1

134 9 0
                                    

Attention:
Ada beberapa paragraf yang memang sengaja Njolie hapus, ya! Karena mengandung kalimat vulgar dan adegan eksplisit. Jadi, harap dimaklumi! Yang penting alur tidak ada yang diskip!

. . . . .

"He-he-he ... aku merindukanmu, Ern, kenapa baru sekarang kau kemari, ha?" Gadis itu seraya memeluk pria tersebut sambil bergelayut manja lalu begitu saja naik ke punggung besar Ebern.

Ebern pun balas memeluk erat raga Roxie yang sudah bergerak memutar berpindah posisi, lalu begitu saja mengangkang pada pinggang si pria juga tangannya mengalung pada leher Ebern, "Aku juga merindukanmu, Cutie." Ebern seraya melumat buas simetris tipis gadisnya hingga Roxie memukul dada bidang pria itu agar terlepas dari tautan bibir tebal nan seksi Ebern, sebab Roxie merasa mulai kehabisan pasokan oksigen.

Tentu saja Ebern sontak terkekeh mendapat pukulan cukup keras dari gadisnya, "Kenapa? Kau tak mau lagi menerima ciumanku, hem?" tanyanya menyambung sambil melangkah seraya menempatkan raga lampai Roxie ke atas meja yang berada di pantri.

"Ke mana saja kau selama dua minggu ini, Ern? Apa kau sudah ketahuan ayahmu, kalau ternyata kau mengencani target tersangkamu, ha?" Dua tangan Roxie pun membelai dada bidang Ebern sambil sesekali mengecupi pipi lelaki itu yang dipenuhi cambang tipis, "hem, sampai-sampai kau tidak sempat bercukur!"

Ebern sama sekali tak berniat menjawab atau pun membalas kalimat gadis tersebut, dirinya hanya menikmati perlakuan manja Roxie sambil menatap lekat wajah perempuan yang selalu tanpa ekspresi juga terkesan dingin.

"Hei, Ern! Gendong aku ke kamar mandi, ya?" pinta Roxie sambil kembali mengangkang pada pinggang sang pria.

"Apa maumu?"

"Aku ingin mencukur bulu-bulu di mukamu ini, aku risi. Ayo, gendong aku ke sana sekarang!"

Tanpa banyak protes, Ebern pun segera menggendong raga lampai Roxie menuju bathroom, "Kau seharusnya makan yang banyak, Rox!"

"Ck! Tidak mau! Aku tidak suka makan!"

"Hm, iya juga. Kesukaanmu kan beda, kau lebih suka kelaminku daripada makanan."

Bugh!

Sontak terdengar pukulan pada dada bidang Ebern yang membuat pria itu berpura-pura mengerang kesakitan, "Kau itu harus sedikit lebih montok, Rox, supaya waktu aku menyetubuhimu, aku tidak cemas."

"Cemas? Cemas kenapa?" Dahi Roxie pun mengerut, karena masih belum dapat mencerna ucapan pria yang usianya dua kali dari dirinya.

"Ya, cemas. Takut saja kalau tiba-tiba tulang-tulangmu lepas dan kau tahu-tahu sudah mati," seloroh Ebern sambil terkekeh renyah.

"Kau kira aku ini sejenis mainan bongkar pasang, ha?" ketus Roxie penuh amarah sambil tak lupa tangannya kembali memukul dada bidang Ebern yang lagi-lagi dibalas dengan tawa terkekeh, tetapi meski kalimat yang diucapkan Roxie bernada kemarahan lamun Ebern tahu jika Roxie hanya berpura-pura.

Ebern tiba di bathroom kemudian menempatkan tubuh lampai Roxie ke atas meja wastafel berbentuk persegi panjang dan Roxie lantas mengambil seraya membalur shaving foam ke pipi juga leher Ebern dengan rata, lalu selanjutnya mulai memangkas menggunakan electric beard trimmer.

Roxie sangat serius melakukan aktivitas tersebut, Ebern juga begitu menikmati kebersamaan dengan Roxie sampai-sampai iris abunya tak mau mengalihkan pandangan, hingga tangan Roxie mengarahkan sedikit keras kepala pria itu agar mendongak sebab Roxie akan memangkas daerah leher, sontak terdengar erang kesakitan dari mulut sang lelaki.

"Sakit? Makanya fokus, jangan menatapku seperti itu!" tukas Roxie ketus.

Ebern pun sontak terkekeh mendengar kalimat yang diucapkan padanya. Jujur, Ebern sudah sangat terbiasa dengan segala tindak tanduk kasar serta perlakuan tak biasa perempuan satu ini. Roxie memang bukan seperti gadis-gadis pada umumnya. Mungkin hal itu disebabkan karena faktor kematian sang ayahanda yang terlampau tiba-tiba yang belum dapat Roxie terima secara ikhlas.

ⓂⓎ ⒽⓄⓉⓉⒾⒺ ⓂⓄⓃⓈⓉⒺⓇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang