Lebih Baik

82 4 0
                                    

Lizzy membuang napas kasar. Berurusan dengan masa lalu membuat emosinya sedikit naik. "Maaf aku terlalu terbawa suasana. Apa yang kukatakan itu hanyalah sebuah saran, terserah kalau kau mau ambil atau tidak. Itu keputusanmu."

Wanita itu berusaha menenangkan diri dengan mengalihkan perhatian. Beberapa menit dalam keheningan yang mencekik tapi Lizzy tak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Sungguh, Lizzy tak bermaksud untuk marah tapi jika teringat akan sesuatu kenangan buruk selalu saja terusik.

"Maafkan aku." Saga berucap pelan namun bisa didengar oleh sang istri. Lizzy sendiri diam berusaha memberikan ruang untuk Saga berterus terang.

"Aku harusnya memperlakukanmu dengan baik dan tidak menyakitimu. Aku harusnya menyadari semuanya tapi tidak karena aku emosi ... sungguh aku menyesal Lizzy." Pria itu kemudian berdiri, mendekati istrinya dan memeluk dari belakang. "Aku tidak mau kita terus bertengkar karena kita sama-sama keras kepala. Ayo kita mulai hubungan dari awal, berbenah diri dan tidak akan ada rahasia lagi di antara kita."

Lizzy melerai pelukan. Dia membalikkan tubuh, menatap dalam ke mata Saga yang menatapnya serius. Tidak ada kebohongan di mata pria itu. Lizzy lantas tersenyum lalu memeluk sang suami. "Janji?"

Saga mengangguk. "Janji!" balasnya seraya membalas pelukan Lizzy.

❤❤❤


Sekitar jam enam sore, Saga dan Lizzy tiba di pesta. Sudah banyak orang yang datang menikmati jamuan seperti minuman alkohol dan beberapa snack kecil. "Kalian datang juga." Sena menyapa begitu keduanya masuk. Dia tersenyum lebar.

Lizzy memulas senyum hambar, dia sedikit tak tenang akan kehadian Sena. Beda hal Saga. Pria itu tersenyum akrab dan merangkul singkat Sena layaknya sahabat. Lizzy jadi cemas sendiri melihat betapa dekatnya dua pria ini, semoga saja tidak ada sesuatu yang buruk.

"Tentu saja, kami sudah berjanji jadi kami berdua datang." Sena kemudian mengantar mereka masuk duduk di depan bar sambil mengobrol.

"Kalian minum apa? Aku akan membuatnya untuk kalian."

"Ah tidak usah masa pemilik pesta membuatkan minuman untuk tamu." Saga menolak.

"Tolong tequela," pinta Lizzy. Sena langsung tersenyum saat menatap Lizzy dan mengangguk sedang Saga tampak tidak terima.

"Tequela dan Virgin Colada." Saga menambahkan. Begitu Sena menjauh dari mereka Saga menatap Lizzy sebal. "Aku akan minum tequela, kau minum virgin colada saja."

"Tidak aku mau tequela, aku yang memesan itu lebih dulu." Lizzy membalas tenang.

"Aku tak mau kau mabuk."

"Aku ingin mencicip saja sedikit."

Saga menggeleng tetap tidak setuju. Lizzy sendiri masih bersikukuh namun hanya diam saja, kalau dia protes hanya mengundang pertikaian di antara mereka berdua. Butuh beberapa menit pesanan mereka telah siap Sena mengulurkan minuman Saga lebih dulu. "Virgin Colada untuk Tuan Saga dan Tequela untuk Nona Lizzy."

Lizzy semringah. Sena ternyata memihak dia. Tanpa membuang waktu, Lizzy mengambil minumannya dari tangan Sena mencegat sang suami merebutnya lebih dulu.

"Silakan dinikmati minumannya." Sena kemudian berjalan menjauh menyambut para tetamu yang baru saja datang.

Saga langsung merampas minuman Lizzy saat wanita itu lengah, menggantikannya dengan minuma miliknya yang tidak pakai alkohol. "Tidak adil," gumam Lizzy.

"Ini demi kau juga." Tidak butuh waktu lama Saga meminum tequela hingga tandas. Lizzy mencebik kesal sedang Saga tersenyum puas. "Permisi tequelanya satu lagi."

Terpaksa Lizzy meminum Virgin Colada yang ada di tangan meski sebenarnya minuman enak, dia masih penasaran tapi tidak mungkin memesan lagi jika Saga ada di sini.

"Malam ini kenapa panas sekali ya," komentar Saga sambil mengipasi diri. Keringat juga membasah pelipisnya banyak. Dia baru saja selesai menegak tequela untuk kedua kalinya dan merasa makin panas saja.

"Kau tak apa-apa? Kau tampak tak enak badan, apa kita pulang saja?" tanya Lizzy khawatir.

"Tidak, kita baru saja datang kenapa pulang begitu cepat?" Saga lalu bangkit, berjalan lunglai hendak ke kamar kecil. Lizzy ingin ikut tapi Saga menolak permintaan sang istri dengan alasan dia bisa melakukannya sendiri.

Meski kembali ke tempat duduk Lizzy tak bisa melepas pandangan dari Saga. Takutnya pria itu akan celaka sialnya, Saga selalu saja tidak mau dibantu. Apa salah jika membutuhkan orang lain ketika kesulitan?

"Obatnya bekerja dengan cepat."

Lizzy menoleh mendapati Sena telah duduk di sampingnya. "Aku khawatir jika nanti Saga akan mendengar percakapan kita nanti."

"Kau mau memberiku obat?" tanya Lizzy kaget.

"Bukan kau tapi suamimu. Walau kau memesan minuman lain, aku akan tetap memberi obatnya di minuman Saga hanya saja aku mengerti kalau Saga tidak mau kau minum tequela maka aku memasukan obat itu ke minumanmu, pandai kan?"

Lizzy terperangah. Matanya sekarang menatap tajam dan benci pada sosok pria yang berada di sampingnya sekarang namun Sena dengan cepat melanjutkan perkataan. "Jangan khawatir itu bukan obat yang macam-macam kok, segera setelah dia muntah Saga akan baik-baik saja."

"Tetap saja perbuatanmu buruk sekali. Aku tidak mau jadi janda di usia muda!" Lizzy berniat menghardik Sena, mengingat banyak orang di tempat itu dia hanya meninggikan sedikit suaranya. Tidak mau menjadi pusat perhatian.

Sena tersenyum. "Sebenarnya aku juga menantikan hal itu tapi aku masih punya hati nurani."

Lizzy makin emosi dan malangnya tidak banyak yang dia lakukan selain menahan kekesalan. Andai saja ini bukan pesta Sena, dia langsung saja mencakar wajah pria itu. "Kupikir kau itu pria baik rupanya sama saja, kau berengsek."

"Ah ya aku hampir lupa, aku mengundang kalian berdua bukan karena menghadiri pesta ini tapi aku ingin bicara denganmu berdua saja." Sena langsung mengalihkan pembicaraan. Diambilnya sesuatu dari kantung kemeja. Sebuah kartu perusahaan dengan simbol D besar. "Bosku tertarik untuk memperkerjakanmu, dia suka dirimu yang ambisius. Kalau kau tertarik hadiri interview di perusahaan kami beberapa hari lagi."

Lizzy menerima segan kartu itu. Dia termangu saat membaca nama perusahaan Big D. Sepengetahuannya dia tak memberikan berkas lowongan ke perusahaan apapun karena mau fokus terhadap Saga dan Crystal kenapa tiba-tiba ada yang mau merekrutnya?

"Awalnya aku sama sepertimu, aku heran kenapa tiba-tiba aku diberikan undangan interview oleh mereka tapi percayalah kau akan suka pekerjaan ini." Sena berkata dengan santai. "Kalau bukan karena mereka aku tidak akan membuka barku sendiri dan berkenalan dengan banyak orang-orang berkuasa."

Lizzy masih termenung untuk sementara sebelum akhirnya tersenyum. "Maaf tapi aku tak tertarik dengan pekerjaan di sebuah perusahaan jasa. Lagi pula suamiku itu orang yang berada jadi-"

"Bagaimana kabar kekasihmu? Mmm, namanya siapa ya? oh Gail! Pria yang membawamu kabur beberapa hari dan kau minum bersamanya anggur yang aku beri tempo hari. Dia baik-baik saja, kan tidak didatangi oleh Ayah mertuamu?"

Mendengar pertanyaan Sena Lizzy mematung. Mengapa Sena bisa tahu soal Gail? dan apa yang dimaksud oleh Gail diancam Mahendra?

Dengan sikapnya yang tenang Sena menambahkan. "Selama ini mertuamu membayar perusahaan untuk mengintaimu beberapa hari belakangan sampai sekarang. Ingat, uang tipku banyak loh."

Romansa NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang