hari kelima 2

14 4 1
                                    

Anya agak menyesal tidak mengucir rambutnya. Rambutnya kusut karena dibawa terbang oleh angin. Salahkan juga Mateo yang tidak membawa helm cadangan.

"Oh ya satu lagi!" kata Mateo yang membuat Anya langsung menatapnya. "Jangan libatin gue soal Rachel. Kalian benar-benar kayak anak kecil!"

Sedikit yang Anya tahu. Rachel suka dengan Mateo dan sepertinya Angel tidak suka dengan Rachel. Maka dari itu Angel jadian dengan Mateo untuk memanas-manasi Rachel.

"Gue janji! Gue bakal nurutin apa yang lo mau!" seru Anya lalu tersenyum manis.

Tiba-tiba saja jantung Mateo berdetak lebih cepat. Sudah biasa bukan kalau Angel mengobral senyum didepannya? Kenapa kali ini berbeda? Senyum nya terasa polos dan ceria secara bersamaan.

Tak mau gadis yang ada dihadapan nya ini menyadari, Mateo menutup wajah Anya dengan tangannya. "Muka lo jelek!" setelah mengatakan itu, Mateo melepaskan tangannya lalu pergi begitu saja.

Anya merengut kesal sembari memegang mukanya sendiri. "Dasar cowok aneh!"

Keributan melanda. Ternyata ada sebuah sedan hitam mewah datang. Setelah berhenti sempurna, si sopir keluar lalu membukakan pintu untuk penumpangnya.

Anya terus memperhatikan orang yang turun dari mobil tersebut. 3 orang turun secara bergiliran. 2 orang membantu 1 orang yang berjalan kesulitan. Orang yang sulit berjalan, Rachel Morena, berjalan perlahan dan dibantu oleh dua temannya. Yura dan yang satu Anya tak tahu.

"Di foto handphone nya Lona, rambut Rachel merah dan kenapa sekarang pirang?" gumam Anya heran.

Anya menaikan bahunya acuh. Ia memilih untuk berbalik badan lalu pergi. Sayang, sebuah suara menghentikan langkah Anya.

"Angel anjing! Jangan kabur lo!"

Anya menghela napas berat. Mau tak mau Anya berbalik dan melihat siapa yang mencacinya. Siapa lagi kalau bukan Rachel, Yura dan satu lagi yang Anya baru tahu dari nametag nya yaitu Dena.

"Gue kira elo udah mati berdiri gara-gara dimarahin nyokap lo," ejek Rachel dengan wajah menyebalkan.

"Hampir. Tapi gue masih hidup sekarang," jawab Anya sekenanya.

Rahang Rachel mengeras karena musuh nya masih saja santai. Padahal ia mau gadis yang ada dihadapan nya ini depresi, kalau perlu ya bunuh diri.

"Tapi kalau elo mau tahu, gue nangis dimarahin. Gue sakit hati," tambah Anya. Dirinya terlalu jujur.

"Bagus. Tapi gue lo lebih menderita daripada ini!"

Anya menghela napas. Baru pertama kali bertemu tapi langsung pusing dibuatnya. Kini Rachel memberikan sumpah serapah nya kepada Anya. Benarkah dia sedang sakit?

"Harusnya elo tuh jadi babu Rachel! Gara-gara lo, dia susah jalan! Lo harus tanggung jawab!" kompor Yura.

"Kan ada elo yang jadi babu. Ngapain gue repot-repot." Anya menunjuk Dena. "Dia juga. Udah banyak kan banget. Lebih berguna lagi!"

Dena melongo tak terima. "Apa! Enak aja! Gue bukan babu ya! Gue emang tulus bantu!"

"Bagus itu tulus. Aku tidak ada tulus-tulusnya. Udah ya! Aku ke kelas dulu!" kini Anya benar-benar tidak perduli dengan tiga orang itu.

Rachel sangat kesal dengan kelakuan Angel kw alias Anya dan hendak menjambaknya. Lupa kalau kakinya terkilir, Rachel terduyung dan mengajak kedua temannya untuk terjatuh.

"Awas aja lo Angel!"
.
.
.
.
.

Yang ditunggu-tunggu oleh Anya, Angel bercerita sendiri tentang hidupnya. Walau hanya sekedar video call, Angel nampak tak terpaksa ketika bercerita.

"Jadi semalem mommy pulang?" tanya Angel.

Anya mengangguk. "Dia marahin gue gara-gara bikin Rachel terkilir."

"Yah. Udah gue duga sebenarnya. Dia emang tukang ngadu. Sumber masalah gue 70 persen dari dia."

"Tapi gue udah putus sama Mateo. Jadi Rachel nggak bakalan buat ulah!"

Angel nampak terkejut. "Beneran?"

Anya mengangguk antusias. "Nggak susah ngajak Mateo putus."

"Bagus. Sebenarnya emang gampang putus sama Mateo, yang susah itu sama mamanya Mateo. Tapi nggakpapa, itu urusan gue. Gue juga udah muak sama Mateo. Kalau Gio?"

"Dia tukang ngilang. Kadang ada, kadang enggak."

"Emang gitu. Bilang aja gini, kita putus dan rahasia lo aman sama gue. Gue tau rahasia dia, mangkanya gue ancem biar dia mau jadi pacar gue."

Anya memasang wajah datarnya. "Dasar penindas! Emang rahasia Gio apasih? Jadi penasaran!"

"Namanya juga rahasia. Nggak bisa disebar. Gini-gini gue suka nepatin janji! Udah, lakuin aja! Tapi yang paling penting sih, elo harus bisa putus sama Chiko."

"Gue mau nanya. Elo punya banyak pacar biar nggak kesepian kan?"

Pertanyaan Anya sukses membungkam Angel. Seperti tepat sasaran. Wajah yang datar membuat Anya tak bisa mengira kalau dia sedih atau biasa saja dengan pertanyaan tersebut.

"Kalau pun kesepian, gue nggak mau elo jadi saudara gue buat nemenin. Jangan ngimpi!"

Setelah itu Angel mematikan sambungan video call nya. Sudahlah. Memang Anya tak bisa banyak berharap. Cuma Hazel yang berada di pihak nya, walau dia tak bisa membantu apapun.

Bell sekolah berbunyi nyaring, tanda istirahat telah berakhir. Anya bangkit dari duduknya, menepuk rok yang sedikit kotor karena tanah, lalu berjalan meninggalkan lorong menuju gudang itu.

Ketika berada dibelokan, mata Anya membulat melihat seorang cowok celingukan mencari sesuatu. Dia, Chiko. Cowok yang dicari-cari oleh Anya.

Daripada kehilangan kesempatan, Anya melangkah mendekati Chiko. Beruntung, Chiko menyadari keberadaan Anya dan secepat kilat sudah berada dihadapan.

"Ayang! Ayang kemana aja! Aku kangen tau!" seru Chiko bahagia.

Anya sedikit kaget. Dari semua pacar Angel, Chiko yang berkata lembut dan penuh cinta. Baguslah. Setidaknya dia tidak takut seperti berhadapan dengan Mateo.

Anya pun memasang senyum terpaksa nya. "Hai Chiko. Kok elo nggak kelihatan dari kemarin?"

"Lah, bukannya udah cerita kalau aku pergi ke luar negri sama mami papi aku? Kamu lupa?"

Pantesan!

"Berarti bolu blueberry itu bukan dari elo ya? Kan elo ke luar negri."

"Ya kan bisa custom beberapa minggu. Bukan nya selalu gitu."

Niat sekali. Dia pesan bolu blueberry agar bisa diantar walaupun dirinya berada di luar negri. Luar biasa! Angel sangat beruntung memilikinya.

"Terimakasih ya bolu nya. Bolu nya enak," ucap Anya sembari tersenyum manis.

Chiko tertegun. Dengan secepat kilat dia mengeluarkan smartphone nya lalu memotret wajah Anya. Berhasil!

Sementara objek yang difoto hanya bisa melongo kaget. "Chiko! Elo ngapain!"

"Foto kamu! Cantik banget!" Chiko menunjukan layar smartphone yang bergambar Anya.

Anya malu. Menurutnya, gambar yang diambil oleh Chiko sangat jelek. "Chiko hapus!" ia berusaha meraih smartphone Chiko, tapi cowok itu berhasil menghindar.

Terjadilah adegan kejar-kejaran seperti film India. Mungkin beberapa orang yang melihat nya romantis, tapi tidak bagi Anya. Ini menyebalkan!

"Angel! Chiko! Apa yang sedang kalian lakukan!" teriak lantang seseorang.

Chiko dan Anya kompak berhenti lalu menoleh. Ternyata seorang guru. Anya menelan ludahnya kasar karena guru tersebut membawa rotan dengan wajah garangnya. Mengingat kan dirinya saat pelatihan dasar dengan coach tim nasional negara Melawa.

"Habislah!"
.
.
.
.
.
Golden and blue.
Story by assitami.

Like part ini sebelum ke part yang lain.

Tbc

Golden and BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang