Anya tak ingin merusak mood nyonya besar Gustav. Gadis itu hanya diam menunduk sambari mengunyah makanan nya pelan. Tak berani melirik kanan kiri.
Sementara Bianca makan sarapannya dengan anggun dan sesekali melirik Anya. Apa dirinya menakutkan? Apa dirinya sudah keterlaluan saat itu? Dirinya terus mengintrospeksi diri.
Tak lama Amando Gustav bergabung. Tak seperti istri kebanyakan, Bianca membiarkan suaminya itu mengambil roti sendiri dan mengoleskan selai coklat juga sendiri.
Begitu dingin disini. Apa ini adat keluarga Gustav? Makan tak boleh bersuara? Kalau Anya dan Violet, sudah riuh seperti ayam berkokok walaupun hanya makan roti kering hampir gosong.
"Rachel sudah masuk. Apa kau sudah minta minta maaf?" suara Amando memecah kesunyian.
"Sudah," jawab Anya lirih. Ia tetap menunduk agar tidak ketahuan berbohong.
"Tumben kartu kredit mu tidak membengkak. Kau tidak pergi shopping sama temen-temen mu?" lanjut Amando.
Teman? Sejak kapan si sombong Angel itu punya teman? Kalau punya pasti sudah mendatangi Anya sejak awal. Apa Angel berbohong? Kasihan sekali.
"Aku cuma lagi bosen belanja," jawab Anya sekenanya. Ia tak punya ide saat ini.
"Begitu."
Bianca diam seakan tak perduli. Suasana kembali hening. Tak ada obrolan. Anya sendiri tak tahu apa obrolan yang pas untuk konglomerat seperti mereka. Yang dipikirannya cuma makanan enak dan bulu tangkis saja.
Seorang satpam rumah masuk dengan langkah tegap lalu menunduk sopan dihadapan Amando. Ditangannya ada sebuah amplop coklat sedang.
"Tuan Gustav. Ini ada titipan kurir katanya dari keluarga Blenski. Undangan private golf," jelasnya sembari menyerahkan amplop tersebut ke Amando.
Amando membukanya lalu dibaca secara seksama. Golf, olahraga orang kaya. Anya tak pernah memainkannya. Tak ada cabang olahraga tersebut di Asrama Atlet Melawa. Selain jarang dimainkan secara skala internasional, cabang golf sangat mahal.
Kalau saja Anya dibolehkan ikut, pasti dia akan cerita kepada anak cucunya kelak.
"Mereka mengundang kita semua," ucap Amando.
Bianca tak bereaksi. Ia mengelap bibirnya dengan tissue lalu berdiri. "Aku tidak ikut. Kalian saja." pergi begitu saja setelah berkata seperti itu.
Amando berdecak pelan melihat sikap Bianca. "Sepertinya aku juga tidak bisa."
"Em Dad, bukannya tidak baik menolak tawaran itu? Sesekali tidak apa kan?" sambar Anya yang tak mau melewatkan golf.
"Aku sibuk."
"Siapa tau tuan Blenski juga ingin berbicara sesuatu selain golf. Banyak orang-orang yang membicarakan proyek sembari main golf kan?"
Amando menimang perkataan Anya. Bagaimana Anya tau soal itu? Beberapa coach nya bercerita sedikit tentang olahraga cabang golf. Dan sepertinya itu benar. Anya melihat Amando yang terpengaruh kalimat nya.
"Baiklah. Kita pergi."
Hampir saja Anya berteriak kegirangan. Salah satu impian Anya, memainkan olahraga orang kaya. Yah, semoga saja nantinya Anya bisa main lagi.
Tapi tunggu sebentar! Sepertinya nama Blenski tidak asing.
Oh tidak! Mateo Blenski.
.
.
.
.
.
."Waktu kamu sudah tidak banyak lagi Anya! Kau harus cepat putus dengan Zavier dan Gio!"
Anya menghela napas berat. "Kau sudah mengatakan nya seribu kali Lona! Kau pikir gampang? Zavier itu tidak pernah muncul! Dan Gio seperti setan. Suka ngilang!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Golden and Blue
Teen FictionJadi Atlet itu menyenangkan, tapi tidak lebih menyenangkan dari menjadi orang kaya. Itulah yang Anya pikirkan. Setiap hari berhayal bisa menjadi orang kaya dan hidup enak. Hingga suatu hari ia menabrak Angel menggunakan mobil. Sebagai ganti rugi, A...