Lizzy yang awalnya menatap kota dari jendela mobil memusatkan perhatiannya ke arah Saga. Pria itu baru saja menutup telepon dari Bunda Yuna lalu menghembus napas panjang.
"Kenapa pasang wajah begitu? Apa kau tidak senang?" tanya Lizzy. Saga tidak menjawab malah wajahnya makin muram. "Oh jadi kau masih memikirkan wanita itu sementara aku ada di sampingmu?!"
"Bukan begitu tapi aku-"
"Aku benar-benar tak habis pikir! Apa sih yang kamu lihat dari dia sampai kamu nggak berdaya dihadapan Crystal? Apa dia yang ambil keperjakaanmu?!"
"Jaga bicaramu Lizzy!" bentak Saga tiba-tiba. "Dia itu wanita yang baik, kau saja yang terus cari gara-gara sama Crystal!"
"Wanita baik katamu? Dia memiliki sifat yang buruk dan menampar salah satu pelayan ketika aku datang pertama kali di rumahmu. Entah berapa banyak orang yang dia lukai karena sifat arogannya itu." Lizzy menjelaskan.
"Kalau benar Crystal orang baik, bukan aku yang menjadi istrimu tapi dia. Ayah dan Bunda pasti akan setuju dengan hubungan kalian!" tambah wanita itu lagi.
Saga mendecak. "Bicara soal keburukan kau pun tak ubahnya dengan Crystal." kening Lizzy mengkerut saat menatap suaminya yang juga memandang dirinya.
"Kau sadar tidak kau merebutku dari Lisa yang seharusnya menjadi istriku. Kau dengan sengaja membiusnya agar dia tak datang dan sekarang aku sadar sikapmu buruk sekali. Jika kau tidak mau uang, kenyamanan ataupun aku lalu kenapa kau mau menikah denganku hah?! Apa kau pikir aku tak punya perasaan hanya karena aku sering mempermainkan wanita?!"
"Alasan karena aku masih bersama dengan Crystal itu sebab kamu. Kamu memperlakukanku layaknya sampah dan mudah sekali memainkan perasaanku. Setidaknya aku mencoba menghargai wanita dengan tidak memaksanya tapi kau membuatku jatuh bangun dengan semua tingkahmu. Sebenarnya kau mau apa dariku?!"tanya Saga setelah amarahnya meluap.
Lizzy tidak memberikan ekspresi apapun dengan semua penjelasan Saga. Segera Lizzy meminta agar si supir menghentikan mobil dan keluar berpindah menuju mobil lain yang berada di belakang sedang Saga mendesah kecewa saat mendengar suara pintu tertutup keras.
Mobil yang ditumpangi Saga kembali berjalan sedang Lizzy memasuki mobil lain. Bukannya sedih dia malah gusar memikirkan sikap suaminya. Lizzy terlalu bersantai sehingga tak sampai curiga jika suaminya akan bersikap seperti itu.
Sekarang bagaimana memikirkan caranya agar mendapat hati pria itu lagi? Akibatnya jelas akan sangat buruk ketika Saga tahu alasannya menikah. Bukan Lizzy yang akan menceraikan Saga tapi malah sebaliknya.
Sampai di rumah Lizzy tak melihat kehadiran Saga. Mobil sudah datang lebih dulu tapi batang hidungnya tidak kelihatan sama sekali. "Kenapa Tuan tidak ada?" tanya Lizzy kepada supir yang bersama dengan Saga.
"Tuan pergi ke klub. Katanya mau ketemu teman." Supir menjawab sopan. Lizzy segera mengambil ponsel miliknya, menelepon Saga namun tak diangkat.
Pada akhirnya Lizzy menyerah. Segera dimatikan panggilan kesekian kalinya dan menaruh ponsel tersebut di tas.
❤❤❤❤
Hingar bingar club tak menyulutkan emosi Saga yang tengah banyak pikiran sekarang. Bahkan suara merdu bujuk rayu dari para gadis di sampingnya tak membuat Saga luluh.
Saga terus terbuai dalam pemikirannya sampai tak sadar para gadis penghibur telah pergi.
"Kenapa Saga? Tak biasanya kau mengasingkan wanita cantik disebelahmu. Apa ini soal istrimu lagi?" tanya Doni. Pria itu rupanya memperhatikan perbedaan sikap Saga dan sebagai seorang sahabat baik, jelas dia khawatir.
"Begitulah, dia membuatku bingung," sahut Saga. "Aku tak mengerti jalan pikirannya itu bagaimana. Dia yang menghancurkan acara pernikahanku dengan Lisa tapi ketika aku mendekat itu membuatnya kesal dan tak sudi jika aku menyentuhnya. Aku berusaha peduli padanya namun ia semacam tak menginginkan pertolonganku. Aku ... tak habis pikir kenapa dia melakukan semua ini? Kalau Lizzy tak suka berada di dekatku lalu kenapa sampai sekarang ia terus mempertahankan rumah tangga kami?!"
Doni menganggukan kepala paham akan kerisauan sang sahabat. Menghembuskan napas panjang, ia lalu berucap. "Kenapa kau tidak tanyakan pada dia? Apa yang membuat dia memperlakukanmu seperti itu? Jangan pakai emosimu, keadaan hanya akan bertambah buruk. Apa lagi kalian berdua tampaknya keras kepala."
Saga melempar pandangan kesal ke arah Doni begitu mendengar kalimat terakhirnya tapi tak ada sepatah kata keluar dari bibir sebab perkataan Doni adalah sebuah fakta. "Kalau kau tahu dia keras kepala pasti dia tak mendengarkanku," pesimis Saga.
"Katakan padaku saat kalian sedang memiliki masalah apa yang kalian lakukan?"
"Perang dingin." Saga membalas cepat.
"Pikirkan dulu Saga, jangan cepat mengambil keputusan." Pria itu terdiam, berusaha mencari jawaban dalam memorinya bersama Lizzy tatkala mereka bertengkar.
Ada kalanya mereka memang tak mau saling mengobrol bahkan meneriaki satu sama lain namun pasti akhirnya salah satu mereka minta maaf dan mengutarakan segala perasaan mereka.
"Aku tidak tahu seberapa hebat kalian bertengkar tapi aku yakin kau pasti membuat keputusan yang tepat." Doni berucap.
"Entahlah, aku merasa untuk masalah ini pasti akan membutuhkan waktu lama," pesimis Saga.
"Jangan pesimis begitu tetap semangat Saga, aku tahu kamu pasti bisa menyelesaikan pertengkaran kalian lagi pula kau marah besar kepadanya karena kau menyukai Lizzy, kan?"
Saga terperanjat saat melihat Doni tersenyum sambil menggerakan kedua alis tanda menggoda. "Aku menyukai Lizzy? Tidak mungkin! Dia memang seksi dan cantik tapi sifatnya ugh, benar-benar bukan tipeku!" dalih Saga mulai terpancing emosi.
"Aduh Saga, jangan berkelit kau ini tak bisa bohong aku mengenalmu sejak kecil. We are soulmate, remember?"
"Mau kau sahabatku tapi aku tidak pernah dan tak akan memiliki perasaan untuk wanita gila itu!" seru Saga.
"Hati-hati loh nanti kemakan ucapan sendiri, biasanya sering terjadi." Doni meledek lagi.
"Ah sudahlah, kau memang selalu begitu. Aku pergi sudah malam." Saga kemudian berdiri tak mau berlama-lama dengan Doni yang nantinya terus menggodanya.
"Eh, ini baru jam satu malam. Hm, rindu ya sama istri?" Kali ini Saga melotot ke arah Doni sebagai ancaman namun sahabatnya malah makin melebarkan senyum.
"Kalau ada masalah lagi dengan pernikahanmu jangan segan datang kepadaku ya,"
"Iya, iya yang paling tahu soal pernikahan!"
"Hei aku ini konselor pernikahan. Kau harusnya bersyukur aku memberikan bimbingan secara gratis karena kau sahabatku." Saga menanggapi dengan gumaman. Berpamitan dan berjalan melewati kerumunan orang yang sedang asyik bergoyang di lantai dansa.
di rumah Saga yang baru saja masuk sadar jika lampu ruang tengah masih menyala, pria itu bergerak mematikan lampu namun sebelum niatnya itu terlaksana Saga melihat di sofa ada Lizzy tengah tertidur pulas.
Saga mendekat dan duduk di tepi sofa. Menatap wajah Lizzy dengan teliti, Saga benar-benar terpesona akan kecantikan istrinya tapi Lizzy tak mengizinkan dia untuk menyentuh.
Mengingat perlakuan Lizzy, rasa kesal terpicu saat itu juga Lizzy membuka mata ikut memandang Saga yang kini memandangnya penuh dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romansa Nakal
RomanceBerawal dari terbukanya rahasia Saga Keano yang memiliki seorang wanita lain di saat akan menikahi Lisa Grace, saudara kembarnya Lizzy Grace tak mau melihat saudara kembarnya sedih menggantikan posisi sang saudara kembar. Akankah pernikahan yang did...