Mendapat izin

58 7 0
                                    

Perasaan Lizzy campur aduk. Dia lupa dengan Gail, pria asing yang tak pernah diancam untuk menutup mulut. Betapa bodohnya Lizzy.

"Lizzy," panggil Reza yang langsung membuyarkan lamunan wanita muda itu. "Ayah tahu sekarang kamu lagi merencanakan sesuatu dan ayah pastinya akan dukung kamu tapi Ayah minta kamu jangan terlalu berlebihan, mengerti?"

"Ja-jadi Ayah tak marah?" Reza mengangguk.  Lizzy lalu melihat ke arah Lisa dan Ibunya yang juga menatapnya. Seakan tahu pikirannya, mereka berdua tersenyum.

"Kali ini aku memaafkanmu asal kau tak boleh mengulanginya lagi," kata Lisa. Lizzy tidak bisa berkata apa-apa selain menitikan air mata. Ia pikir selamanya tak akan dimaafkan oleh mereka.

"Sudah jangan menangis, ayo kita sarapan Ibu memasak nasi goreng kesukaanmu," ucap Angel.

"Aku minta maaf tapi aki tak bisa sarapan bersama sampai jumpa semuanya!" Lizzy berhenti menangis sekarang. Dia tak melepas pandangan pada Lisa yang telah menghilang dari balik pintu.

"Lizzy, ayo ke meja makan." Pintaan dari Ibunya tak bisa ditolak oleh Lizzy dan dengan senyuman ia merangkul lengan Angel untuk ke dapur.

"Enak tidak?" Lizzy hanya terseyum, mengiyakan pertanyaan Angel.

"Nah karena kita sudah baikkan, sering datang berkunjunglah di sini kalau perlu kau menginap beberapa hari, kami rindu sekali denganmu," ujar Reza meluahkan apa yang di hatinya.

"Oh ya Lizzy, ada apa dengan jarimu? Apa kau terluka saat memasak?" Angel berkata demikian sembari mengambil tangan milik Lizzy.

Wajah Lizzy jadi sendu. Ditariknya lembut dan menatap ke arah mereka. "Ini soal masalahku ... Malam ini ... aku tak bisa tidur." Lizzy menundukkan kepalanya. Dia tak mampu melihat mereka.

"Kau mimpi buruk lagi?" Angel menerka.

"Yap. aku rasa traumaku datang lagi."

"Bagaimana bisa? Kau sudah melewati itu semua, kau yakin bukan kau telah move on?" tanya Reza.

"Ya, itu benar. Ini salahku! Harusnya aku tidak datang ke reuni dan berbicara dengan Rama. Aku pikir dengan menghadapinya dan berharap permintaan maaf maka semuanya akan baik-baik saja tapi Rama melakukannya lagi. Dia melakukan kekerasan padaku."

Suara tangan Reza yang menghantam meja mengejutkan Lizzy dan Angel. "Pria brengsek sialan! Beraninya dia melukai putriku lagi! Aku akan ke sana dan menghajar tepat di wajahnya!?"

"Ayah jangan!" seru Angel seraya mengejar Reza yang sekarang buru-buru keluar.

"Hentikan Ayah! Aku tak mau berurusan dengan dia lagi!?" seruan Lizzy menghentikan keributan Reza.

"Kenapa? Kau dilukai lagi olehnya tapi langsung menyerah begitu saja. Saat Saga melakukan kesalahan kau berkoar-koar, sekarang kamu!" omongan Reza terpotong ketika melihat Lizzy memalingkan wajah. Binar mata menjadi redup tidak seperti yang biasanya.

Reza otomatis mengingat seluruh masa lalu mereka. Lizzy sudah menyerah akan Rama dan satu-satunya keinginan hanya untuk menjauh dari mantan pacar.

"Ini salahku. Aku yang ke sana jadi tolong jangan membuat masalah dengan mereka."

"Baik, Ayah tidak akan ke sana. Apa kau baik-baik saja?" Lizzy mengangguk.

"Baiklah aku kita tak akan mengungkit bajingan itu lagi tapi jika dia kembali melakukan sesuatu padamu maka aku tak akan tinggal diam." Kali ini Lizzy tak membalas.

"Ayo kita bicara soal Saga. Apa rencanamu selanjutnya?" tanya Angel--Ibunya yang kini sudah duduk di hadapan Lizzy.

❤❤❤❤

Setelah agak lama berbincang dengan Ayah dan Ibu, Lizzy pamit untuk pulang. Dia harus membantu Ibu mertuanya menyiapkan makan siang. Perasaan lega karena percakapan dengan orang tua dan semua yang ditutupi oleh Lizzy akhirnya bukanlah sebuah rahasia lagi.

Hal ini membuat mood wanita itu menjadi senang. Senyuman terus terpatri di bibir sampai suara guntur sekaligus hujan lebat menghancurkan perasaan gembira Lizzy. "Sial!"

Dengan berlari kecil ia langsung bergerak ke sebuah toko tak jauh dari tempat ia berdiri. Lekas saja Lizzy masuk dan semua mata memandanginya.

Ternyata bukan hanya dia saja yang berteduh. Lizzy dengan tenang bergerak mendekat mencoba untuk tidak canggung sementara mata orang-orang masih melihat ke arahnya.

"Mama bra mbaknya kelihatan!" kata seorang anak kecil nyaring. Lizzy terkejut bukan main dan benar saja saat dia melihat ke bawah, pakaiannya dalam terlihat akibat baju yang tipis.

Otomatis Lizzy menutupinya dengan tangan meski tak membantu sama sekali. Sambil menggerutu kesal, wanita itu melihat ke arah beberapa lelaki yang tidak melepas pandangan dari tubuhnya.

"Kenapa kalian melihatku seperti itu?!" gertak Lizzy mendadak. "Dasar mesum,"

Karena itu pria yang menatapnya segera memalingkan muka dari Lizzy. Sedang Lizzy sibuk memikirkan bagaimana caranya menutupi tubuhnya sendiri.

"Mbak," panggil seorang pria dari arah belakang. Belum menanggapi, sebuah jas diberikan oleh pria itu untuk Lizzy. "Pakai jas saya saja."

Lizzy termangu. Dari mana pria itu berasal? Dia tak melihatnya saat masuk ke dalam toko. "Terima kasih ya mas," sahut Lizzy.

"Sama-sama." Pria asing itu lalu keluar dari toko dan pergi entah kemana. Lizzy bahkan tak sempat menanyai nama atau pun alamat.

Walau begitu Lizzy merasa terselamatkan karena pertolongan dari pria asing tersebut. Lizzy lalu melhat sinis pada beberapa pria yang berada di satu tempat dengan dia. Dari sekian banyak orang hanya satu orang saja menawarkan bantuan.

Setengah jam kemudian hujan mulai berhenti. Lizzy segera keluar dan menunggu agak lama taksi yang dia pesan. Dingin dan basah membuat perasaan wanita itu tak nyaman.

Karena transaksi sudah dilakukan melalui mobile banking, Lizzy langsung berterima kasih. Dia lalu berpapasan dengan Bunda namun tidak lama Lizzy dan Yuna berbincang, wanita muda itu segera masuk ke dalam kamar. Mandi sebentar serta mengganti baju.

Romansa NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang