Lizzy mendengus kasar saat mengingat drama memuakkan siang tadi. Bisa-bisanya Saga luluh akan sikap wanita penipu itu tapi yah mau dibuat apa lagi? Suaminya selalu memakai perasaan dan mungkin tidak bisa dipisahkan dari sifat Saga.
"Lizzy, kenapa kau pasang muka jutek begitu? Ada masalah lagi sama suamimu?" tanya Jasmine penasaran. Entah kenapa ia sangat tertarik dengan rumah tangga sang sahabat.
Randi yang juga adalah teman Lizzy turut ada di sana. "Yah kalian tahulah hubunganku dengan dia seperti apa? selama wanita simpanannya masih ada di rumah, hatiku sangat tidak senang. Dari tadi saja kekasihnya buat heboh mau bunuh diri malah Saga percaya lagi dan mati-matian membela. Untung aku tak terprovokasi," jelas Lizzy dan menyeruput jusnya lagi.
"Setelah itu juga Crystal datang ke kamar dan menyombongkan jika dia menang dariku jadi ketimbang melukainya lalu bertengkar dengan Saga, aku menghubungi kalian berdua." Randi dan Jasmine saling berpandangan sebentar. Berbicara menggunakan bahasa tubuh kemudian mengalihkan pandangan kepada Lizzy.
"Lalu bagaimana dengan rencanamu? Kau sudah memiliki banyak petunjuk kenapa harus berdiam diri ketika memiliki kartu AS ya agar mereka berdua mendapat ganjaran," usul Randy namun tak diduga Lizzy menggeleng cepat.
"Ini bukan waktu yang tepat untuk membuat mereka malu. Aku tidak mau jika hanya karena satu langkah saja semuanya menjadi rusak."
"Lalu sekarang kau mau apa?" tanya Jasmine tak mengerti dengan cara berpikir sang sahabat.
"Tentu saja aku memiliki ide lain ... tenang saja semuanya akan baik-baik saja," balas Lizzy dengan senyuman picik.
"Oh ya dari tadi cuma aku saja yang curhat. Kalian?" Kedua teman Lizzy itu tampak merekahkan senyum dan mulai berbicara tentang hari-hari mereka yang melelahkan namun dipenuhi perasaan gembira.
Tertawa sebab canda meringankan kepala Lizzy. Inilah yang dibutuhkan olehnya, mendapat waktu untuk bernapas dan merasakan kenyamanan dari orang-orang terdekat.
Larut dalam obrolan dia baru sadar hari telah sore menjelang malam. Sudah saatnya pulang untuk memasak makan malam buat Saga. "Ini sudah malam, aku harus pulang," celetuk Lizzy seraya meletakkan ponsel ke dalam tas.
"Wah waktu berjalan cepat ternyata. Aku juga harus pulang ada banyak pekerjaan, kapan-kapan kita mengobrol lagi ya?"
"Siap!" balas Jasmine spontan.
"Jasmine kita pulang sama-sama yuk," ajak Lizzy dan direspon dengan anggukan oleh temannya itu.
Randi pun pergi meninggalkan mereka berdua yang sedang menunggu taksi sampai. Kala keduanya berbincang suara ponsel Lizzy menginterupsi. Dia langsung mengangkat panggilan tersebut ketika melihat tertera nama "Ayah Mertua".
"Halo Lizzy," sapa Ayah Saga dari balik telepon.
"Halo Ayah. Ada apa telepon Lizzy?" tanya wanita itu to the point.
"Kau ada di mana? Ayah sekarang ada di rumah tapi malah kalian tak ada." Otomatis Lizzy mematung sesaat mencoba mencerna ucapan Ayah Saga.
Lantas dia kembali bertanya guna memperjelas. "Ayah bilang apa?" bisa didengarnya suara hembusan napas panjang dari balik telepon.
"Ayah sama Ibu ada di rumah kalian sekarang," jawab Ayah untuk kesekian kalinya.
"Kau ada di mana?" tanya pria itu lagi.
"Bersama dengan teman. Aku juga akan pulang sebentar lagi ... baik Ayah sampai jumpa di rumah." Lizzy menutup telepon dan melihat pada Jasmine. Dia mengulum bibirnya berkali-kali sedang sorot mata dari wanita itu jelas ingin mengatakan sesuatu.
"Tenang saja kita akan lebih dulu ke rumahmu," kata Jasmine mengerti dengan tatapan permohonan sang sahabat.
"Terima kasih!" Binar bahagia tampak mata Lizzy. dia kembali menelepon seseorang dan agak malas bersangkutan dengan pria yang membuatnya jengkel. Apalah daya, ia harus mengabarkan berita penting.
Akan gawat jika Saga membawa Cristal pulang.
❤❤❤❤
Suasana hingar bingar di sebuah club tak lantas menyalakan semangat dari Saga. Tatapan pria itu kosong ketika memandang gelas berisi wine yang tepat berada di genggaman. Sementara pikirannya melambung tinggi sebab mengingat setiap perkataan Lizzy dan sekarang dia bertanya-tanya.
Apakah yang dia lakukan itu benar?
Tepukan bahu mengejutkannya dari lamunan. Sontak dia berpaling, menemukan kekasihnya yang agak mabuk menatap sayu. "Ada apa? Kenapa kau sedih begitu? Ayolah kita harus merayakan pesta sebab telah menang dari Lizzy!"
Saga meletakkan gelaa di meja terdekat lalu menarik Crystal agar duduk di kursi yang tak jauh dari mereka. "Eh kenapa duduk aku masih-"
"Duduklah, kau sangat mabuk. Dari tadi aku sudah memperingatkanmu agar jangan minum terlalu banyak," potong Saga seraya mempertahankan posisi Crystal. Crystal cemberut sesaat. Dalam sekejap wanita itu memegang kepalanya seraya mengerang kecil. Penglihatannya pun tampak kabur.
"Ukkh ... perutku tak enak," keluh Crystal.
"Kau mau muntah?" Crystal menggeleng.
"Kalau begitu kita pulang." Saga kemudian membopong Crystal keluar dari club dan membawanya ke dalam mobil. Tepat saat itu ada telepon masuk dari Lizzy.
Awalnya Saga tak mau mengangkat telepon si Ratu Iblis jadi dia membiarkan ponsel miliknya berdering sampai mati sendiri. Namun suara ponsel mengganggu ketika dirinya mengemudi. Hal itu membuat Saga tak bisa fokus.
Sesekali membagi perhatian antara jalan dan ponsel, Saga tidak menyadari lampu berwarna merah sedang di zebra cross ada beberapa orang lalu lalang. Barulah saat melirik Saga kaget melihat tepat di depan mobil ada dua pria yang menyebrang.
Otomatis Saga menghentikan laju mobil dengan menekan pedal rem dalam-dalam. Alhasil tubuhnya dan Crystal terdorong ke depan. Beruntung mereka memakai sabuk pengaman jadi tidak terluka.
Dua pria di depan mengutuk Saga. Berbagai cemoohan dilontarkan dan berlalu pergi. Kendati meminta maaf, dia menggerutu dalam hati. Perasaan dongkol kian bertambah kala mendengar lagi ponsel miliknya bersuara.
Langsung diterima, berteriak dengan amarah yang tertahan sejak tadi. "Hei sialan! Gara-gara kau aku hampir saja menabrak pejalan kaki!"
"Kau pikir aku mau meneleponmu!? Jika saja tidak ada berita penting, tak sudi tahu aku menelepon!" balas Lizzy sengit. Napas Saga yang memburu menjadi tenang setelah mengatur napas sebentar.
Dia kembali bertanya namun kembali memakai nada ketus, "Katakan kau mau apa?"
"Ayah dan Ibu ada di rumah kau tak bisa membawa kekasihmu datang ke sana. Soal barang-barangnya Crystal, aku dari tadi menelepon kepala pelayan dan dia sudah mengunci kamar yang dipakai Crystal. Aku tak perlu memberitahu apa yang harus dilakukan, aku akan menunggumu di rumah." telepon dimatikan secara sepihak oleh Lizzy menambah rasa jengkel Saga.
Sekarang pria itu harus membawa Crystal ke rumah Tantenya agar tak mengundang kemarahan dari Ayahnya yang mudah terpancing emosi. Dari dulu pun Ayah Saga memang tak menyukai Crystal sebab status pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Nakal
RomanceBerawal dari terbukanya rahasia Saga Keano yang memiliki seorang wanita lain di saat akan menikahi Lisa Grace, saudara kembarnya Lizzy Grace tak mau melihat saudara kembarnya sedih menggantikan posisi sang saudara kembar. Akankah pernikahan yang did...