Untuk pertama kalinya, aku merasa sebahagia ini.
.
.
.
.
.Jangan tanya Anya dapat uang darimana. Lona sudah mengajarinya untuk menggunakan kartu kredit dan Angel mengizinkan semua barang nya dipakai oleh Anya. Harus dimanfaatkan secara baik bukan?
Seperti sekarang. Gadis itu tengah berada di salah satu restoran Melawa Town Square dengan meja penuh makanan. Nasi goreng seafood, kentang goreng, fish and chip, es krim dan juga ayam goreng. Ia benar-benar lupa dengan status calon atlet yang harus jaga makan.
"Kenapa Asrama nggak masak kayak gini ya!" ujar Anya lalu menyomot kentang dan juga menyendok nasi goreng.
"Enak banget!" Anya benar-benar keenakan. Seumur hidup baru kali ini ia makan enak.
Seorang gadis sendirian makan seperti orang kesetanan dan juga porsi makan yang tak normal tentu saja mendapat tatapan aneh dari pelanggan restoran yang lain. Tapi Anya tak perduli, selama ini juga ia suka bertingkah memalukan.
Setelah menghabiskan nasi goreng, Anya menarik satu gelas besar es krim untuk dinikmati. Rasa dingin dan manis nya eskrim benar-benar memanjakan lidah. Benar-benar surga!
Kapan lagi kan makan sebegini enak dan banyak. Kalau coach nya tahu, ia pasti akan diomeli panjang lebar dan tentu saja dapat hukuman.
"Kenyang!" desah Anya puas. Ia menyandar di kursi sembari mengelus perut nya yang sedikit membuncit karena makanan.
"Enak banget ya jadi Angel. Nggak perlu diatur makan nya, nggak perlu kerja keras buat makan enak, hidup enak. Sempurna! Kecuali kehidupan sekolah nya sih," batin Anya.
"Setelah ini kemana ya? Jangan pulang dulu! Di rumah juga nggak ada siapa-siapa," pikir Anya.
Setelah membayar semua pesanannya, Anya memutuskan untuk mengelilingi Mall ini. Bangunan yang sangat besar dan ramai pengunjung, Anya seperti anak hilang sekarang.
"Tas nya bagus-bagus banget," gumam Anya ketika melewati store tas. Memang terlihat bagus, tapi dalam hati ia tidak ingin beli.
Store baju, store make-up dan store...
Ah! Itu yang Anya cari, store sepatu olahraga.Tadi pagi, Anya ingin jogging kecil seperti kebiasaannya di Asrama Atlet Melawa. Namun didalam rak sepatu milik Angel, hanya ada heels dan juga flatshoes lalu sisanya sepatu untuk sekolah. Angel benar-benar tidak pernah olahraga. Mana mungkin kan Anya jogging pakai heels.
Kakinya melangkah masuk ke store tersebut. Ada seseorang penjaga toko berpakaian rapi menyambut ramah Anya. Ia tersenyum lebar lalu bertanya tentang sepatu yang ia inginkan.
"Di sebelah ujung kanan ada sepatu biasa untuk jogging. Sepatu khusus olahraga indoor ada disebelahnya. Kalau boleh tahu, untuk olahraga apa ya kak? Basket? Voli? Badminton?"
Anya tersenyum. "Untuk olahraga badminton."
"Kalau itu kita lagi ada barang keluaran terbaru. Tersedia dalam berbagai warna dan ukuran. Apa kakaknya mau mencoba?"
Tentu saja Anya mengangguk antusias. Sembari pelayan itu mengambilkan sepatu yang dimaksud, Anya memilih-milih sepatu yang cocok untuk jogging. Ada berbagai warna berjajar rapi di rak yang menjulang tinggi. Anya sampai bingung harus memilih yang mana.
Baru kali ini juga Anya membeli sepatu. Biasanya, ia akan memungut di tempat sampah orang kaya atau diberi oleh pihak Asrama. Rasanya begitu menyenangkan ketika melihat bentuk sepatu yang beragam dan juga warnanya.
Tak lama, pelayan toko tadi mendekati Anya bersama temannya yang sedikit kesusahan membawa tumpukan kotak sepatu. Anya berbinar ketika isi kotak itu mulai dikeluarkan. Sepatu-sepatu itu seperti yang dikenakan para atlet internasional yang sering Anya lihat pertandingannya.
Dalam mimpi pun Anya tak pernah membayangkan bisa memakai sepatu seperti ini. Bahkan membelinya. Anya ingin menangis sekarang.
Setelah melihat dan mencocokan ukuran, Anya memilih sepatu khusus olahraga indoor berwarna biru cerah. "Ini berapa harganya?"
"Itu murah kak. Setelah diskon seperempat tahun yang tadinya 200 ribu ultra menjadi 199 ribu ultra saja kak!" balas si pelayan toko.
Anya melongo kaget. Murah darimana! 199 ribu ultra dibilang murah? Anya yakin pelayan ini kebanyakan makan kecubung sehingga kebanyakan halusinasi.
Tapi kan belanja kali ini tidak pakai uang sendiri, uang milik Angel. Ia segera sadar dan menyetujui harga yang dibilang oleh pelayan toko. Biarlah boros, karena yang akan dimarahi nanti adalah Angel dan bukan dirinya.
Akhirnya gadis itu membeli 2 sepatu. Sepatu untuk olahraga badminton dan juga sepatu untuk jogging pagi.
Senyum bahagia tak bisa Anya sembunyikan. Mendapatkan barang sebagus ini adalah impiannya.
.
.
.
.
.
Lona hanya bisa menghela napas berat sembari memijat keningnya. Bagaimana tidak? Anya baru saja menghabiskan 500 ribu ultra dalam sekali belanja."Benar-benar tidak tahu diri," desis Lona.
Anya hanya bisa cengengesan. "Ya itu karena Angel tidak punya sepatu, mangkanya aku beli sepatu!"
"Satu lemari penuh kamu bilang tidak ada sepatu?"
"Itu flatshoes dan heels. Mana mungkin aku jogging pakai itu!"
"Ya untuk apa jogging! Nona Angel itu tidak pernah jogging!"
"Ya nanti otot ku bisa kaku!"
Lona membuka paper bag yang lain. Hoodie dan jaket? Mana warna biru lagi. Angel kan maniak warna ungu. Capek dengan keadaan, Lona memilih mengalah.
"Terserah lah! Nona Angel juga sering berbelanja. Bahkan lebih banyak dari ini."
Anya tersenyum lebar. "Jadi, tidak apa kan kalau aku belanja lagi?"
Lona melotot lalu menampar bahu Anya pelan. "Jangan sembarangan kamu! Tiga hari ini, kau tidak boleh belanja lebih dari 100 ribu ultra!"
"Iya, iya," balas Anya malas.
"Jangan iya iya saja! Lakukan! Dan satu lagi, untuk sekarang jangan buka apapun di smartphone kecuali pesan."
Anya menyerit bingung. "Memangnya ada apa? Sosial media? Yang mana? Ada apa! Aku sangat penasaran!"
"Ada banyak berita soal nyonya Bianca. Berita yang tidak mengenakan. Lebih baik kau tidak usah tahu atau mencari tahu. Tolong lah! Kali ini saja!"
Lona mengatakan nya secara serius. Seperti sihir, Anya mengangguk setuju. Toh bukan urusannya bukan? Urusan dia sekarang adalah menikmati hidup Angel yang mewah ini sebelum kembali menjadi miskin.
.
.
.
.
.
Golden and Blue.
Story by assitami.Share cerita ini biar teman mu juga baca❤
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden and Blue
Teen FictionJadi Atlet itu menyenangkan, tapi tidak lebih menyenangkan dari menjadi orang kaya. Itulah yang Anya pikirkan. Setiap hari berhayal bisa menjadi orang kaya dan hidup enak. Hingga suatu hari ia menabrak Angel menggunakan mobil. Sebagai ganti rugi, A...