Frustasi

86 5 0
                                    

Setelah makan malam yang kacau, mereka berpisah. Lizzy pulang bersama Gail sementara Saga bersama Crystal. "Jennie, kau ikut dengan kami? Kami mau pergi ke suatu tempat." ajak Crystal pada Jennie yang berjalan mendahului mereka.

"Tidak terima kasih, aku akan pulang. Kalian berdua bersenang-senanglah." Jennie keluar menghampiri taksi yang sudah dia pesan dan pergi secepat mungkin menyisakan Crystal sekaligus Saga.

"Yah tinggal kita sendiri. Ayo pergi,"

"Ke mana?"

"Ke suatu tempat yang biasa kita kunjungi," decak Crystal sebal.

"Klub?"

"Tentu saja. Sudah lama, kan kita tak ke sana." Crystal pun menarik tangan Saga menuju mobil milik pria itu. Sebenarnya Saga enggan sekali untuk pergi ke klub, suasananya tak baik sekarang dan makin pusing saja saat mengingat ucapan istrinya, Lizzy.

Namun dia juga teringat setiap kali dirinya sedang susah pelariannya yaitu ke klub. Mungkin saja dia bisa menenangkan pikiran di sana. Tak berapa mobil Saga pun keluar dari halaman restoran menuju tempat tujuan yaitu klub.

Sementara Lizzy memandang dari dalam mobil milik Gail yang terpakir tak jauh dari mobil Saga. "Apa kau mau mengejarnya?"

"Tak usah. Bawa saja aku pulang." sahut Lizzy datar.

"Kau yakin?"

"Ya." Gail tak ingin bertengkar jadi dia menuruti saja keinginan Lizzy untuk pulang. Sampai di rumah, dia keluar dari mobil Gail dan berlalu begitu saja.

Lizzy kemudian masuk ke dalam kediaman Saga namun betapa terkejutnya wanita itu melihat Jennifer keluar dari rumah Saga dengan membawa kopernya. "Hai Lizzy,"

"Hhmm ... kau mau buat apa dengan kopermu?"

"Aku ingin pulang."

"Benarkah? Secepat ini kau mau menyerah? Bahkan kau belum menunjukkan perlawanan yang lebih,"

"Aku sih ingin tapi apa yang bisa aku lakukan kalau aku yang aku kejar itu tak mau padaku." Jennifer lalu menepuk pundak Lizzy seraya menampilkan senyuman.

"Good luck ya." setelah itu Jennifer benar berlalu dari hadapan Lizzy. Jujur ada sedikit kekecewaan namun Lizzy berpikir positif jika dia tak perlu membuang tenaga.

"Baiklah malam ini harus maskeran supaya besok tambah cantik dan bisa memanas-manasi pria playboy itu." gumam Lizzy kesal.

Masih mengganti pakaian, Lizzy mendengar suara guntur yang kemudian diiringi hujan deras. Sekali lagi Lizzy membuang napas pendek dan mengenakan masker untuk beberapa menit.

Entah kenapa pikirannya langsung terpusat pada Saga yang belum pulang. Lizzy bertanya-tanya entah pada siapa. Apa Saga baik-baik saja atau sedang apa dia di sana namun segera Lizzy menepis pikiran tersebut.

"Buat apa sih aku pikirkan dia? Saga tak pernah memikirkanku." monolog Lizzy kembali kesal. Dia pun segera berbaring di atas ranjang dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut.

Lizzy lalu memejamkan mata, mencoba untuk tidur. Beberapa saat suara guntur kembali terdengar dan secara mendadak Lizzy bangun dari tempat tidurnya. "Dasar Saga bodoh! Apa yang sedang dilakukan dengan wanita penggoda itu?!"

❤❤❤❤

Kembali lagi petir menyambar diiringi suara gemuruh tak membuat Saga takut malah dia makin kalut sama ingatannya tentang Lizzy dan pacar barunya. Hal itu dia lampiaskan dengan minum alkohol.

Saga yang mulanya selalu membalas godaan para wanita kini mengabaikannya termasuk Crystal. "Sayang kok kamu bengong?" pertanyaan Crystal menyadarkan Saga dari lamunan lalu menggeleng pelan.

"Jangan bilang kau sedang ingat pada istrimu? Oh ayolah Saga sayang dia sudah berselingkuh, kenapa kau peduli padanya?" Saga tetap mempertahankan wajah murungnya dan melihat pada Crystal.

"Lalu bagaimana dengan kita? Aku sudah berselingkuh darinya dan kami berdua sama saja."

"Yup, itu benar jadi kenapa kalian tak menikmati saja hubungan affair kalian."

"Maksudmu?" Crystal yang tampak mabuk mencium bibir Saga dengan penuh napsu akan tetapi tidak ada tanda sama sekali jika Saga tak membalas. Ciuman Crystal lalu merambat turun ke jenjang leher. Dia hendak membangkitkan napsu Saga namun sekali lagi Saga mengabaikan hal tersebut.

Malah sekarang dirinya berpikir tak jelas. Saga berpikir tentang Lizzy dan Gail yang bercumbu mesra sekaligus liar lalu berakhir di ranjang. Imajinasi Saga sangatlah tak terkendali sampai-sampai pria itu tidak bisa membedakan lagi mana yang imajinasi dan dunia nyata.

Kontan Saga mendorong Crystal kemudian berdiri. Crystal memang terkejut namun dia tertawa sebab alkohol telah menguasai wanita itu jadi Crystal tak memprotes. Saga buru-buru ke mobil dan dengan melaju cepat menuju rumahnya.

Berharap bahwa Lizzy ada di rumah juga sendirian. Lampu merah yang menghalang dicaci maki oleh Saga, dia sangat ingin pulang secepat mungkin. Sampai di kediaman, Saga segera keluar dari mobil.

Dirinya tak peduli dengan mobilnya yang terparkir tak beraturan di halaman depan. Begitu Saga membuka pintu, dia langsung melarikan pandangan ke segala tempat mencari batang hidung istrinya.

Hampir saja Saga berteriak memanggil Lizzy jika saja Lizzy tak menampakkan diri. Rupanya Lizzy tertidur di sofa ruang tamu dan  dia tengah menunggu kedatangan Saga karena cemas. "Akhirnya kau pulang juga."

Sama seperti biasa Lizzy bernada ketus. Dia mendekat seraya melihat penampilan Saga yang berantakan tak seperti yang dari tadi rapi. "Kenapa rambutmu jadi berantakan begitu, basah pula?! Bajumu juga, kau tak sadar ya di luar hujan deras kalau mau ke parkiran pakai payung dulu."

Lalu masih banyak lagi omelan Lizzy tapi Saga tak memperhatikan. Dia memandang baik-baik Lizzy hingga air mata mengalir begitu saja di pipi. Saga langsung memeluk Lizzy dan menangis terisak di pundaknya.

"Ini benar-benar kau, kan Lizzy? Kau tidak ke rumah br*ngsek itu, bukan?"

"Ya ini aku." balas Lizzy kali ini dia memakai nada agak lembut.

"Dari tadi aku bermipi buruk kalau kau dan pria itu melakukan sesuatu yang buruk di belakangku. Aku tak suka, kau tak boleh berhubungan dengan pria itu!" Dalam hati Lizzy mencelos menyindir Saga namun melihat kondisi Saga sekarang, Lizzy cuma bisa menahan itu dalam hatinya.

"Memangnya kau cemburu?"

"Iya aku sangat cemburu!"

"Loh kau bilang sendiri kau tak memiliki perasaan padaku, kenapa aku harus menuruti perintahmu." pancing Lizzy. Biasanya seorang yang mabuk akan jauh lebih jujur dari pada saat dirinya dalam kondisi yang fit. Lizzy cuma memastikan saja. Tak ada salahnya, kan?

Saga mengangkat kepalanya menatap Lizzy dengan tatapan kesal kendati matanya bengkak akibat menangis. "Karena aku suamimu dan aku sangat mencintaimu." Senyum Lizzy merekah mendengar pengakuan Saga. Ini benar-benar di luar dugaan dan sangatlah menakjubkan bagi Lizzy.

"Apa yang kau katakan itu benar?"

"Kau tak percaya?"

"Iya." Secara mendadak Lizzy dibawa ke pelukan Saga dan tak menunggu lama untuk keduanya berbagi ciuman. Kecupan manis berubah menjadi kiss french di mana lidah saling beradu namun ketika Saga menyentuh Lizzy saat itulah Lizzy mendorong dan menampar keras Saga.

Alhasil Saga hampir saja jatuh jika Lizzy tak menolongnya. Lizzy sebenarnya kesal tapi sekali lagi kondisi Saga membuatnya bersimpati.

Romansa NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang