Berkali-kali Anya melirik pintu UGD yang masih saja tertutup. Apa dia dobrak saja agar bisa mengetahui keadaan orang yang ia tabrak? Dokter itu sangat lama. Anya sudah sangat tidak sabar.
"Semua administrasi sudah uncle bereskan." Jo datang lalu duduk didepan ruang UGD bersama Anya.
Anya tersenyum. "Terima kasih uncle. Maaf tak bisa ikut bayar. Untuk makan saja aku sangat kesusahan."
"Kan sudah uncle bilang. Ini semua salahku. Sebagai guru mengemudi, dilarang mengangkat telepon saat mengajar. Apa yang aku lakukan saat itu? Aku membiarkan kau mengemudi sendirian."
Anya menghela napas berat. Ia masih saja kepikiran. Ia takut. Takut kalau masalah ini berdampak pada cita-cita nya menjadi atlet bulutangkis.
Apalagi dari penampilan gadis yang ia tabrak itu seperti konglomerat yang sering bersanding dengan orang kerajaan. Sudah pasti orang tua nya tak terima
Anya hanya bisa menyatukan tangan dan berdoa agar segalanya baik-baik saja.
"Oh, jadi kalian yang menabrak majikan saya?" suara marah menghancurkan lamunan Anya dan Jo.
Anya dan Jo menoleh bersamaan. Seorang wanita muda, sekitar 20 tahunan, dengan seragam rapi kemeja putih dan rok pajang hitam datang langsung marah-marah.
Tadi, ponsel gadis yang Anya tabrak itu berbunyi karena panggilan masuk. Dengan santainya, Jo mengangkat telpon dan menjelaskan semua yang terjadi. Tentu saja Jo mendapatkan amukan dari orang tersebut.
Dan sekarang ini adalah lanjutan dari amukan tersebut.
"Kalau tidak bisa menyetir, tak usah menyetir! Lihat, apa yang kalian perbuat? Bagaimana kalau terjadi sesuatu?" Cerocos wanita itu tanpa henti.
Anya menunduk takut. Ia tak punya kalimat yang bisa melawan wanita itu.
Suasana tegang, Jo berdiri dan berusaha meluruskan semuanya. "Maaf nyonya. Ini sepenuhnya salah saya. Saya mengajari anak ini mengemudi tapi melepaskan nya begitu saja. Jadi, semua ini salah saya."
Wanita itu hendak mengamuki Anya, tapi dihentikan oleh seorang dokter yang keluar dari ruang UGD. Ternyata gadis itu sudah sadar dan sudah bisa dijenguk.
Langsung saja wanita itu berlari masuk ke UGD lalu diikuti Anya dan Jo. Di ruang UGD rumah sakit kota Zerka ini nampak kosong, hanya ada satu pasien korban tabrak Anya. Alkohol, obat, desinfektan begitu menyengat diruangan ini. Anya sedikit pusing ketika menghirup nya.
"Nona! Nona tidak apa-apa?" Tanya wanita itu heboh.
Anya dan Jo mendekati korban yang mereka tabrak. Gadis itu dan Anya saling berpandangan terkejut. Wajah mereka sama persis. Rambut pirang nya, mata biru nya, wajah cantiknya, dan semuanya. Seperti fotokopi.
Gadis itu menunjuk Anya. "Kau! Siapa kau! Kenapa kau bisa sangat mirip denganku!"
Jo ikut terkejut, tapi langsung sadar dan memperkenalkan diri. "Maaf, kita adalah orang yang menabrak kamu. Saya Jo dan dia adalah Anya."
Anya menunduk sopan kepada korban yang ia tabrak. "Maafkan saya! Saya terkejut saat anda melintas didepan saya. Saya tidak sempat mengerem."
Bukannya membahas kecelakaan yang ia alami, gadis itu malah terpaku dengan wajah Anya. "Kau! Kenapa muka kau bisa mirip dengan ku! Apa kau operasi plastik? Kau ingin mirip dengan ku?"
Anya memegang wajahnya sendiri. "Tidak. Ini asli."
"Bohong! Kau mengubah wajahmu, agar bisa menusukku dari belakang kan? Tak usah berdrama!"
"Kita ini baru saja bertemu, untuk apa aku menikammu dari belakang? Aku ini orang miskin, makan saja susah! Mana kepikiran untuk operasi plastik!"
"Udahlah! Ngaku aja! Elo fans fanatik gue kan?"
Semuanya langsung terdiam. Level narsis gadis itu pasti sudah dalam tahap tidak bisa ditolong lagi.
Anya pun bersikap tegas. "Terserah apa kata mu. Wajah kita sama bukan kesengajaan, kau pikir aku mau satu wajah dengan mu?"
Gadis itu bedecih pelan.
Wanita yang berseragam putih-hitam angkat bicara. "Daripada membicarakan wajah, lebih baik membicarakan kejadian yang sebenarnya."
Anya langsung menyerobot. "Kenapa kau bisa ada disana sementara itu jalan kosong? Dan kenapa kau berlari di jalan raya?"
Gadis yang duduk di brangkar rumah sakit itu menatap Anya sinis. "Gue ada disana bukan urusan lo!"
Susah payah Anya bersikap biasa menghadapi gadis itu. "Terus kenapa kau lari-lari ditengah jalan seperti itu? Apa kau sudah gila?"
"Mau gue lari kek, gue jalan kek. Bukan urusan lo! Gue kayak gini itu salah lo!"
Amarah Anya langsung meledak. "Gue udah coba baikin elo ya! Tapi kelakuan lo kayak bajingan kayak gini! Gue hajar lo!" Anya hendak menyerang gadis itu. Tapi ditahan oleh Jo.
"Jangan tahan aku uncle! Biarkan aku menghajar bajingan ini!" Anya meronta-ronta di dekapan Jo.
Jo susah payah menahan tenaga Anya yang tak main-main. "Sabar Anya! Kita harus menyelesaikan baik-baik."
Gadis yang ditabrak Anya tersenyum miring. "Benar itu! Kalau lo keberatan, gue bisa sih bawa ke pengadilan."
Anya langsung kicep. Ia langsung berdiri tegak dan tegang. Tubuhnya seketika dingin. Pengadilan? Jangan bercanda! Kalau sudah sampai sana walau hanya sekedar laporan, hidup Anya sudah hancur.
"Eh, jangan seperti itu. Kita bisa kan pakai jalur kekeluargaan?" Kata Anya manis.
"Benar. Apalagi Anya ini belajar dalam bawah bimbingan saya. Biar saya saja yang menangung semuanya," Timpal Jo.
Gadis itu bersedekap dada. "Tidak bisa. Ini sudah tindak kriminal. Bukan begitu Lona?"
Wanita yang disamping nya, Lona, setuju dengan perkataan tersebut. "Benar. Kalian berdua harus dipenjara!"
Air mata Anya tiba-tiba saja mengalir. "Jangan! Aku mohon! Kalau aku sampai berurusan dengan polisi, aku gagal menjadi atlet nasional! Tolong!" Ia mencangkup kan tangan memohon.
Gadis itu tertawa. Tertawa karena merasa menang. "Baiklah! Kalau begitu, gue ada syarat."
"Apa itu?"
"Gantikan posisi gue selama sebulan. Gue janji, gue nggak bakal gangu hidup lo."
.
.
.
.
.
.
Waduh, apa yang direncanakan nya kepada Anya?Sebelum lanjut, jangan lupa follow akun ini biar nggak ketinggalan ceritanya.
Golden and Blue.
Story by assitami.Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/348084782-288-k692112.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden and Blue
Teen FictionJadi Atlet itu menyenangkan, tapi tidak lebih menyenangkan dari menjadi orang kaya. Itulah yang Anya pikirkan. Setiap hari berhayal bisa menjadi orang kaya dan hidup enak. Hingga suatu hari ia menabrak Angel menggunakan mobil. Sebagai ganti rugi, A...