27

14 1 0
                                    

Saat ini di dalam ruangan tampak dua sosok pria tengah berbicara serius—terlihat dari mimik wajah mereka yang tegang.

"Apa kau serius, Yousef? A-apa benar-benar tak akan bisa dilacak?" tanya sang lawan bicara kepada pria bernama Yousef, juga bahana suaranya terbetik jelas penuh kekhawatiran.

"Ya. Kau tenang saja, Rassim! Kau cukup berikan benda itu ke Nicholas sebagai hadiah ulang tahun. Bukankah katamu, Nicholas suka memasak? Meski racun itu berkerja sangat lambat, tapi aku yakin perlahan-lahan Nicholas pasti akan mati. Kau cukup patuh dan melaksanakan semua yang aku perintahkan! Itu kalau kau benar-benar menginginkan jabatan Nicholas jatuh padamu," balas Yousef sambil terkekeh pelan tanpa menyertakan pita suaranya. "Bagaimana? Apa kau bersedia?" tanya Yousef menyambung.

"Baiklah! Apa yang harus aku lakukan untuk menyingkirkan Nicholas?" Tak berselang lama, Yousef pun mengeluarkan objek seraya menjelaskan secara detail kepada Rassim bagaimana cara melenyapkan nyawa Nicholas.

Drit drit drit!

Gawai yang berada di atas meja kerja bergetar hingga memudarkan lamunan sesosok pria bertampang perlente. Lelaki tersebut kemudian meraih lalu menilik sekilas nama pemanggil pada layar datar selulernya seraya menekan tombol hijau.

"Ya."

"Aku ada kabar tak baik untukmu!"

"Apa itu?"

"Aku menghubungimu ... hanya sekedar memberimu informasi saja, agar kau bisa bersiap-siap, Rassim—"

"Apa maksudmu?" Dahi Rassim sontak mengerut dalam mendengar kalimat absurd sang lawan bicara.

"Kasus Nicholas kembali dibuka!"

"APA?" Suara lantang juga keras sontak bergema dalam ruangan kerja pria itu. "Bagaimana bisa kasus Nicholas kembali dibuka? Bukankah Yousef sudah lama menutup kasus itu? Lalu, bagaimana dengan Yousef? Apa dia sudah tahu?" tanya Rassim menyambung dan bahana suaranya penuh kecemasan luar biasa.

"Memang benar Yousef sudah lama menutup kasus Nicholas, tapi kerabat Nicholas yang menjadi Komisaris Jenderal Polisi di Aussie-lah yang membukanya kembali," terang sang lawan bicara menjelaskan dari seberang seluler.

Mendengar penjelasan detail dari sang lawan bicara, tak ayal cairan bening tampak mengalir turun perlahan pada pelipis sang pria.

"Ya sudah! Aku hanya memberitahumu, agar kau tak kaget bila tiba-tiba kau dimintai keterangan oleh pihak berwajib."

Klik!

Sang lawan bicara memutus sambungan secara sepihak lebih dulu. Rassim seraya meletakkan gawai ke atas meja kerja, dua tangannya tampak bergetar efek mengingat kembali peristiwa pada masa lampau di mana dirinya begitu menginginkan kedudukan di perbankan—posisi jabatan tertinggi—yang kala itu dibawah pengaruh penuh Nicholas Stunning Scoout—ayah Roxie.

Ketika itu, Rassim Cuadros hanya berstatus menjadi wakil kepala di perbankan yang dipimpin Nicholas. Kendati Rassim dan Nicholas bukanlah sahabat karib, tetapi sebagai atasan Nicholas kerap kali berkeluh kesah kepada Rassim. Nicholas sempat menuturkan cerita tentang salah satu kliennya bernama Souza Tovar yang ingin membagi warisan kepada dua putranya, sebab Souza merasa usianya tak bertahan lama akibat penyakit yang Souza derita.

Sebelum Souza sempat menandatangani akta tersebut. Selang beberapa hari, datang seorang pria yang mengaku sebagai salah satu putra Souza—dialah Yousef Magat Tovar. Yousef berkeinginan menyuap Nicholas agar menyetujui untuk mengganti nominal di dalam wasiat yang telah dibuat oleh pengacara Souza juga notaris sebagai penjamin keabsahan warisan tersebut—yang berhasil disuap oleh Yousef.

Namun, lagi-lagi jalan pintas yang ditempuh oleh Yousef kembali menemui halangan, karena dalam dunia perbankan nama Nicholas telah terkenal dengan kejujuran serta tak mudah menerima uang sogokan. Nicholas pun menolak mentah-mentah perbuatan curang tersebut hingga pada akhirnya Rassim-lah yang mengajukan diri akan melakukan manipulasi—penggelapan data nominal tersebut—asal Yousef menyingkirkan Nicholas untuk selamanya dari muka bumi, agar Rassim bisa mengambil alih posisi Nicholas.

***

Tampak sesosok perempuan muda turun dari kendaraan beroda empat lawas American Muscle Classic bermerek Ford Mustang. "Tunggu sampai aku datang, ya, Sayang! Nanti aku akan menjemputmu. Sepulang kampus, aku akan mengajakmu ke tempat orang kepercayaan Jorga untuk membicarakan kasus Ayahmu, Rox," jelas sang pria dari dalam mobil dan Roxie hanya mengangguk mengiakan.

"Masa hanya itu saja jawabanmu, Sayang?" Suara bariton lelaki itu berubah menjurus ke arah usil.

"Lalu?" tanya Roxie datar.

"Cium, Sayang!"

"Ck! Banyak orang, Ebern!"

"Hm, kalau tak ada orang malah bahaya, Sayang. Aku pasti akan langsung memberimu seks panas hing—"

Cup~

Sebelum Ebern sempat menyelesaikan semua kalimatnya, simetris merah Roxie mengecup permukaan bibir tebal sang pria. "Nah, memang seperti ini mauku, Sayang! Setiap hari kau harus menciumku saat kita tak bersama. Ingat itu, Sayang!" Roxie hanya menanggapi ucapan Ebern dengan melirik sebal juga tampilan mulut yang telah mengerucut sepanjang dua senti.

"Sampai nanti, My Hottie!" Ebern pun mengucapkan kata manis sambil menatap punggung Roxie yang semakin menjauh, efek lonceng universitas elit tersebut baru saja berbunyi nyaring.

Sementara di tempat lain, tepatnya di laboratorium—tempat untuk memecahkan kasus penyidikan. Tampak sesosok pria berambut merah kecokelatan tengah berbincang dengan seseorang melalui sambungan seluler.

"Bagaimana Miles? Sudah kau baca semua kan berkas kasus Nicholas yang aku kirim padamu tempo hari?"

"Hm. Done Rezan!"

"Lalu? Apa saja yang sudah kau temukan, Miles? Tita juga masih mengusut jasad melalui kerangka korban, karena kasus ini sempat ditutup lama, Miles," urai Rezan mengulas detail perkara kepada sang kakak.

"Sepertinya ... hem, bukan sepertinya, tapi memang pelaku menggunakan cara licik agar kasus pembunuhan yang dilakukan tak mudah terlacak, karena harus menelusuri detail perkara."

"Maksudmu?" Kening Rezan sontak mengerut dalam.

"Seperti penjelasanmu sebelumnya, Rezan. Katamu, pelaku menggunakan senyawa amygdalin, bukan?"

"Ya, betul! Tapi, Tita belum menemukan bagaimana cara senyawa itu bisa masuk ke dalam tubuh korban, atau setidaknya melalui media apa zat itu bisa masuk, karena Tita mengatakan tulang kerongkongan bersih tanpa adanya zat itu."

Miles sontak terkekeh pelan pada seberang seluler. "Apa kau sudah melupakan kasus Sheaa, hem? Bagaimana racun timbal bisa masuk ke tubuh Sheaa selama bertahun-tahun, ha? Sampai akhirnya ajal menjemput putri Shakeel sialan itu!"

Mendengar kalimat Miles, sontak Rezan ikut pula terkekeh renyah sebagai balasan menanggapi penuturan kakak lelaki satu-satunya. "Kenapa aku tak pernah berpikiran sampai sejauh itu, Miles?"

Sekali lagi hanya suara tawa terkekeh heboh yang terbetik jelas pada seberang seluler. "Karena otakmu tak selicik otakku, Little Bro!"

"Ah, otakmu memang benar-benar brilian tapi sekaligus juga sialan, Miles! Baiklah, Miles! Aku akan memberitahu Tita tentang ini. Thank you so much, Big Bro!"

"Kutunggu traktiranmu, Rezan, saat kau kemari. Keponakan bungsumu menunggumu!"

Rezan pun hanya terkekeh menanggapi ucapan Miles sebelum memutus sambungan seluler sepihak. Rezan lalu menyimpan gawainya ke dalam saku kemeja seraya memanggil kekasihnya.

"Sayang? Aku baru diberitahu Miles, Sayang. Kemarilah sebentar!"

.

.

Tbc—






ⓂⓎ ⒽⓄⓉⓉⒾⒺ ⓂⓄⓃⓈⓉⒺⓇTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang