22

14 2 0
                                    

Attention: sebagian paragraf sengaja diskip, tidak ditayangkan di sini. Hepi Baca!

.

Tampak sejoli—Ebern dan Roxie—tengah saling melumat buas penuh gairah sambil sang pria melangkah menuju peraduan. Tangan Roxie terlihat melepas henley tee shirt laki-laki tersebut seraya melempar asal ke parket flooring.

"Kau itu jelek tapi sangat seksi ... very hots, Cops," puji Roxie sambil menatap nakal.

"Benarkah? Apa yang membuatku kelihatan seksi?" tutur Ebern penasaran sembari menyapukan penghidunya ke pucuk indra penciuman perempuan itu.

"Ini." Kesepuluh jemari lentik Roxie mengusap perlahan lukisan bertinta pada dada bidang sang pria dan pandangan keduanya pun saling berserobok—menatap lekat.

"Sayang?"

"Hm." Kaki Roxie masih setia mengangkang di pinggang Ebern, dua tangannya juga mengalung pada leher pria itu.

"Marry me, Hottie! Would you?" sambung Ebern berbisik dan suaranya terdengar serius.

Roxie bergeming, manik mata warna madu itu hanya menatap lekat wajah serius si pria yang sekarang juga sedang mengamati intens. "Kenapa kau selalu meminta hal yang sama berulang kali, Ern?"

"Karena aku ingin bertanggung jawab atas hidupmu dan melindungi dirimu, Sayang," balas Ebern bersungguh-sungguh.

"Tapi aku belum pernah memikirkan tentang pernikahan, Ebern, karena aku ingin menyelesaikan kuliahku dulu. Apa kau tahu kenapa aku sengaja mengambil jurusan farmasi?" Suara Roxie terhenti sejenak, penghidunya menghirup seraya mengembuskan napas dan bahananya terbetik jelas sangat berat, "karena aku ingin mencari pembunuh ayahku, Ebern," ucap Roxie menyambung dan Ebern bergeming, sama sekali tak membalas ucapan sang gadis.

"Selama setahun aku berusaha mencari tahu apa yang terjadi dengan ayahku, Ebern. Apa ayahku benar-benar tewas bunuh diri atau ada yang menginginkan nyawanya ... dan ternyata ayahku tewas karena dibunuh menggunakan zat kimia beracun. Zat kimia seperti apa? Itu yang akan aku cari tahu, Ebern," ungkap Roxie panjang lebar, bahana suaranya pun terdengar penuh kemasygulan.

Ebern pun bergeming, dirinya tahu bahkan teramat yakin bagaimana perasaan Roxie saat ini. "Apa kau tahu, sekitar empat puluh tahun yang lalu. Di Hamilton, ada seorang hakim juga tewas persis seperti ayahmu, Rox. Beliau tewas dibunuh menggunakan zat kimia beracun dan sampai sekarang kasus itu belum terpecahkan. Pihak forensik belum bisa menemukan bagaimana zat beracun itu masuk ke dalam tubuh korban," urai Ebern menyambung.

"Benarkah?"

"Ya, Rox! Sepertinya musuh kita sama, Sayang. Oleh karena itu aku ingin melindungimu dan menikah hanya satu-satunya jalan agar aku selalu bisa berada di dekatmu."

"Jadi, kau ingin menikahiku hanya karena ingin melindungiku saja, hem. Bukan karena kau ingin menikah karena menyayangiku sebagai lawan jenis?"

"Ck! Tentu tidak, Sayang! Semua itu satu paket, Sayang. Aku menyayangimu sekaligus ingin melindungimu, Rox. Jadi, kau harus mau menikah denganku! Lagi pula aku sudah menggilai liang sempitmu yang seperti bayi itu, Sayang. Apa kau tak menyadarinya, hem?"

Roxie terkekeh pelan mendengar semua kalimat yang diungkapkan oleh laki-laki tersebut, "Kau sangat mesum, Ebern," celetuk Roxie sambil mengecup ringan bibir tebal si pria dan Ebern tentu saja segera memagut beringas sembari merebahkan raga lampai gadisnya ke atas busa empuk dengan seprei satin hitam, membuat berahi Ebern semakin bergejolak ingin segera membenamkan penis tebalnya yang telah mengeras sempurna.

"Kau belum telanjang, tapi milikku sudah tak sabar ingin menusuk-nusukmu sangat keras, Sayang," ungkap Ebern serak juga tanpa malu.

Skip << 21+

Iris abu Ebern sontak berbinar saat melihat underwear yang dikenakan gadisnya, "Hm, warna hitam adalah warna kesukaanku, Sayang," tambah Ebern sambil telunjuknya menyiah dalaman itu seraya ...

Skip << 21+

"Maaf, aku terlalu bersemangat, Sayang. Mau kulanjut," tanya Ebern berbisik lembut dan lagi-lagi Roxie hanya mengangguk.

perlahan Ebern ikut berbaring di belakang raga sang gadis sambil mengangkat lalu menekuk satu kaki, "Cium, Sayang," titah Ebern agar Roxie menoleh.

Keduanya pun saling mengecup juga melumat rakus.

Skip << 21+

"Nafsumu ternyata sangat besar, Sayang," tutup Ebern sambil menambah manuver pinggulnya.

Ya, itulah hari terakhir sejoli itu memadu kasih. Keesokan harinya, secara mendadak tiba-tiba Ebern harus bertolak ke Hamilton guna kembali mengusut pembunuhan sang magistrat yang tak lain tak bukan adalah ayah kandung Ebern. Roxie pun sempat panik juga kalang kabut karena tak dapat menghubungi Ebern, sebab ponsel si pria ternyata tertinggal di ruangan baca hingga dua pekan berlalu, Roxie memutuskan untuk mengunjungi kediaman Ebern.

Dan di hari itu pula Ebern kembali meminang Roxie, agar Roxie mau menikah dengan dirinya tetapi seperti lamaran sebelum-sebelumnya, Roxie lagi-lagi menolak, hingga Ebern melontarkan kalimat yang membuat raga Roxie seketika menengang, "Mungkin kau belum tahu, karena memang tak ada siapa pun yang mengetahui tentang identitasku. Atasanku yang adalah ayahku bukanlah ayah kandungku, Rox!"



Tbc——












ⓂⓎ ⒽⓄⓉⓉⒾⒺ ⓂⓄⓃⓈⓉⒺⓇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang