Untuk beberapa saat Crystal termenung dan kemudian menggeleng dengan cepat. Meyakinkan diri bahwa Saga tidak mungkin jatuh cinta pada istrinya.
Dia lalu pergi ke kamar serta membersihkan diri untuk bersiap kencan. Sementara itu Saga menyiapkan mobil dan memarkirkannya di depan Lizzy yang menunggu.
Saga lalu turun dan berdiri di samping Lizzy. Ia memperhatikan saksama penampilan sang istri dan menurutnya wanita itu sangat luar biasa. "Kenapa kau memperhatikanku seperti itu?" tanya Lizzy begitu menangkap ekor mata Saga tertuju padanya.
"Siapa yang memperhatikanmu? Aku hanya memperhatikan ...." Seketika pandangan Saga terarah pada bunga yang berada di belakang Lizzy.
"Pada bunga yang cantik itu." Lizzy mengulum tawanya sekarang. Jelas dari tadi Saga melihatnya tapi karena tak mau tertangkap basah jadi dia langsung tunjuk bunga.
"Ya, ya terserah padamu." setelah itu Lizzy kembali diam bersama Saga menunggu pasangan masing-masing. Tak lama suara klakson mobil terdengar dan Lizzy semringah melihat Gail datang dengan mobilnya.
Pintu kaca mobil terbuka menampakkan sosok Gail. "Kau sudah lama menunggu?"
"Tidak, kau tepat waktu."
"Ayo cepat masuk." Lizzy mengangguk dan masuk ke dalam mobil milik Gail.
"Saga kami duluan ya, nanti kita akan ketemu di taman hiburan." Saga memasang senyum palsu disertai gerakan mengangguk namun setelah kepergian mereka Saga mencebikkan bibir tak suka.
"Sayang, sudah selesai dandanannya ayo kita pergi." ucapan Crystal tentunya mendapat perhatian dari Saga. Pria itu pun sebenarnya ingin cepat-cepat menyusul Lizzy dan pacarnya agar mudah memperhatikan mereka.
Setibanya di sana Saga bisa melihat sosok dua orang yang dicarinya tampak berada di pintu masuk. Dia juga melihat Lizzy memperlihatkan wajah tak sukanya sambil menggerutu pada Gail. Entah apa yang dibicarakan sampai Lizzy terlihat kesal begitu.
"Kenapa kita harus menunggu mereka? Biarkan saja kita tinggalkan mereka berdua, itu lebih baik."
"Loh kau sendiri yang mau memancing rasa cemburu Saga, kita harus memperlihatkan kemesraan kita supaya tahu bagaimana mimik wajah suamimu itu." Lizzy sejenak berpikir kemudian mengiyakan ucapan Gail.
"Baiklah, aku mengerti."
"Lizzy!" suara Crystal menginterupsi. Baik Gail mau pun Lizzy sama-sama memandang ke arah Crystal dan Saga yang berjalan beriringan. Crystal memberikan senyuman manis sementara lengannya merangkul lengan Saga yang tampak tak keberatan.
Dari balik senyuman, Crystal melihat pada Lizzy, jelas dia ingin membuat istri pacarnya itu cemburu namun bukan Lizzy namanya jika dia terpengaruh akan keintiman pasangan tak tahu malu itu malah dia menahan tawa dengan senyuman karena jijik akan tingkah Crystal.
"Kalian mau menunggu kami? Baik sekali."
"Tentu saja, ini adalah double date. Sudah beli tiket?"
"Sudah. Ayo sebaiknya kita masuk." Crystal dengan antusias menarik Saga untuk masuk. Dia dengan sengaja mengambil jalan di tengah antara Gail dan Lizzy yang membuat Lizzy harus menyingkir beberapa jarak.
"Aduh andai saja ini bukan di tempat umum, aku jambak rambutnya," luah Lizzy sambil melihat punggung Crystal dan Saga.
"Sudah jangan terbawa emosi. Rencananya tak akan berjalan lancar."
"Iya, iya aku tahu." Gail lalu mengulurkan tangannya pada Lizzy yang langsung menerimanya spontan.
Keduanya lalu masuk berjalan mengikuti Saga dan Crystal. "Sayang lihat ada gulali, belikan aku satu dong."
"Tentu." Baru saja beberapa menit Lizzy dan Gail sudah diperlihatkan adegan "mesra" yang memuakkan. Ingin rasanya Lizzy muntah namun dia harus menahan mual terutama saat ada adegan suap-suapan.
Pada akhirnya dia mengalihkan pandangan ke tempat lain sementara Gail cuma diam sambil memperhatikan Saga dan Crystal. Beberapa detik Gail agak merasa bosan menonton lalu memusatkan perhatian pada sosok Lizzy yang kini memandang ke arah toko cindera mata.
Lizzy melihat sesuatu yang berkilauan tergantung indah di balik kaca besar toko tersebut. Sebuah penangkap mimpi. Untuk sejenak Lizzy bisa menentramkan pikiran.
"Kau mau membelinya?" tanya Gail tiba-tiba. Lizzy agak terkejut, dia menatap sekilas pada Gail dan kembali pada penangkap mimpi lalu menggeleng.
"Kenapa?"
"Aku tak memiliki uang. Lagi pula benda itu-"
"Aku melihatnya kau seperti tertarik." Lizzy diam lalu memberikan senyuman.
"Ya memang sih tapi yah aku tak punya uang untuk sekarang. Kalau meminta Saga untuk membelikannya aku ragu."
"Kalau begitu dengan uangku saja."
"Hah? Ap-" tangan Lizzy yang setia menggenggam tangan Gail ditarik oleh teman kencannya itu untuk masuk ke dalam. Mereka segera disapa ramah oleh si pemilik toko.
"Kami mau membeli benda yang tergantung itu, berapa harganya?" Lizzy benar-benar merasa tak enak hati pada Gail. Dia meminta agar Gail tak usah membelikan penangkap mimpi itu untuknya tapi Gail tampak tak ambil pusing.
Pada akhirnya mereka harus menunggu barangnya di kemas. Wanita itu membuang napas lalu berjalan sambil melihat sekeliling toko tersebut. "Kau senang?" pertanyaan Gail kembali menyadarkan Lizzy.
"Terima kasih tapi lain kali aku akan membayarnya."
"Tak usah anggap saja aku yang traktir. Ngomong-ngomong, apa yang dilakukan oleh Saga dan kekasihnya itu adalah kencan? Jujur baru kali ini aku berpergian bersama dengan seorang wanita. Apa kita harus melakukan hal yang sama?"
"Tidak, tidak. Kau sudah melakukan hal yang benar kok dengan membeliku sesuatu dan mengobrol seperti yang kita lakukan sekarang. Aku tak mau melakukan hal alay seperti kedua orang bodoh itu."
"Apa kau pernah melakukan kencan sebelumnya?" dengan tegas Lizzy menggeleng.
"Kenapa? Aku lihat kau cantik mana mungkin tak ada yang menyukaimu." perkataan Gail pun membuat Lizzy tersenyum.
"Ya itu benar, dari remaja sampai sekarang ada beberapa lelaki yang mencoba untuk mendekatiku tapi aku menolak mereka dengan mengatakan aku mau mapan dulu baru jodoh."
"Ternyata kita punya pemikiran yang sama. Aku menolak beberapa wanita yang mencoba menggodaku tapi alasannya karena aku sibuk. Entah kenapa aku tak begitu tertarik dalam menjalin sebuah hubungan."
"Itu tidak sama."
"Tapi mirip bukan?" Gail dan Lizzy saling menatap kemudian tertawa geli.
"Terserah kau saja." Sedang itu dari arah luar toko Saga terus menatap ke arah Gail dan Lizzy yang sibuk mengobrol. Mereka tampak senang menghabiskan waktu satu sama lain dan membuat mereka seperti sepasang kekasih.
Dari tadi Saga merasa gusar karena tidak menemukan batang hidung Lizzy, dia pun mencoba untuk mencarinya namun ternyata dia sedang menikmati waktu bersama Gail. Crystal yang juga kena imbasnya memperlihatkan ekspresi masam.
Bukan tanpa sebab dari tadi Saga menyeretnya juga. "Sayang kenapa kau diam begitu? Ayo kita pergi. Jangan khawatir dengan istrimu, lihat sekarang dia tengah bersenang-senang dengan kekasihnya."
Saga tersadar dari lamunan, melihat pada Crystal sekilas dan kembali menatap Lizzy yang sedang tersenyum ke arah Gail. Sakit hati? Tentu saja.
Namun Saga tak akan memperlihatkannya. "Ayo kita pergi." Saga dan Crystal kemudian pergi dari tempat itu menuju salah satu wahana yang akan mereka naiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Nakal
RomanceBerawal dari terbukanya rahasia Saga Keano yang memiliki seorang wanita lain di saat akan menikahi Lisa Grace, saudara kembarnya Lizzy Grace tak mau melihat saudara kembarnya sedih menggantikan posisi sang saudara kembar. Akankah pernikahan yang did...