28

11 2 0
                                    

Saat ini sejoli—Ebern dan Roxie—tengah mengendarai mobil lawas bermerek Ford Mustang yang hendak menuju ke laboratorium di mana rekan dari Komisaris Jenderal Polisi di Badan Intelijen—Jorga Torres Bajwa—sedang menunggu kedatangan mereka.

Tampak Roxie sedang sibuk sendiri hingga Ebern merasa diabaikan. "Sayang?" panggil Ebern manja, tetapi Roxie tak juga segera menanggapi.

"Roxie ... Sayangku wooooo—"

"Ck! Mulutmu berisik, Jelek! Dasar jelek!" rutuk Roxie tanpa menoleh, kesepuluh jarinya masih juga sibuk menari-nari di atas papan ketik personal computer portable.

"Hm, galaknya sekali kesayanganku! Sibuk apa, Sayang? Sampai-sampai pria jelekmu ini kau abaikan." Ebern membuka kaca jendela lalu mengambil gulungan tembakau dari kotak bentuk persegi, sontak aktivitas Ebern itu membuat Roxie menoleh cepat.

"Ck! No smoking, Cops! Sudah berapa kali kukatakan dilarang merokok selama aku masih hidup!" Roxie lantas bersegera mengambil gulungan tembakau tersebut dan langsung membuang ke tempat sampah yang berada di dekat kakinya.

"Mulutku rasanya pahit, Sayang."

"Lalu, agar tak pahit, mulutmu harus bagaimana?" tanya Roxie sambil kembali fokus menatap layar datar personal computer portable-nya.

"Melumat bibirmu, Sayang, atau menghisap dua payudaramu bergantian atau itu ... menghisap yang bisa membuat bibirmu merintih-rintih. Hanya tiga hal itu yang bisa membuat mulutku berubah rasa jadi manis."

"Dasar mesum! Dalam otakmu itu kenapa isinya mesum semua, ha? Dasar!" tekan Roxie sambil melirik sebal juga kesal. Akan tetapi, meski sikap Ebern sangat menjengkelkan, entah kenapa dirinya semakin mencintai laki-laki di sampingnya ini.

"Sayang?" ulang Ebern kembali memanggil manja.

"Hm."

"Kau sibuk apa itu? Jangan abaikan aku! Mendekatlah kemari, Sayang!" titah Ebern sambil satu tangan mengusap lembut lengan gadisnya. "Uh, Sayang! Menyentuhmu memang sangat berbahaya, hanya membelai sedikit saja sudah bisa membuat p*n*sku ereksi langsung mengeras ingin memasuki sarangnya," sambung Ebern, justru berlanjut mengecup bahu mulus Roxie yang hanya mengenakan busana bertali.

"Minggu depan aku ada tugas makalah mengenai cara membuat senyawa amygdalin," sahut Roxie tanpa menoleh, jemarinya masih saja sibuk menari-nari di atas papan ketik. "Dan aku tidak mau gagal dalam tugas ini, karena bila makalah ini berhasil. Aku bisa menemukan pembunuh ayahku, Ebern."

Ebern bergeming. Ebern tahu bahkan teramat yakin, hingga kini Roxie masih belum dapat mengikhlaskan kepergian sang ayah yang berbeda jauh dari pemberitaan pada media massa—ketika Roxie masih berusia batita. Kala itu, dalam publisitas Nicholas dinyatakan tewas akibat bunuh diri, bukan dilenyapkan secara sengaja dan karena kurangnya burhan yang akurat hingga pada akhirnya kasus kepala perbankan tersebut ditutup.

"Kita sekarang akan menemui anak buah Jorga, Sayang. Rekan Jorga juga sedang mencari bukti tentang bagaimana racun itu bisa masuk ke dalam tubuh ayahmu atau melalui media apa zat itu bisa masuk," jelas Ebern seraya satu tangan meremas lembut jemari lentik Roxie yang tak lagi sibuk pada papan ketik.

"Aku akan berusaha semampuku untuk bisa menemukan pembunuh ayahmu, Sayang, karena ..." Sejenak Ebern menarik napas sekilas, lalu mengembuskan perlahan, "karena pembunuh ayahmu juga adalah pembunuh ayahku, Rox! Kau akan tahu semuanya nanti, setelah bertemu dengan ibuku, Sayang," imbuh Ebern menjelaskan.

"Ha? Aku bertemu ibu-mu." Suara Roxie sempat tersendat pada akhir kalimat juga pancaindra penglihat yang mengedip sekilas.

"Iya, Sayang. Hari ini aku akan mengajakmu bertemu dengan ibuku. Ibuku ingin tahu bagaimana wujud ibu dari cucunya nanti. Hm, aku belum cerita padamu kan, kalau ibuku minta dibuatkan cucu dengan cara kilat," sahut Ebern sambil terkekeh dan bahana suaranya telah kembali penuh kekonyolan.

Jujur, Ebern tak ingin Roxie selalu berduka—dengan mengingat peristiwa tewasnya sang ayah yang begitu tragis bagi Roxie. Ebern ingin membuat Roxie senantiasa bahagia serta tertawa lepas tanpa beban, meski dirinya kerap kali dinista Roxie secara terus-menerus juga berkepanjangan.

"Ck! Anak dan ibu sama saja ternyata, sama-sama gilanya!"

"Hm, iya, dan nanti kau akan menyusul juga gila saat kau menjadi bagian dari keluarga kami," kelakar Ebern sambil terkekeh heboh.

***

Tampak dua individu—Intelijen Pol. Letjen Rezan Shameer Mambre dan Pol. Dr. dr. Legarreta Arrietita Vakhusheva, DFM, Sp.F—mendiskusikan kasus yang tengah mereka tangani juga sedang sejoli itu berusaha pecahkan.

"Bagaimana, Sayang? Apa kau sudah menemukan bukti seperti yang dikatakan Miles? Kalau memang tulang kerongkongan bersih tanpa adanya zat tersebut, berarti senyawa itu masuk melalui media lain sama persis dengan kasus yang menimpa Sheaa, mantan istri Miles," terang Rezan menjelaskan panjang lebar.

"Ya, Rezan. Benar seperti katamu, kita sebaiknya menunggu putri Nicholas datang lebih dulu. Baru kita dapat mengetahui bagaimana zat amygdalin itu bisa diserap tubuh korban," sahut Tita sambil memberikan data akurat mengenai senyawa yang dimaksud.

Amygdalin atau lebih dikenal dengan nama vitamin B17 adalah senyawa kimia (nitriloside) sebagai obat antikanker yang memiliki struktur menyerupai vitamin AB kompleks sehingga dinamakan vitamin B17 dan senyawa ini dapat ditemukan pada biji aprikot, almond, persik dan apel serta kacang-kacangan.

Amygdalin diklasifikasikan sebagai glukosida sianogenik. Tumbuhan yang mengandung glikosida sianogenik terdapat pada sekitar dua ribu spesies, termasuk ke dalam seratus sepuluh famili yang tergolong pada tanaman dan biji buah-buahan yang bisa dimakan. Fungsi alami glikosida sianogenik sendiri sebenarnya adalah untuk melindungi tanaman terhadap serangga juga herbivora pemakan.

Pada biji buah persik, kandungan amygdalin lebih besar di dalam lapisan bijinya dibanding luarnya. Rasa pahit dalam biji buah almond ditentukan oleh kandungan diglukosida sianogenikik amygdalin. Kandungan amygdalin di setiap molekul mengandung gugus nitril yang dapat melepaskan unsur toksik sianida melalui kerja beta-glukosidase, sehingga amygdalin dinyatakan bukan termasuk vitamin karena mengandung banyak kontroversi.

Jika manusia mengonsumsi vitamin B17 dalam dosis berlebihan, usus kecil mengubahnya menjadi senyawa sianida. Dalam lima ratus miligram amygdalin mengandung tiga puluh miligram sianida. Senyawa ini menimbulkan keracunan yang bisa berakibat menghilangnya nyawa sang individu. Oleh karena itu, tetapkan batasan konsumsi harian sekitar seratus miligram per hari.

Dalam kasus ringan hingga sedang, gejala yang muncul berupa: mual, sakit kepala, meningkatnya pernapasan, iritasi pada kulit dan mata. Untuk kasus yang parah, pengidap bisa mengalami kondisi berupa: pusing, perubahan warna kebiruan pada bibir, gusi, kulit, kuku dan area sekitar mata. Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya oksigen dalam darah, kerusakan pada organ hati, kerusakan saraf yang berdampak pada kesulitan berjalan, merasa kebingungan, kejang-kejang. Perubatan detak jantung juga menjadi lebih cepat atau lebih lambat. Gagal jantung, yaitu kondisi saat jantung tidak dapat memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh.

Efek samping yang ditimbulkan bisa semakin memburuk jika pengidap mengonsumsi kacang almond dan vitamin C dalam dosis tinggi serta beberapa jenis makanan yang mengandung vitamin B17 lainnya.

.

.

Tbc——













ⓂⓎ ⒽⓄⓉⓉⒾⒺ ⓂⓄⓃⓈⓉⒺⓇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang