Ade

47 7 1
                                    

Kini Saga berada di depan kamar Lizzy. hanya menonton film tapi kenapa Saga merasakan firasat buruk adapun ia dilanda kegugupan. Sebagai seorang pria, Saga harus menepati janji. Pelan tapi pasti dia mengetuk pintu. "Masuk," ucap Lizzy dari balik pintu.

Saga membuka pintu menemukan Lizzy sibuk menata ranjang. "Menurutmu lebih baik tidur atau duduk?" Lizzy menanyakan pendapat Saga.

"Terserah kamu saja," balas Saga ketus. Tak menatap wajah sang istri, Saga memutuskan duduk di lantai beralaskan karpet bulu.

"Ide bagus." Lizzy kemudian ikut duduk di samping suaminya. TV smart menyala memperlihatkan sebuah aplikasi menonton. "Mau nonton film apa ya?" gumam Lizzy pelan.

Saga hanya diam. Dia ikut memperhatikan TV yang sedang menyala. Lizzy beralih ke genre dan memilih romance. "Jangan romance muak dengar kata-kata puitis."

"Kalau action?"

"Uhh, nggak mau! Horor atau misteri gitu." Saga kembali menolak.

"Kalau film dokumenter?"

"Aku baru habis makan nggak mau muntah." Alasan dilontarkan lagi oleh Saga. Dia sama seperti seorang wanita saat bertanya soal makanan selalu jawab terserah.

Lizzy tak mengeluh. Wanita itu mencari film di genre horor dan misteri demi suami menonton tanpa merasa bosan. "Nah yang itu putar filmnya."

Setengah film berjalan, keduanya tetap fokus pada TV. Entah karena memang filmnya bagus, mereka tidak pernah mengobrol padahal kegiatan nonton tersebut dilakukan agar hubungan Lizzy dan Saga bisa membaik.

Lizzy pun langsung tahu dan sering kali menatap diam-diam Saga. Tetap saja dia diabaikan. Tidak bisa terus seperti ini! Lizzy harus berbuat sesuatu.

Dia berdeham meminta perhatian. Lagi Saga mengabaikannya dan terus terpaku ke arah benda yang ada di depannya. Lizzy mendecih pelan. Kesal akan sikap sang suami namun dia tak kehabisan akal.

Lizzy berpura-pura menguap lalu menjatuhkan tangan tepat di atas tangan Saga. Wanita itu bisa merasakan Saga terkejut dengan sentuhannya tapi tetap dia hanya membeku, tidak balik memandang Lizzy.

Darah Lizzy berdesir sebab amarah. Dia mencoba tetap tenang dengan mengatur napas. Bukan namanya Lizzy jika tidak mengatur siasat. Dengan sengaja wanita itu menabrak bahu Saga, berpura-pura jatuh ke bawah.

Otomatis Saga sigap menangkap dan Lizzy langsung menempel di dada bidang milik sang suami. Merasakan degup jantung kencang di dalam membuat Saga salah tingkah apalagi sekarang Lizzy tersenyum menggoda ke arahnya.

Jika saja tidak ada yang mengganggu mereka pastilah Lizzy bisa meluluhkan hati Saga. Suara ketukan mengejutkan keduanya. Saga langsung mendorong istrinya jatuh ke lantai.

Lizzy meringis kesakitan. Kesal tapi tak bisa ia lakukan dan hanya berjalan cepat membuka pintu lalu melototi seorang pelayan pria. "Ada apa?"

pria itu takut tapi bisa berkata dengan lancar. "Maaf Nyonya, ada yang cari Nyonya dia menunggu di depan gerbang tak boleh masuk."

"Katakan saja besok baru datang lagi, aku sedang sibuk!" balas Lizzy ketus.

"Tapi Nyonya tamu ini seorang anak namanya Ade." Lizzy bergeming. Kenapa anak itu mencarinya?

Lizzy bergegas menuju pintu gerbang dimana satpam tengah beradu debat dengan seorang anak gadis berusia 12 tahun.

"Jangan bohong dek, tidak mungkin Nyonya punya teman yang umurnya seperti kamu," ucap satpam dari nada bicaranya terkesan kesal.

"Kalau tidak percaya ya sudah tidak apa-apa, lihat saja nanti setelah Lizzy datang." Si gadis menantang.

"Jaga bicaramu! kau tak sopan bicara mengucapkan namanya!"

Lizzy segera mendekat dan benar saja dugaannya, hanya satu Ade yang dia kenal yaitu anaknya Lia. "Ade," Gadis dengan tubuh berisi dan pipi gembul tersebut tersenyum ke arah Lizzy. "Sedang apa kau di sini? Ini sudah malam loh!"

"Mama yang bawa aku ke sini, dia tak mau anaknya cuma tinggal sendiri di rumah." Ade menyahut.

"Di mana Mamamu sekarang?"

"Di bandara jalan sama sugar daddynya. Aku bisa nggak ikut, masih sekolah." Lizzy mengembuskan napas panjang. Dia lalu menarik Ade untuk masuk ke dalam.

Dia bisa melihat senyuman kemenangan tampak di raut anak itu sambil melihat si satpam. "Dari mana kau tahu tempat tinggalku di sini?" tanya Lizzy sekali lagi.

"Dari om! dia yang cari alamatnya lalu bawa aku ke sini. Oh iya, Mama bilang aku menginap di sini beberapa hari sampai dia datang, apa boleh?"" Lizzy mengangguk.

"Hari ini kamu tidur dulu di kamarku, besok baru kamarmu siap."

"Kamar Kakak? Kukira Kakak sudah menikah?"

"Itu benar tapi aku masih belum siap jadi kami sepakat untuk kamarnya terpisah." Lizzy membuat alasan. Entah percaya atau tidak, setidaknya bisa menutup mulut Ade.

"Bukannya-"

"Lizzy!" suara berat seorang pria berteriak keras hingga menggema di seluruh rumah. Saga berjalan tergesa-gesa sambil membawa sebuah jas.

"Ini jas siapa? Ini bukan punyaku pasti dari pacarmu, kan! Kenapa barangnya ada di sini? Kembalikan sama dia cepat!" Saga meletakkan jas tersebut di tangan Lizzy.

"Ini bukan milik Gail! Ini miliki seseorang yang baik padaku. Bagaimana bisa aku kembalikan sementara aku tidak tahu nomornya!" Lizzy balik mengomel.

"Oh selain punya pacar, kau punya selingan juga. Ada berapa banyak pria selingkuhanmu?!" bentak Saga jengkel.

Mendadak sebuah pukulan keras mendarat di perut Saga membuatnya mundur beberapa langkah. Di tengahnya ada Ade yang memasang kuda-kuda.

"Jangan menghina kakak!" seru Ade. Dia kembali menegakkan posisinya masih dengan menatap tajam Saga. "Kalaupun kakak selingkuh, itu pasti karena kau yang salah!"

Lizzy menganga melihat aksi pembelaan Ade. Dia tahu jika Ade ikut pelatihan bela diri tapi Lizzy tidak menyangka Ade akan menggunakan tenaga untuknya.

"Sudah Ade kakak baik-baik saja, ayo kita masuk ya. Kamu kelihatan lelah sekali." Lizzy menarik tangan Ade lalu berjalan menuju tangga meninggalkan Saga sendirian. Dari raut wajah Saga, ia terlihat syok.

❤❤❤

"Kenapa sih Kakak harus nikah sama orang seperti itu?! Bukannya kakak bilang kakak akan memilih seseorang yang nggak akan kasar sama kakak? Apa Kakak lupa apa yang dibuat sama mantan pacar Kakak?!"

Lizzy terdiam mengerti kalau Ade marah besar karena kecewa terhadap pilihan yang Lizzy buat tapi di bisa apa? dia tak mau jika Lisa, saudara kembarnya berada di posisinya sekarang.

"Aku tahu kau kecewa tapi aku harus melakukannya ... demi Lisa. Aku tak mau dia mendapat pengalaman yang sama denganku jadi aku melindunginya."

"Lalu Kakak? Bagaimana dengan Kakak?"

Lizzy tersenyum. "Jangan khawatirkan aku. Aku kuat ... aku bisa menanggungnya sendiri."

Ade terdiam. Langkahnya pelan mendekat pada Lizzy dan memeluk wanita itu. "Kakak, janji sama Ade ... Kalau Kakak tidak kuat, tolong cerai sama pria itu. Janji ya?"

Wanita itu tidak berkata apa-apa. Dia hanya membalas pelukan dari teman kecilnya.

Romansa NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang