20

10 2 0
                                    

BRAK! Terdengar pintu kendaraan beroda empat dihempas secara kasar hingga menimbulkan bunyi keras menggema di pelataran luas kediaman mewah bermarga Roson.

"SIALAN! Argghh!" umpat sesosok perempuan sambil melangkah masuk ke pintu utama gerha mewah tersebut.

Perempuan itu terus melangkah tanpa lagi menjawab suara sang bibi yang menyapa dengan mimik wajah bingung, "Kau kenapa, Aimee? Datang-datang langsung marah-marah? Apa kau sedang PMS, Nak?"

BRAK! Lagi, jika sebelumnya pintu mobil, sekarang yang dihempas kasar adalah akses masuk kamar dan tak berselang lama terdengar suara berteriak di dalam.

"Ebern sialan! Pria bajingan! Aku akan membalasmu, Keparat! Argghh!" Suara Aimee kian lantang juga keras berteriak, efek dirinya baru saja disuguhi adegan erotis antara Ebern dengan gadisnya—putri Nicholas.

"Pria keparat! Bisa-bisanya dia berkata aku bukan siapa-siapanya. SIALAN! KAU MEMANG SIALAN EBERN!" seru Aimee sambil menjatuhkan ke busa empuk king size pembaringannya.

Aimee pun menatap langit-langit kamar sambil kembali mengulang awal pertemuannya dengan pria tersebut. Entah berasal dari mana, kala itu Ebern tiba-tiba muncul sebagai pahlawan pemberani yang menolong dirinya dari penjambret. Pembawaan Ebern yang apa adanya, tanpa pernah berbasa-basi serta mulut asal membuat Aimee jatuh hati kepada laki-laki yang sebagian tubuhnya dihiasi lukisan bertinta.

Memang Ebern tak pernah sekali pun pernah menyatakan cinta kepada dirinya atau mengajak menjalin hubungan layaknya sejoli. Namun, dengan berhubungan intim, bukankah mereka patut disebut sebagai sepasang kekasih. Tak terasa cairan bening pun meluncur meleleh dari sudut kelopak mata Aimee.

Drit drit drit

Terdengar suara getaran gawai dari dalam tas yang berada di atas nakas. Aimee pun beringsut seraya mengambil ponsel tersebut, setelah sekilas melihat nama yang tertera pada layar datar itu.

"Halo?"

"..."

"Sudah!"

"..."

"Aku tidak mau! Sudah cukup!"

"..."

"Jangan mengancamku, Pak Tua! Aku juga bisa melaporkanmu!" geram Aimee ketus.

"..."

"Ebern sudah membuangku, tapi kau masih saja mengatakan Ebern pasti akan menikahiku. Bullshit! Itu semua omong kosong!"

"..."

Mendengar ucapan terakhir sang penelepon, sontak membuat dua bola mata Aimee membulat sempurna, "A-aku tak mau masuk penjara!"

"..."

Klik!

Sambungan seluler terputus secara sepihak. Aimee kemudian meletakkan ponsel tersebut ke atas nakas di samping pembaringan. Memorinya kembali mengingat ucapan Ebern padanya saat dia masih berada di kediaman laki-laki itu.

"Kau kira aku bodoh, tak tahu apa yang sudah kau perbuat terhadap Nicholas ...," Ebern sengaja menggantung kalimat—memberi jeda—penghidunya mendengus halus sambil kembali terkekeh pelan mengisyaratkan sesuatu yang berbahaya juga misterius, "bila Yousef mendekam di balik jeruji besi, kupastikan kau juga akan ikut menyertainya, Aimee."

Dan baru saja sang penelepon memberinya informasi jika kasus tewasnya Nicholas telah dipindahtangankan ke Kepolisian Federal Australia (Australian Federal Police/AFP) untuk menyelidiki perkara tersebut.

"Sialan! Sekarang apa yang harus aku lakukan?" monolog Aimee, tampak kedua tangannya pun bergetar.

***

ⓂⓎ ⒽⓄⓉⓉⒾⒺ ⓂⓄⓃⓈⓉⒺⓇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang