first school

14 4 1
                                        

Semenat Kota Melawa. Satu-satunya sekolah paling elit yang ada di negara Melawa. Mungkin Asrama Atlet Melawa juga elit, tapi disana tidak ada mobil mewah ketika datang. Biasanya, Asrama Atlet Melawa menggunakan bis agar tidak ada ketimpangan sosial.

"Jangan bertingkah norak seperti itu Anya! Sekolah kau juga elit bukan? Kenapa malah seperti baru melihat mobil mewah?" ucap Lona geregetan.

"Asrama Atlet Melawa itu memang elit. Tapi dikarenakan kita harus menjadi satu tim disegala kondisi, kita dibuat sama. Tidak terlihat mana yang kaya, mana yang miskin." Anya terus saja menempelkan mukanya dikaca mobil. "Ini seperti pawai mobil mewah. Keren sekali!"

Beda orang, memang beda perilaku. Lona pesimis Anya bisa melakukan hal ini atau tidak. Gadis ini sama sekali tidak ada elegan nya, malah cenderung ke norak.

"Baiklah dengar, didalam sana kau harus langsung kedalam kelas. Sudah aku tunjukan di rumah, kalau lupa kau bisa membuka map yang ada di smartphone. Satu lagi!" Lona memaksa Anya untuk memutar badan agar lebih fokus. "Bersikaplah sombong didalam sana! Jangan tersenyum sedikitpun!"

Kata-kata Lona sangat tajam. Anya hanya bisa mengangguk patuh. Lona sangat puas melihat nya.

Anya pun membuka pintu mobil sendiri lalu turun secara perlahan. Tak mau berbasa-basi, Lona langsung melajukan mobil untuk kembali ke rumah mewah keluarga Gustav.

"Dasar Lona jahat! Pelayan sama tuan sama aja!" Umpat Anya.

Dengan wajah cemberut, Anya melangkah kan kakinya melewati gapura Semenat Kota Melawa. Sesekali ia mencuri pandang melihat pos jaga keamanan Sekolah ini. Lebih besar dari sekolahnya, pikir Anya.

Belum ada seratus meter dari gapura, Anya sudah dihadang oleh seorang gadis berambut merah menyala. Ketika Anya melangkah ke kanan, ia menghadang, begitu juga saat Anya melangkah ke kiri.

"Kenapa?" suara Anya jengah sembari bersedekah dada.

"Kenapa? Lo yang kenapa!"

Apakah dia Rachel Morena? Sepupu Angel yang diceritakan Lona. Apakah orang ini akan mengajaknya berkelahi?

"Bisa-bisanya ya elo muncul di sekolah setelah apa yang lo lakuin ke Rachel!" lanjut nya dengan nada membentak.

Ternyata bukan Rachel. Tapi memang gadis ini mengajaknya berkelahi.

"Ini sekolah umum. Bukan milik kakek moyang lo. Gue bebas keluar masuk," balas Anya dengan nada sombong. Ia merasa sudah mirip dengan Angel.

Gadis rambut merah menyala itu melongo lebar. "Dasar psikopat gila! Tidak punya hati! Murahan! Bajingan! Kasihan banget Rachel punya sepupu iblis kayak elo!"

Semua orang yang baru datang ke sekolah langsung menjadi penonton dadakan. Seru sekali, sepertinya mereka berharap ada adegan jambak-menjambak agar lebih dramatis.

"Gara-gara elo, Rachel patah kaki! Harusnya elo yang jatuh dari tangga, bukan Rachel!"

Tak mau lebih malu, Anya pun bersuara. "Jadi, mau lo gue gimana? Minta maaf ke Rachel? Iya nanti gue minta maaf kedia! Udah! Minggir!"

Anya melangkah dan berhasil melewati gadis berambut merah itu. Merasa tak terima, gadis itu mengambak kuat rambut pirang Anya hingga terduyung jatuh ke tanah.

Sakit sekali! Ditambah dengan tawa para penonton dadakan disekeliling Anya. Baru kali ini Anya dibully sekaligus dipermalukan.

"Nggak perlu kayak gini kan Yura," suara dingin berada dibelakang Anya. Ia mendongak melihat suara suara tersebut.

Anya ingat, dia adalah Gio. Pacar Angel. Walau suara dan wajahnya terlihat dingin, Anya yakin kalau laki-laki itu mau membelanya.

"Wah, wah. Babu Angel dateng nih. Eh, bukan babu tapi pangeran kesiangan? Kenapa? Mau nolong tuan putri? Aw, romantis sekali!" ejek Yura yang membuat sekitarnya tertawa.

Gio menghela napas berat. "Jangan mempermalukan diri sendiri. Bentar lagi guru BK akan keliling, elo bisa dihukum."

"Terus apa masalahnya!"

"Kalau elo masuk BK, kemungkinan besar elo bisa dikeluarin dari klub musik. Elo mau?"

Gadis berambut merah, Yura, menghentakkan kaki nya kesal. Ia pun membelah kerumunan lalu pergi begitu saja. Gio pun membubarkan kerumunan penonton dadakan itu dan disambut sorakan kecewa.

Anya buru-buru berdiri menghadap Gio sembari tersenyum manis. "Terima kasih ya Gio. Nggak tau lagi deh kalau nggak ada elo. Si Yura Yura itu pasti bully gue."

Gio menaikan sebelah alisnya. "Bully elo? Bukannya elo suka bully orang lain? Pembully takut dibully."

Anya langsung kicep. Mana ia tahu kalau Angel tukang bully. Kalau tahu kan ia langsung saja menjambak rambut Yura.

"Ya dia jambak tiba-tiba. Gue nggak siap buat balas." Anya bergumam sejenak. "Kalau nggak keberatan, elo bisa nggak anter gue ke kelas. Gue masih takut."

Bukan takut kepada Yura, Anya takut nyasar. Sekalian modus saja. Mungkin ia akan merasakan sendiri seperti apa Gio dan bagaimana cara memutus nya.

Tak banyak berkomentar, Gio mengangguk dan berjalan terlebih dahulu. Sudah payah Anya menyeimbangkan langkah kaki Gio yang panjang dan si cowok juga tidak peka.

Benar-benar payah!

"Em Gio, lo berangkat jam berapa?" tanya Anya basa-basi.

Cowok itu diam tak membalas. Tak putus asa, Anya kembali bersuara.

"Nanti kita ke kantin bareng ya! Nanti elo samperin gue ke kelas! Siang-siang kan panas, nanti kita pesen es!"

Gio tetap diam. Akhirnya Anya memutuskan untuk diam juga. Malu bercampur dengan kesal, seperti berbicara dengan tembok berjalan. Tatapan Gio sedari tadi lurus kedepan dan tak goyah sedikitpun hingga berhenti disebuah ruang kelas.

1-B. Kelas Angel.

Tak disangka Anya, ternyata kelas ini tak terlalu jauh dari tempat dimana ia dilabrak oleh Yura. Kalau seperti ini, ia tidak akan salah masuk kelas keesokan hari.

"Mending elo ke kantin sama Chiko atau Mateo aja. Jangan sama gue." akhirnya tembok berjalan ini bersuara juga.

"Kenapa?"

"Gue males. Apalagi makan sama pemandangan muka lo."

Anya memegang wajahnya sendiri. Apa wajahnya begitu buruk hari ini sehingga Gio berkata seperti itu? Anya rasa wajahnya baik-baik saja. Tak mau hari ini bertambah rusak, gadis pirang itu memasang senyum lebar.

"Yaudah. Next time ya! Thanks udah nganter gue!" kata Anya lalu masuk kedalam ruang kelas.

Meninggalkan Gio yang tengah kebingungan. "Sejak kapan dia bisa senyum kayak gitu? Ngomong terima kasih pula."
.
.
.
.
.
Golden and Blue.
Story by assitami.

Sebelum lanjut jangan lupa like dulu❤ Terima kasih.

Tbc

Golden and BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang