Bertemu Pria Asing

82 8 2
                                    

"Selamat malam Tuan Saga, Nyonya Lizzy anda sudah ditunggu oleh Tuan besar. Silakan masuk." Saga berujar terima kasih kemudian melangkah masuk bersama Lizzy.

Wanita muda itu sedikit terperanjat ketika dia masuk ke suatu ruangan yang mana terdapat banyak sekali orang-orang dengan pakaian elegan mereka. "Kenapa melongo seperti itu? Ayo masuk!"

Sekali lagi tangannya digandeng oleh Saga dan keduanya masuk ke dalam pesta membaur dengan beberapa orang. "Tuan Saga, baru sampai ya?" tanya seorang pria paruh baya kepada Saga.

"Iya saya baru sampai, apa Tuan Wijaya sudah lama?"

"Bisa dibilang begitu, siapa wanita yang berada di sampingmu? Apa dia kekasihmu yang baru?" Saga melirik pada Lizzy sebentar kemudian melihat lagi pada pria bernama Wijaya dengan tertawa yang dibuat-buat.

"Dia bukan pacarku tapi istriku."

"Oh benarkah? Kapan kalian menikah?"

"Kalau tak salah sebulan yang lalu, kan sayang?" Sekali lagi Saga melihat pada Lizzy yang sekarang dirangkul begitu erat.

Lizzy menampakkan wajah risi tapi dengan senyuman dia mengangguk. "Selamat ya walau agak terlambat."

"Terima kasih."

"Kalian berdua terlambat." Lizzy dan Saga langsung menoleh pada Mahendra, ayah dari Saga.

"Hai Ayah." sapaan Lizzy dibalas senyuman namun sorotan tajam kembali saat Mahendra menatap balik putra bungsunya.

"Ayah bilang jam 19.00 ini baru 18.30."

"Tapi kalian itu tamu penting terutama Lizzy,"

"Kalau begitu salahkan menantu kesayangan Ayah ini, dia berdandannya lama sekali." Mata melotot ditampakkan oleh Lizzy yang membuat Saga bungkam dan hanya meminta maaf di dalam hati.

"Iya ini semua salahku. Maafkan aku Ayah." Ketika berhadapan dengan Lizzy, Mahendra malah tersenyum. Dia malah menepuk kepala Lizzy dengan penuh kasih sayang.

"Tidak apa-apa kok, Ayah bisa mengerti. Ibu Saga juga sama seperti kamu kok." Mendengar itu Saga menggigit bibirnya sebab kesal.

Benar apa yang dikatakan oleh Saga dari tadi, Lizzy memang menantu kesayangan Ayahnya itu. Bukan Lizzy saja yang diperlakukan manja istri kakaknya juga seperti itu.

Sangat disayang seperti putri sendiri. Bukan tanpa sebab. Mahendra ingin sekali memiliki seorang putri namun Sang Pencipta berkehendak lain dengan memberikan dia dua putra yang tampan.

Ibunya pun sekarang telah memasuki fase menopause yang membuat impian Mahendra pupus. Akhirnya, Mahendra memutuskan bahwa dia akan menganggap menantunya sebagai putrinya sendiri.

Sewaktu Saga melajang dia selalu saja ditelepon oleh Kakaknya yang mengeluh tentang sikap sang Ayah. Tanpa diundang Ayah datang hanya untuk melihat keadaan si menantu atau memberikan hadiah.

Malang bagi kakaknya itu, dia tak pernah mendapatkan apa pun dari Ayahnya sendiri. Beruntung sekarang Mahendra memiliki seorang cucu perempuan yang langsung menyita perhatiannya sehingga kehadiran Lizzy kurang mendapat sorotan.

Entah bagaimana Saga kalau dia mengalami hal yang sama dengan kakaknya. Memikirkannya saja sudah merinding. "Ayo Lizzy kita ke podium."

"Tapi Ayah bukankah ini terlalu cepat? Aku mau berkeliling sebentar bersama suamiku." jawab Lizzy seraya menggelayut manja pada Saga lebih tepatnya pura-pura.

"Baiklah Ayah akan menunggu ... Saga awas ya kalau kau tak menjaga istrimu!" Kata perhatian untuk Lizzy sementara Saga mendapat sebuah ancaman. Pilih kasih sekali!

"Ayolah Ayah ini pesta bukan hutan." gerutu Saga namun tampaknya tak diambil pusing oleh Mahendra. Pria itu sudah menghilang dari balik kerumunan orang banyak.

Senyuman Lizzy meluntur dan wanita itu melepaskan rangkulan Saga. "Aku pergi dulu ke sana mau ambil minum."

"Biar aku saj--"

"Aku bisa sendiri." Lizzy lalu melangkah masuk ke dalam kerumunan orang dan dia langsung menghilang dari pandangan suaminya.

Sebelum sempat mengejar, Saga ditahan oleh beberapa orang yang merupakan beberapa rekan kerja dan pria itu mengurung diri untuk mengikuti Lizzy.

Sampai di meja yang di atasnya tersedia banyak kudapan sekaligus beberapa minuman dingin, Lizzy mengambil salah satunya menyesapnya untuk mencicipi rasa manis.

Pesta di sini terasa membosankan sekali bagi Lizzy. Udaranya juga sumpek sehingga Lizzy merasa perlu keluar sementara. Dia melangkahkan kakinya menuju koridor yang tak jauh darinya berharap bahwa dia menemukan balkon di mana dia bisa sendiri dan tenang.

Lizzy sampai di sebuah balkon yang berfungsi juga atap gedung yang menjadi tempat diselenggarakannya pesta setelah melewati tangga.

Untuk beberapa saat Lizzy tertegun melihat banyak sekali bunga yang bermekaran di sana dan hal itu membuat balkon menjadi indah dipandang juga membuat Lizzy betah berlama-lama di tempat tersebut.

"Rupanya ada seseorang yang tersesat." Suara bariton seorang pria mengejutkan Lizzy yang masih terkesima. Dia pun cepat-cepat memutar tubuh dan menemukan siluet tegap yang membuat Lizzy mundur beberapa langkah.

"Siapa kau?" Kendati ada perasaan takut namun Lizzy berusaha memberanikan diri menatap lekat pada sosok pria yang memiliki mata berwarna pekat hitam seperti dia.

"Justru aku yang harusnya bertanya. Siapa kau? Beraninya masuk ke lahan pribadi seseorang tanpa seizin dariku." balas pria itu menggunakan nada tenang namun pandangannya matanya terlihat tajam tanda tak menyukai kehadiran Lizzy.

Awan yang menutup Bulan purnama mulai menjauh dan cahaya dari rembulan menerangi balkon tersebut sehingga keduanya bisa melihat satu sama lain. Lizzy membulatkan mata melihat siluet tinggi di hadapannya berupa menjadi sosok pria tampan dengan piyama tidur bewarna hitam mengikut rambut sekaligus warna matanya.

Lizzy juga bisa melihat otot-otot si pria yang tercetak sempurna di balik piyama terutama di bagian dada pria itu mencolok karena tak ditutupi sama sekali. Dia jadi teringat akan sosok karakter hot daddy di sebuah komik yang sering dibaca olehnya.

Bedanya jika si tokoh hot daddy berambut pirang dan memiliki mata kebiruan, pria di depannya ini identik dengan warna hitam. Sementara si pria tampak terpaku melihat Lizzy lebih tepatnya penampilan wanita itu.

Warna merah sangatlah mencolok tetapi ketika di pakai oleh si wanita asing malah terlihat elegan dan kuat. Ditambah rambutnya yang panjang bergelombang makin menambah pesona si wanita asing.

Apa dia model? Namun semua itu tampak ditepis oleh pikiran si pria. Kendati dia cantik tetap saja dia sudah menerobos lahan pribadi miliknya jadi si pria tak bisa memaafkan Lizzy.

"Maaf aku tak tahu kalau taman ini milik seseorang. Aku benar-benar menyesal." ucap Lizzy sambil membungkuk meminta maaf.

"Aku janji tak akan datang ke sini lagi. Permisi!" Awalnya Lizzy bernapas lega sebab melihat si pria bergeming mungkin si pria asing telah memaafkannya namun tidak sama sekali.

"Tunggu sebentar Nona." Langkah Lizzy berhenti, dia membuang napas pendek lalu memandang lagi pada si pria asing yang melihatnya sayu.

"Tolong beritahu aku siapa namamu."

Romansa NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang