Satu Hari Tambahan

47 3 0
                                    

Jam enam pagi. Sinar matahari menyeruak masuk menembus gorden berwarna putih. Lizzy terbangun lebih dulu, menatap Saga yang senantiasa memeluknya erat seakan tak mau wanita itu pergi. Mau menggeliat pun susah rasanya.

"Sial," umpat Lizzy pelan. Ini sudah kesekian kalinya dia terpesona oleh Saga baik wajah maupun tenaga. Entah apa yang terjadi semalam, Lizzy bisa merasakan ledakan hasrat membuncah di antara mereka berdua dan berakhir dengan tubuh yang sakit-sakitan terutama Lizzy.

Dia tak tahu harus mengatakan apa lagi. Lizzy harus siap jika ke depannya akan ada kehidupan yang tumbuh di dalam rahimnya. Wanita itu mengembuskan napas panjang namun pelan, ditatapnya sayu Saga dan jemarinya mulai mengusap wajah sang suami.

Saga tampak tidak terganggu bahkan dari ekspresinya tambah tertidur pulas. Lizzy tersenyum dan langsung menjepit hidung Saga kuat-kuat. Alhasil pria itu terbangun dan memundurkan wajahnya dari tangan Lizzy. "Kau gila ya?!" protes Saga kesal.

"Kau sendiri membuatku sesak ya jadi aku bikin kau sesak juga, impas kan?" sahut Lizzy mengejek.

Saga cemberut sebentar saja dan tersenyum lagi. Dia memeluk Lizzy dari balik selimut lalu mengecup dahi serta pipi sang istri. "Selamat pagi, maaf aku menyakitimu. Tidak ada yang sakit, kan?"

"Kau membuatku gerah. Semalam karena itu kita nggak jadi mandi, tubuhku sekarang lengket dan sakit." Lizzy menjawab dengan nada jengkel.

"Kalau begitu kita mandi sama-sama yuk,"

"Nggak! Nanti kejadian lagi. Pokoknya aku mau mandi duluan, baru kamu. Ambilkan aku handuk."

Saga mundur namun tak melepas rangkulannya. "Ambil saja sendiri, hanya ada kita kok."

"Justru karena ada kau, aku malu sekali. Karena semalam ...." Lizzy tak bisa melanjutkan perkataannya. Wajahnya merah padam mengingat dia kehilangan kontrol atas diri sendiri.

"Tapi aku suka sisi liar-" Belum sempat Saga meneruskan kalimat Lizzy sudah menutup mulutnya.

"Lupakan apa yang terjadi semalam, tubuhku kaku aku ingin mandi. Semalam juga karenamu aku tidak bisa tidur nyenyak. Sekalian ambil pakaianku di tas, pakaian kita yang masih basah  ada di dalam kamar mandi harus cepat di cuci." Lizzy bertutur pelan.

"Bagian mana yang sakit?" tanya Saga setelah menyingkirkan tangan Lizzy.

"Punggungku, tangan dan kaki. Rasanya sakit semua." Lizzy mengeluh dengan nada yang sama. Dia kemudian membelakangi Saga dan mata mulai terpejam. Sepertinya yang dibutuhkan oleh Lizzy bukanlah mandi melainkan tidur.

Saga hanya membelai rambut Lizzy lalu pergi ke dalam kamar mandi. Tak lupa dia menaruh pakaian bersih juga handuk jikalau wanita itu terbangun. Transfer uang di rekening Lizzy seperti kesepakatan sebelumnya.

Dia tak ingin menganggu jadi Saga memutuskan meninggalkan Lizzy. Bersenang-senang sendirian tampak tidak terlalu buruk. Ada pantai dekat penginapan, akhir pekan pastilah banyak pengunjung. Saga tersenyum lebar. Saatnya menyombongkan penampilan.

❤❤❤


Mata Lizzy terbuka lebar, dia langsung duduk dan berusaha untuk sadar sepenuhnya. Hal yang pertama Lizzy lihat adalah pakaiannya di tepi ranjang tepat di ujung kaki dengan barang-barangnya yang lain.

Pasti Saga yang menyiapkan. Ada juga sarapan tersedia di atas meja yang ditutup. Saga belum menyentuh berarti dia pergi tanpa makan sama sekali. Selekas mungkin Lizzy mandi serta berganti pakaian, memakan sarapan kemudian berjalan keluar.

Di ponselnya ada notifikasi uang masuk sekitar lima juta lebih. Saga mengirim lebih dari kesepakatan mereka. Dia sengaja dan ini tidak adil untuk Lizzy. Alhasil mau tak mau Lizzy harus menemukan Saga memintanya menjawab beberapa pertanyaan.

Sampailah Lizzy ke pantai dengan berjalan kaki. Begitu banyak pengunjung mengingat bahwa hari ini adalah hari minggu. Ada begitu banyak anak-anak, orang tua juga kalangan muda menghabiskan waktu. Entah itu piknik atau sekedar berjemur. Jelasnya pantai tersebut sangat padat.

Mata Lizzy melihat sekeliling. Dia yakin jika Saga ada di tempat ini tapi letak persisnya ada di mana, ia tak yakin. Lizzy kemudian berjalan memasuki keramaian berharap Saga berjemur atau sedang berteduh di bawah beberapa payung besar.

Lizzy melangkah lebih jauh mendekat lebih ke ombak. Tak jauh dari tempatnya berdiri, sekelompok wanita tengah berdiri bercengkrama namun tak melepas pandangan dari dalam laut seakan tengah menunggu seseorang muncul.

Lizzy berjalan mendekat sambil melihat penampilan para gadis dari ujung kepala hingga ujung kaki. Mereka tampak biasa. Wajar kalau mereka memakai pakaian renang di pantai dan orang-orang sama sekali tidak keberatan. Hanya saja Lizzy sadar saat dia mendekat, kelompok gadis itu tengah tersenyum genit.

Dari gaya bicara mereka juga, mereka tampak baru saja menemukan "target". Lizzy mendekat lalu berdiri tepat di sisi mereka, firasatnya mengatakan sesuatu jadi dia menunggu.

Muncul seorang pria yang baru saja selesai berenang. Sambil menyisir rambutnya yang basah kebelakang dia berjalan keluar dari air. Lizzy berdecak. Rupanya dugaan dia benar. Orang yang disebut sebagai "target" ialah Saga.

"Dia ganteng kan?" Lizzy bersuara membuat dirinya menjadi pusat perhatian. Dengan senyuman ia melanjutkan. "Perawatan diri, pergi ke gym pastilah mahal bukan?"

Lizzy kemudian berpaling ke arah mereka. "Maaf, bukannya menganggu kesenangan kalian tapi untuk yang satu ini kalian akan berurusan denganku dan jika kalian memaksa, aku bersumpah mencolok mata kalian."

Tahu dengan situasi para gadis itu bergerak menjauh meninggalkan Lizzy sendirian. Di saat yang sama Saga menghampiri dengan senyum lebar. "Bagaimana badanmu? Merasa nyaman?"

Lizzy menggeleng. "Jangan lakukan hal itu lagi,"

"Melakukan apa?"

"Pamer tubuh. Aku tahu kau ini tampan, seksi dan juga kaya tapi ingat kau ini sudah menikah. Hargailah aku sebagai istrimu!" ujar Lizzy emosi.

Saga tertawa. "Di mana-mana pasti perempuan yang dikatai seperti itu sama suaminya kok sekarang kebalik ya? Apa kau cemburu melihatku di perhatikan oleh banyak gadis? Ayo mengaku saja tidak apa-apa, aku mengerti kok."

Lizzy memutar matanya malas dan memberikan handuk yang dia bawa dari tadi kepada Saga. "Omong-omong, kau mengirimkan uang lima juta di rekeningku, Kalau di total sekarang baru 1 juta lebih. Apa kau membeli waktuku?"

"Bilang saja seperti itu. Aku perlu tambahan satu hari, tidak mungkin bukan kau akan pergi tanpa aku jadi ayolah kita nikmati dulu hari ini sampai besok. Kau juga belum mengitari kota ini?" tanya Saga memastikan.

"Ini bukan kencan tapi Bulan Madu. Kau sudah merencanakan semua ini bukan?"

"Bagian semalam, tidak. Ayo kita makan siang, perutku sudah lapar." Lizzy tidak bisa memrotes yang ada dia ditarik tangannya oleh Saga untuk pergi dari pantai. "Aku juga memesan pijat sauna setelah makan ayo ke sana."

"Bagus, tubuhku masih kaku sampai sekarang." Lizzy akhirnya bersuara. Langkahnya juga disamakan dengan Saga.

Romansa NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang