one fine day

13 4 0
                                        

Terima kasih untuk segalanya. Pengalaman menjadi orang kaya ini akan ku kenang sepanjang hidupku.
.
.
.
.
.
"Kau benar orang Itya?" Lona memecah keheningan dengan pertanyaan.

Tak biasanya. Anya melirik Lona yang tengah menyetir. "Ya. Memangnya kenapa? Aneh ya orang seperti ku ada di Melawa?"

Lona berdehem canggung. "Tak apa. Penasaran saja. Apa kau berada di panti asuhan yang dekat dengan pantai Yatna?"

"Ya. Pantai yang pernah tsunami. Beritanya banyak di media pastinya," jawab Anya.

Sekarang Lona diam dengan wajah pucat. Ada apa? Seperti orang ketakutan. Pasti ada yang disembunyikan.

"Kau kenapa? Sakit? Wajahmu pucat."

Mendengar pertanyaan Anya membuat Lona salah tingkah. "Tidak ah! Kita sudah sampai!"

Anya memandang kedepan. Benar. Mobil yang mereka tunggangi telah sampai di GOR umum tempat Angel berada. Buru-buru Lona mengajak Anya turun dengan alasan sangat rindu dengan Angel.

Mau tak mau Anya mengurungkan niat untuk bertanya lebih lanjut.

Tak seperti biasanya, GOR umum kali ini sepi padahal hari sabtu. Apa akan dibooking. Anya memandang sekitar, hanya ada Violet tengah sibuk memasang jaring.

Dengan senyum lebar, Anya berlari ke Violet. "Vio!!!"

Violet menoleh kaget lalu menghampiri Anya. Saling berpelukan erat layaknya sahabat tak bertemu selama berpuluh tahun. Bahkan Violet sampai menangis.

"Kenapa menangis? Gue tinggal ke asrama lo biasa aja," kekeh Anya lalu mengusap air mata Violet pelan.

Bukannya reda, air mata Violet semakin banjir. "Gue kangen banget sama lo!!!"

Mereka berpelukan kembali. Sementara Lona hanya diam memperhatikan Violet yang dramatis menyambut Anya. Matanya mengedar mencari Angel. Ternyata gadis itu baru saja datang dengan 4 raket dan 3 shuttlecock.

"Nona!" Lona mengangguk sopan ketika berpapasan dengan Angel.

Angel tersenyum tipis lalu mengangguk. "Apa kabar Lona? Sehat kan?"

Lona tertegun. Tak biasanya Ang bertanya basa-basi seperti itu. Dengan senyum cerah, ia menjawab. "Sehat. Saya baik. Nona bagaimana? Apa tidak ada masalah disini?"

"Oh tidak. Violet menemaniku dengan baik."

Benar kata Anya. Walaupun Violet mantan narapidana, Violet sangat baik dan lembut. Sepertinya dia harus minta maaf karena telah buruk sangka.

"Gimana Anya? Lo udah selesai sama misi yang gue kasih?" tanya Angel kepada Anya.

Anya yang sudah selesai dengan Violet hanya menggeleng pelan. "Gio belum."

"Nggak usah mikirin Gio. Lo udah bebas."

"Ha!"

Otak Anya seperti tidak bekerja. Udah bebas? Nggak perlu berpikir lagi?

"Nggak udah ngaco Ngel! Nggak lucu!" Anta terkekeh.

"Gue nggak bercanda. Soal Gio biar gue yang urus. Elo udah kerepotan sama Chiko, Mateo sama Zavier. Udah cukup."

Anya menghampiri Angel dengan cepat. Mengecek suhu badannya dengan cara menempelkan tangan didahi. Berulang-ulang sampai Angel sendiri kesal.

"Nggak demam. Apa ketempelan setan?"

Angel menghela napas lalu menyentak tangan Anya kasar. "Elo setannya! Udah dikasih hati malah minta jantung!"

Anya cengegesan. "Ya elo sih! Kenapa tiba-tiba?"

Golden and BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang