. Susu sapi bisa penuh satu rak, tapi apa ada susu kambing?"

Anya tertawa malu. "Oh gitu. Baru tahu."

"Mangkanya An, kalau pas pelajaran akademik itu bangun bukannya malah tidur," sahut Hazel tertawa puas.

"Enak aja! Aku belajar ya!"

"Belajar apa? Otak lo isinya bulutangkis semua!"

Ditengah itu, Kelly datang dengan panci sedang penuh dengan  sup jangung. Aromanya benar-benar sedap. Anya sampai tertegun. Tak pernah ia mencium bau seenak ini.

"Wah, apa ini aunty? Enak banget baunya!" ucap Anya antusias. Ia terus saja menikmati bau sup jangung itu.

"Sup jagung. Anya suka jagung?" jawab Kelly.

Anya mengangguk antusias. "Suka! Suka!"

"Apa yang Anya tak suka."

Hazel pun membantu aunty nya untuk menata makanan di meja. Ada sup jagung, ada pie apel, pasta, ayam panggang dan juga susu kambing yang diambil Hazel tadi.

Sebenarnya Anya ingin bantu, cuma dilarang oleh Hazel. Anya juga senang-senang saja, tak pernah ia merasakan dijamu oleh orang lain. Biasanya, iya yang menjamu.

Ada enam kursi di meja itu. Anya duduk berhadapan dengan Jo, sementara Kelly duduk disebelah Jo dan Hazel duduk disebelah Anya.

Hazel menuang sup jagung ke mangkuk Anya, sementara Kelly sibuk memotong ayam panggang yang bentuknya masih satu ekor utuh.

"Nah, makan yang banyak biar cepet tinggi!" Hazel meletakan mangkuk yang berisi sup jagung dihadapan Anya.

Anya menerimanya dengan gembira. "Terimakasih!" Ia pun menyendok sup itu lalu memasukannya kedalam mulut. "Enak banget!"

"Kelly memang juaranya dalam memasak!" sahut Jo dengan bangga.

Kelly tertawa lalu memasukkan beberapa potong ayam panggang ke mangkuk Anya. "Biar makin enak, tambah ayamnya!"

"Terimakasih aunty!"

Anya makan begitu lahap. Rasa manis jagung berpadu dengan gurihnya ayam membuat gadis itu ingin menangis saking nikmatnya. Jangankan sup jagung, dapat nasi ketika di panti asuhan saja sudah untung.

"Oh iya, kakak kamu tadi kesini. Dia nangis karena rumah kamu yang dulu kosong." Ditengah-tengah makan, Jo membuka suara yang membuat Hazel langsung kehilangan selera makan.

"Tapi uncle nggak kasih tahu rumah ku yang baru kan?" Jawab Hazel tak berminat.

"Enggak kok. Tapi sebenarnya uncle kasihan."

"Ngapain kasihan? Apa dia kasihan pas aku ditabrak sama orang suruhan kerajaan? Dia malah sibuk pacaran sama Putri Selena! Mana katanya yang mau mengangkat derajat keluarga?"

Semuanya terdiam ketika Hazel berapi-api. Entah otak Anya yang pendek atau Hazel yang belibet, Anya masih tidak mengerti tentang Putri Selena di keluarga Lorenza.

Apa hubungannya kakak Hazel yang pacaran dengan Putri Selena dengan Hazel yang ditabrak oleh utusan kerajaan?

"Em aunty, apa aku boleh minta ayamnya lagi? Enak soalnya." Sembari mengulurkan mangkuk, Anya cengegesan. Niatnya ingin mencairkan suasana, tapi kesannya malah tidak tahu malu.

Kelly tersadar lalu tertawa. "Boleh. Kalau semuanya juga tidak apa-apa."

Suara telepon dari handphone murah Hazel mengganggu acara makan mereka. Raut muka Hazel langsung berubah ketika melihat siapa yang menghubungi nya.

"Aku keluar dulu ya cari sinyal!" pamit Hazel dingin. Ia berdiri lalu meninggalkan meja makan.

Meninggalkan Anya yang kebingungan. "Emang sinyal bisa dicari?"

Hampir saja Jo menyemburkan makanan yang ia kunyah.

"Bukannya telpon tinggal telpon? Kenapa harus cari sinyal?"

"Karena disini pedesaan. Sinyal telepon susah menyambung ditelepon, hanya beberapa tempat agar suaranya bisa bagus. Kamu kan di Melawa, disana ibukota ya sudah pasti sinyal nya kuat," jelas Kelly.

Sebenarnya baik Kelly dan Jo tahu kalau  'mencari sinyal' Hazel itu lain. Ya walaupun memang disini susah sinyal, apalagi Hazel menggunakan kartu sim telepon 10 ultra yang sudah pasti susah sinyal disini.

"Oh gitu ya. Anya nggak punya telepon. Punya pun percuma, nggak ada yang Anya hubungi."

"Bukan nggak ada, tapi belum ada," balas Jo yang sepertinya berusaha melupakan sikap Hazel tadi.

"Ya tetap percuma lah. Kan pacar nya Anya ada Asrama Atlet juga," sahut Kelly.

"Enggak! Orang yang kayak aku mana ada yang suka!"

Jo dan Kelly tertawa melihat Anya yang panik. Seru juga mengerjai teman keponakan mereka ini.

"Maaf ya sikap Hazel tadi. Keluarga nya sekarang sedang tidak baik-baik saja," ucap Jo sedih.

Anya tersenyum maklum. "Nggakpapa kok. Mungkin emang masalahnya sangat besar. Baru kali ini aku lihat Hazel semarah itu, biasanya dia selalu kalem walaupun dihukum berat oleh pelatih."

"Gimana kalau setelah makan, kita coba mengemudi? Sekalian uncle mau coba jadi guru," tawar Jo.

"Aku? Kenapa? Aku nggak bisa mengemudi."

"Sebenarnya uncle mau minta kepada Hazel, tapi anak itu makan murung seharian ini. Mau ya!"

Anya menimang tawaran dari Jo. Emangnya ini tidak apa-apa? Kalau dia nabrak pohon gimana? Kalau di kecelakaan gimana?

Tapikan Jo ini guru mengemudi. Pasti sudah ahli. Akhirnya, Anya memantapkan diri. Mungkin suatu hari nanti dia bisa memiliki mobil pribadi sendiri.

"Iya uncle. Mohon bantuannya!"
.
.
.
.
.
.
Anya mau belajar mengemudi nih?

Gimana ya? Apakah tidak akan menabrak pohon?

Sebelum itu, follow akun ini biar nggak ketinggalan ceritanya.

See you.

Golden and Blue.
Story by assitami.

Tbc

Golden and BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang