24

13 1 0
                                    

Kendaraan roda empat merek Ford Mustang meluncur ke dalam selepas security memberi akses masuk. Tampak sejoli—Ebern dan Roxie—turun setelah pria itu menghentikan mobil lawasnya tepat di depan pintu utama kediaman keluarga Scoout.

Kring, kring, kring!

Suara gawai dari dalam tas sang gadis berbunyi nyaring, Roxie pun segera mengambil, melihat sekilas layar datar tersebut lalu memberikan pada si pria, "Hei, Jelek, ini ponselmu! Ada panggilan untukmu," lontar Roxie sembari melempar dalam jarak dekat.

"Siapa, Sayang?" Ebern pun dengan sigap menangkap gawai miliknya.

"Re ... Rezan kalau tidak salah namanya," sahut Roxie sambil melangkah masuk menuju ke bagian pantri, sebab Roxie sudah sangat kelaparan dan harus segera mengisi cacing-cacing di perutnya—efek penyatuan yang dilakukan bersama Ebern satu jam yang lalu.

"Ya. Halo?" sapa Ebern setelah menekan tombol hijau pada gawai itu.

"Tuan Ebern?"

"Ya, betul, saya sendiri, tapi tolong panggil nama saja, ya. Tak perlu ditambah tuan segala."

Rezan pun sontak terkekeh pelan mendengar ucapan Ebern, "Saya sudah berada di Auckland, Bud, dan kapan Anda bisa kemari?"

"Ke mana?"

"Tentu saja ke laboratorium selama kami tinggal di sini. Jorga sudah menyediakan tempat untuk menyelidik kasus Jeff juga Nicholas," sahut Rezan menjelaskan panjang lebar.

"Baiklah. Besok saya akan ke sana, berikan alamat lengkapnya. Saya akan datang bersama putri Nicholas."

"Okay. Nanti saya akan mengirimkan via pesan. Terima kasih, Ebern. Saya tunggu kedatangan Anda."

Klik!

Ebern menutup sambungan seluler setelah sang lawan bicara memutus secara sepihak. Pria itu kemudian melangkah menuju ke pantri di mana sang gadis tengah lahap menyantap makanannya. "Sayang?" panggil Ebern menghampiri, berlanjut begitu saja ikut duduk di belakang raga Roxie.

"Hm." Roxie sedang mengambil potongan barbeque chiken dari piring.

"Kelaparan, ya?" tanya Ebern sembari mengecup lengan mulus gadis itu dan Roxie hanya mengangguk mengiakan sambil memasukkan potongan barbeque chiken ke dalam mulut seraya mengunyah.

"Besok ikut aku, ya, Sayang!" Ebern berlanjut mengecupi ceruk leher gadisnya, tak lupa pula mengisap dan meninggalkan tanda kepemilikan di sana.

"Ke mana?" Roxie masih saja asyik menyantap makanan, sekarang dia melahap pastrami slice dan baguette loaf.

"Menemui Rezan dan rekannya, karena sekarang merekalah yang menyelidiki kasus pembunuhan ayahmu, Sayang." Dua tangan Ebern bersambung meremas lembut gundukan sekal pada area dada si gadis.

"He Jelek, tanganmu kenapa nakal sekali. Di sini ada Deana juga pelayan yang lain, Ern! Jangan lakukan itu di sini!" peringat Roxie sambil mengambil wide glass seraya meneguk isinya tandas tak bersisa.

"Ya sudah, kita ke ruang baca saja sekarang. Aku masih belum puas, Sayang. Sekarang kau sudah kenyang, kan? Kita lanjutkan yang tadi, ya? Kau mau kan, Sayang?" pinta Ebern berbisik sambil mengisap lembut cuping telinga Roxie seraya memasukkan kedua tangan dari arah bawah ke dalam kaus oversize sang gadis dan kembali mengulang perbuatan nakal yang sebenarnya juga sangat Roxie sukai—dengan memilin puting payudara miliknya.

"Ck! Tidak mau! Aku ada tugas kuliah, Ebern. Bukannya tadi kita sudah dua ronde?"

"Apanya yang dua ronde? Yang ronde kedua tidak terhitung karena jalanan makin ramai, kau tidak mau lagi melanjutkan karena itu sekarang aku ingin kita mengulangnya. Ayolah, Sayang. Kita melakukan s*ks lagi, ya? Pe*isku minta dijepit-jepit lagi, Sayang."

"Ck! Mulutmu makin mesum saja, ya, Cops!" ujar Roxie kesal—entah kenapa semakin hari Ebern kian bertambah berani memperlihatkan keintiman di rumah, bahkan saat berada di tempat umum yang terdapat banyak orang—seolah ingin meminta pengakuan bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang akan segera menikah.

"Ayo, Sayang! Sudah selesai kan makanmu? Sekarang aku ingin memakanmu lagi. Coba kau rasakan ini!" Ebern mengangkat seraya memutar tubuh Roxie agar mereka saling berhadapan, kemudian membawa kelima jemari lentik si gadis ke pangkal pahanya—di mana kejantanan tersebut memang telah mengeras serta kaku dan Roxie meneguk saliva tanpa sadar, karena akal sehatnya sontak membayangkan saat mereka melakukan keintiman, mengerang bersama. Jujur, dirinya juga telah terkena virus ketergantungan akan objek yang menyerupai ular hitamnya itu.

"Kau itu kapan puasnya?" tanya Roxie pelan sembari menekuk raut wajah serta bibir sedikit mengerucut.

"Aku tak akan pernah puas, Sayang, bila melakukan s*ks itu bersamamu. Apa kau tak menyadarinya, hem? Aku ingin membuatmu hamil, Sayang," tutur Ebern berbisik serak sembari dua tangan meremas bokong sang gadis, berlanjut mengangkat agar Roxie mengangkang ke pinggangnya, "L*angmu begitu nikmat, Sayang, sangat sempit dan rapat. P*nisku nikmat sekali saat v*gin*mu menjepitnya kencang. Aku benar-benar menggilai v*gin*mu, Rox. Semua yang ada padamu, aku sungguh-sungguh menyukainya," ungkap Ebern memuji sambil bangkit berdiri, lalu melangkah menuju ke ruangan baca.

Ebern tiba di ruangan baca, dia masuk tanpa lagi merapatkan daun pintu hingga tak tertutup sepenuhnya. Sejoli itu telah terbuai akan hasrat nafsu berahi sampai-sampai melupakan situasi dan kondisi di sekitar mereka. Ebern merebahkan raga lampai Roxie ke busa empuk berbalut kain satin warna hitam. Tanpa permisi juga sikap tak sabar, sang pria segera membuka ritsleting seraya melepas hotpants beserta underwear milik gadisnya, kemudian bersambung—

skip >>> 21+

Kalimat yang baru saja diucapkan Ebern asing bagi pancaindra pendengaran sang gadis, kosakata anyar bagi Roxie yang masih sangat awam perihal tentang segala macam istilah-istilah yang berbau s*ks, "Enak tidak?" tanya Roxie penasaran.

"Lebih dari enak, Sayang, empat kali lebih nikmat saat kau mengalami *rg*sm*." Ebern menambah tusukan jemarinya dan tubuh Roxie kembali berjengit juga menegang hingga sedikit bergetar. "Bagaimana Sayang? Mau?" ulang Ebern sambil mengeluarmasukkan perlahan dua ruas jari tanpa memberi jeda.

"I-iya mau, a-aku mau mencobanya." Suara sang gadis tersendat, putus-putus, tampak dadanya juga naik turun silih berganti. Jujur, Roxie sangat penasaran seperti apa rasa nikmat kosakata baru yang diucapkan Ebern padanya? Apakah memang empat kali lebih enak ketika dirinya mengalami *rg*sm*? Ah, Roxie sudah tak sabar ingin segera mengenyam rangsangan yang teramat menggiurkan itu.

"Kali ini aku tak akan memakai pengaman, Sayang. Aku ingin kau benar-benar merasakan kenikmatan surga dunia bersamaku."

Tekad Ebern juga telah bulat, dia ingin membuat Roxie segera hamil agar secepatnya dapat menikahi gadis anehnya itu. Sebab Ebern sadar tak lama lagi pelaku pembunuhan Nicholas pasti akan kembali bergerak, saat kasus Nicholas ditindaklanjuti oleh kepolisian Canberra. Dirinya maupun Roxie pasti akan mengalami banyak teror serta intimidasi dari pihak-pihak yang berkaitan dengan perkara tersebut dan Ebern tak ingin nyawa Roxie terancam, apabila mereka belum resmi mengikat janji suci.

"Bersiaplah, Sayang. Aku akan membuatmu org*sm* berkali lipat dari sebelumnya sampai kau tak mampu lagi berdiri."




Tbc——









ⓂⓎ ⒽⓄⓉⓉⒾⒺ ⓂⓄⓃⓈⓉⒺⓇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang