Menjadi Sekutu

80 7 1
                                    

"Jadi kau menggantikan posisi kalian agar Lisa selamat dari pria itu." Lizzy mengangguk sekarang kemudian membuang napas.

"Tapi ada yang harus aku bayar karena mengganti posisiku di hari pernikahannya. Sekarang hubunganku dengan keluarga tidak baik. Lisa pun membenciku karena hal ini dan dia masih menganggap jika Saga adalah pria baik." tutur Lizzy sekali lagi.

"Lalu untuk apa kau tetap mempertahankan hubunganmu dengan pria itu? Apa kau memiliki suatu rencana hingga kau tidak bisa meninggalkan suamimu?"

"Tentu saja, aku bukan wanita lemah yang seperti di sinetron selalu menangis jika ada masalah. Aku ingin topeng pria itu terbuka di mata publik atau setidaknya sifatnya yang asli tampak di mata Lisa agar dia tak dibodohi tapi kelihatannya akan sulit."

"Sulit?"

"Iya sulit. Selama pernikahan kami, dia memang sih selalu bermain dengan wanita termasuk wanita yang kau lihat dari tadi. Ada satu lagi wanita yang juga tinggal di sini tapi dia tak bergabung. Aku selalu melihat bagaimana caranya memperlakukan wanita dan aku merasa tahu apa yang membuat kedua wanita-- tidak, bukan itu bahkan semua wanita bisa dia taklukan kecuali aku.

Caranya memperlakukan seorang wanita sangatlah lembut. Kupikir dia akan sama seperti pria yang lain tapi tidak, aku saja sampai ragu apa dia itu orang baik atau bukan?"

"Maknanya kamu menemukan jalan buntu?" Lizzy mengangguk malas. Dia kemudian memandang Gail dengan tatapan tanpa ekspresi lalu membuang napas kasar.

"Aku minta maaf ya, karena perkataanku yang terbawa emosi kamu harus terbawa-bawa dengan masalahku."

"Tidak juga. Memangnya kenapa kalau kau menganggapku pacarmu? Aku tak keberatan."

"Tapi kau sudah menampakkan wajah dan kemungkinan Saga akan percaya jika kau itu pacarku,"

"Lalu? Biarkan saja. Dia selingkuh di depanmu masa kau tak bisa." balas Gail dengan nada santainya. Seketika sebuah ide muncul dari kepala Lizzy secara mendadak.

"Ah aku punya ide! Namun aku butuh bantuanmu, bisa tidak?" kening Gail mengerut kala melihat senyuman Lizzy yang tak biasa.

"Kau mau aku membantu apa?"

❤❤❤❤

Sementara itu Saga merasa tak tenang kendati dirinya sedang berkencan dengan Jennie. Dia selalu terbayang akan bagaimana rupa Gail begitu juga saat Lizzy menarik tangan Gail. Menggenggam tangan kekar pria asing di depan Saga sendiri?

Entah kenapa Saga menjadi gerah sendiri dan selalu berpikir yang tidak-tidak terhadap istrinya bersama selingkuhannya. "Saga, ayo kita ke sana." ajak Jennie sambil menunjuk wahana rumah hantu.

Mereka tengah berada di taman hiburan sekarang namun Saga sama sekali tak menaruh perhatian pada Jennie membuat wanita itu merasa kecewa sekaligus tersinggung. Kenapa Saga sangat berubah?

Semenjak Lizzy berada di hidupnya Saga. Pria itu tak berhenti memikirkan Lizzy walaupun dekat atau pun jauh sampai-sampai Saga tidak pernah memperhatikan dirinya atau Crystal.

Apa Saga sudah mencintai Lizzy? Jennie kembali melihat pada Saga kemudian membuang napas kasar. "Saga!" panggilnya sekali lagi dan dengan menyentuh pundak milik sang kekasih.

Saga otomatis tersentak menatap balik pada Jennie. "Ya, Jennie ada apa?"

"Aku mau pulang. Aku lelah." jawab Jennie lesu.

"Baiklah kita pulang." keduanya lalu bergerak keluar dari taman hiburan tersebut. Tak ada percakapan seperti biasa hingga mereka tiba di rumah milik Saga.

Mereka lalu masuk dan berpisah. Jennie bergerak ke kamarnya sementara Saga mencari Lizzy. Setelah dicari satu rumah akhirnya Saga menemukan istrinya itu berada di balkon.

Mengatur napas yang ngos-ngosan, Saga mendekat. "Kau ternyata ada di sini," Lizzy memutar tubuh, memandang sebentar pada Saga kemudian mengalihkan pandangan.

"Kau sudah pulang rupanya ... bagaimana dengan kencannya?"

"Bagus. Aku bersenang-senang dengan kekasihku lalu bagaimana denganmu? Kau melakukan apa dengan kekasihmu?" pancing Saga berharap Lizzy cemburu namun Lizzy bukanlah orang yang bodoh tak menyadari hal itu.

Tanpa diketahui Saga, Lizzy menarik senyuman sinis. "Ya, aku bersenang-senang. Dia memperlakukanku sebagai putri, kami bercanda ria dan melakukan layaknya sepasang kekasih." dari sudut matanya, Lizzy bisa melihat Saga menahan geram membuat dirinya senang.

Lizzy membalikan badan. "Seperti yang kau lihat, bukan hanya kau yang punya kekasih aku sudah memiliki seorang pria jadi aku menepati janjiku bukan?" Rasa geram di tahan oleh Saga saat Lizzy menatapnya namun akibatnya, dia tak sanggup memandang sang istri.

"Jadi begini ayo kita membuat acara kecil-kecilan."

"Acara kecil-kecilan?"

"Iya acara kecil untuk merayakan hubunganku dengan Gail." Deg! jantung Saga seakan berhenti. Dia hampir saja tak bisa bernapas akan tetapi pria itu menahan emosi di depan Lizzy.

Alhasil ada rasa sakit di tenggorokan. Saga pun mencoba untuk menghilangkannya dengan mencoba mengatur napas. "Acara kecil-kecilannya kita makan ke salah satu restoran dan kau datanglah bersama kekasihmu."

"Baiklah, aku mengerti. Aku akan memesan--"

"Tidak. Itu tak perlu Saga, Gail sudah memesan salah satu restoran." Pria itu menghentikan aksinya yang hendak menelepon lalu membuang napas.

"Kalau begitu aku pergi dulu." Saga langsung memutar badan dan berjalan agak menjauh dari Lizzy sementara wanita itu tampak tenang.

"Oh iya aku lupa mengucapkan sesuatu." Dia kembali berbalik memandang pada Lizzy.

"Selamat ya." Setelah berujar demikian, Saga bergerak. kali ini dia benar-benar pergi meninggalkan Lizzy sendirian.

"Dasar pria itu." gumam Lizzy. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh Saga? Kenapa dia menunjukkan ekspresi geram sekaligus sedih? Apa ini artinya Saga memiliki perasaan?

Lizzy membuang napas. Dia tak mau berpikiran rumit jadi dia memutuskan untuk menghubungi Gail. "Halo Gail, semua sudah dilakukan."

"Baguslah, apa dia terprovokasi?"

"Yup."

"Kita tinggal menjalankan semua yang telah kita rencanakan. Kau dan aku harus berakting sebagus mungkin agar mereka percaya jika kita adalah sepasang kekasih."

"Tenang saja soal itu. Terima kasih ya karena mau membantuku."

"Sama-sama. Kalau begitu sampai jumpa di hari sabtu." telepon dimatikan dan Lizzy hendak masuk ke dalam menuju kamar.

Di kamar Saga, pria itu meluahkan segala emosi dengan memporak-porandakan kamarnya sendiri. Dia membuang beberapa barang sambil menjerit stres. Sungguh Saga tak terpikir jika Lizzy akan punya kekasih secepat ini.

Seorang Lizzy yang selalu memiliki mulut pedas ketika memprovokasi seseorang, dapat membuat seorang pria jatuh cinta? Mana mungkin. Dia lalu menelepon sekretarisnya yang berada di kantor. "Halo, cari seorang pria  yang bernama Gail Dakota. Segala informasi berikan padaku."

"Baik Tuan." Setelah menutup telepon Saga mencoba mengatur emosinya. Dia yakin semua ini karena Lizzy yang menginginkan dirinya terprovokasi. Mereka, kan sedang melakukan permainan tapi Saga tak akan mau kalah.

Saga tetap meyakinkan diri jika apa yang dia rasakan pada Lizzy bukanlah sebuah perasaan cinta melainkan ketertarikan semata yang pasti akan memudar. Perasaan yang sama saat bersama dengan beberapa wanita.

Romansa NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang