25

11 3 0
                                    

Saat ini di sebuah rumah makan mewah terlihat sesosok wanita paruh baya dan seorang pemuda tengah membicarakan sesuatu yang serius—tampak dari raut wajah kedua sang individu.

"Kenapa baru sekarang Mommy mengatakan padaku, ha?" ujar sang pemuda tajam dan bahananya terdengar benar-benar syok.

"Maafkan Mommy, Ebern. Mommy memang sengaja, baru sekarang menceritakan semuanya padamu, karena sekarang kau sudah dewasa. Sudah saatnya kau mengetahui siapa pembunuh ayahmu yang sebenarnya, Nak!"

"Delapan belas tahun Mommy tak pernah mengatakan apa pun padaku dan sekarang tiba-tiba Mommy mengatakan siapa pembunuh suami pertama Mommy," sahut Ebern terpukul. "Dan karena alasan itu pula, Mommy menjauhkanku dari suami Mommy sekarang, iya? Dengan mengirimku ke asrama agar saat aku dewasa Mommy bisa membalaskan dendam Mommy melalui aku? Mommy benar-benar seorang ibu super jenius!" cetus Ebern sambil terkekeh, tetapi bahana tawa pemuda tersebut mengisyaratkan kegetiran.

"Dengarkan Mommy dulu, Ebern! Kasus ayahmu tiba-tiba ditutup oleh pihak berwajib dan Mommy tidak punya siapa pun untuk bisa membuka kasus itu kembali, saat itu di pikiran Mommy hanya putra Mommy-lah satu-satunya jalan yang bisa menjebloskan pembunuh ayahmu ke penjara, Nak! Maafkan Mommy, Ebern. Mommy tak bermaksud melibatkanmu dalam situasi ini."

"Sekarang aku sudah terlibat, Mom, karena Mommy juga yang sudah melibatkan aku. Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Tidak mungkin kan aku langsung membunuh suami Mommy yang sekarang, hem?" tanya Ebern datar.

"Kau harus sekolah lalu masuk ke kepolisian di mana Yousef bekerja, Ebern. Dekati dia perlahan dan ketika saatnya tiba, Mommy sendiri yang akan membuka semua kebiadaban pria itu ke publik!"

Drit drit drit.

Getaran gawai yang berada di atas nakas mengenyahkan lamunan Ebern. Iris abu si pria melirik sekilas lalu meraih ponsel tersebut seraya menatap nama pemanggil yang tertera pada layar datar telepon genggam tersebut. "Ya, Mom. Ada apa tengah malam tiba-tiba menghubungiku?" sapa Ebern kepada sang ibunda selepas menekan tombol hijau.

"Kenapa jawabanmu galak sekali? Apa Mommy mengganggumu, Nak?" Suara Rosemarie yang awalnya ceria berubah menjadi gelisah.

"Mommy sama sekali tidak pernah menggangguku tapi sepengetahuan Ebern selama ini, Mommy kalau menghubungiku tengah malam seperti sekarang, biasanya Mommy akan tanya, 'Kapan aku menikah? Sudah ada gadis yang aku sukai belum? Kapan aku akan mengenalkan gadis itu pada Mommy?' Betul tidak, Mom?" jelas Ebern panjang lebar sambil terkekeh pelan.

"Hm, putra Mommy memang sangat pintar seperti paranormal, sebelum Mommy mengatakan isi hati Mommy, kau sudah bisa menebaknya dan jawabanmu semua tadi tepat. Kau mendapat nilai seribu, Nak!" sahut Rosemarie pada seberang seluler dan kalimat sang ibunda sontak membuat Ebern terkekeh.

"Ada apa, Mom?" sambung Ebern lagi setelah suara tawa itu mereda, kali ini nada suaranya terdengar serius.

"Mommy ingin sekali menimang cucu darimu, Ebern."

"Hm iya, aku tahu. Aku juga baru saja selesai membuatnya, Mom," sahut Ebern datar.

"Benarkah? Kapan kau akan mengenalkan ibu dari cucu Mommy itu, Nak?" Suara Rosemarie terbetik jelas penuh kegembiraan.

"Besok. Tapi, jangan di rumah Yousef ya, Mom!"

"Loh, kenapa?"

"Aku tak bisa menceritakan pada Mommy sekarang. Besok aku akan memberi Mommy alamat, kita bertemu di tempat yang sudah aku tentukan."

"Baiklah, Nak! By the way, ibu dari cucu Mommy itu bukan Aimee, kan?"

"Tentu saja bukan, Mom."

"Oh, lega sekali Mommy mengetahui kalau calon menantu Mommy bukan Aimee, Nak!"

"Kenapa memang kalau Aimee? Apa Mommy tidak suka? Bukankah Mommy dekat dengan Aimee?" tanya Ebern memberondong sang ibunda dengan begitu banyak pertanyaan.

"Dekat bukan berarti suka, Ebern," sahut Rosemarie sambil terkekeh pelan.

"Putra Mommy bukan pria bodoh, Mom. Mommy tenang saja, ya! Ibu dari cucu Mommy ini sangat spesial. Mommy pasti menyukai Roxie. Ebern ingin sesegera mungkin menikahinya, Mom."

"Oh, namanya Roxie. Cantik sekali namanya. Apa kau sudah menghamilinya, Nak?"

"Hm, sudah Mom. Setiap hari aku membuatnya hamil," sahut Ebern sambil terkekeh renyah.

"Baiklah, Nak! Besok Mommy akan datang ke tempat yang sudah kau tentukan itu, Mommy ingin sekali berkenalan dengan calon menantu Mommy. Love you, Sayang!"

"Love you too. Take care, Mom! See you tomorrow!"

Klik!

Ebern kembali meletakkan ponselnya ke atas nakas, iris abu itu kemudian melirik raga yang saat ini sedang bersendar juga pulas—berada di sampingnya. "P*n*sku sudah ereksi lagi, Sayang. Rasanya memang aku tak akan pernah puas memasukimu, Rox," monolognya sambil terkekeh pelan.

.
.
Skip, Gais! Full scene eksplisit 21+
.
.

Ya, penyatuan sang sejoli kembali bergairah layaknya kobaran api—begitu panas juga sangat membara. Ebern sangat menikmati melihat raga gadisnya meliuk indah di atas tubuhnya, saling memuaskan hasrat berahi masing-masing tanpa mengenal waktu serta tempat.

Love you so much, My Love, till death do us part ...

.

.

Tbc——












ⓂⓎ ⒽⓄⓉⓉⒾⒺ ⓂⓄⓃⓈⓉⒺⓇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang