Plan B

57 5 0
                                    

"Wajar sih dia marah, kamunya kasar sama dia tanpa alasan lagi," cerca si wanita yang sudah mendengarkan segala tete bengek Lizzy.

"Aku punya alasan! Dia, kan selingkuh!?" bela Lizzy pada diri sendiri.

"Tapi masalah itu sudah selesai dan sekarang kamu mau minta nasehat karena sudah bikin dia kesal sama aku? Lizzy, kamu sadar, kan kau meminta nasihat dari siapa?" si wanita cerocos lagi.

"Tapi kamu itu paling handal memenangkan hati seorang pria."

"Karena pekerjaanku?" Lizzy menggeleng. Si wanita menarik napas panjang. "Aku heran kenapa kalian semua terus mencari saran dariku? Aku ini orang bodoh, SMA saja tidak lulus."

"Tidak Lia, kau itu orang yang paling baik dan cerdas, kalau tidak mana mungkin aku datang ke sini. Tolonglah aku ok?" pinta Lizzy.

Wanita bernama Lia tersebut memandang Lizzy. Napas berat ia hembuskan lalu berkata, "Lizzy, aku rasa kalau kamu mau rencanamu berjalan lancar. Berbaik hatilah pada suamimu dulu."

"Apa nggak ada cara yang lain?" Lia menggeleng.

"Satu-satunya cara hanya itu saja. Minta maaf padanya secara sopan, akui kesalahanmu." Lizzy mendengus kesal. Jelas nasehat Lia tidak membuatnya senang memancing emosi Lia. "Katanya aku paling tahu memberi nasehat kenapa kesal begitu?"

"Dia tak pantas untuk dapatkan permintaan maaf," ketus Lizzy.

"Ini bukan soal tidak pantas Lizzy, ini soal perasaan. Dia tahu kelakuan kamu sama dia beda dengan yang lain, kalian sering bertengkar dan hubungan kalian tidak sehat. Aku sendiri tak akan mau punya pasangan yang tidak bisa berkompromi. Apa-apa selalu marah, selalu kesal. Saga sekarang capek dan kalau kamu bisa akur dengan dia bukankah itu lebih bagus?"

Lizzy tak mengatakan apapun mencoba menelaah ucapan dari Lia. Suara pintu terbuka menampakkan sosok anak perempuan masuk. Lia lantas menghampiri anaknya dan berbincang sedikit sebelum akhirnya anak perempuan itu masuk ke kamar.

Lia kembali kepada Lizzy. Duduk di depannya sambil terus melihat wanita muda itu. "Jadi bagaimana?" tanya Lia. "Kau mau menerima masukanku?"

Lizzy masih diam. Dia sebenarnya keberatan tetapi jika tak ada masukan yang lain maka tak ada salahnya mencoba. "Baiklah, terima kasih."

Lia tersenyum. "Sama-sama." Keduanya berdiri mendekati pintu rumah.

"Kalau begitu aku pamit ya Lia, terima kasih sudah mau mendengar keluh kesahku." Lia mengangguk sembari tersenyum. Pada akhirnya Lizzy benar-benar keluar dan pulang ke rumah.

Sesampainya di sana, dia berpikir keras bagaimana cara membuat Saga luluh kembali. Tampaknya minta maaf pun tidak akan cukup dan jika bersikap manis pasti Saga akan curiga.

Lizzy butuh sesuatu ide yang baru. Ide yang terlihat bisa dipercaya dan tidak memaksa. Lizzy memijit pelipisnya berusaha untuk tetap tenang. Biasanya jika tertekan, dia tak bisa berpikir jernih.

Hingga malam menjelang keadaannya sama saja. Saga tetap mendiamkannya membuat Lizzy merasa seperti angin lalu. Sekarang saja, Lizzy dan Saga duduk makan malam bersama tanpa adanya percakapan.

Berbanding terbalik jika sewaktu dirawat Saga paling tak suka kesunyian kali ini Lizzy mati kutu karena Saga tak ingin berbicara. Sialnya Lizzy tak bisa mencairkan suasana tenang tersebut.

Saga berdiri ingin pergi dari meja makan. Tampaknya dia juga mau mencari suasana yang baru. Seketika Lizzy ikut berdiri. Wanita muda itu tak menyia-nyiakan kesempatan untuk dapat berbicara dengan Saga. "Aku minta maaf!" teriaknya.

Langkah Saga terhenti namun tak sampai memalingkan wajahnya ke arah istrinya. "Aku yang salah karena selalu semena-mena tak mencoba memahami dan terus saja mempermainkan perasaanmu. Tidak bisa, kah kita sama seperti yang dulu?"

"Tidak." Saga membalas tenang namun tegas. "Aku sudah tak mau lagi mendengar alasanmu. Meski kau minta maaf, aku tidak bisa menerimanya. Lakukan saja apa maumu, aku tidak akan protes." Pria itu kemudian berjalan menjauh sedang Lizzy mendengus kesal.

Permintaan maaf belumlah cukup dan perlu extra kerja keras demi berbaikan dengan Saga. Pada akhirnya Lizzy tidak bisa menghentikan suaminya untuk pergi.

Beberapa hari telah berlalu. Lizzy mencoba segala cara untuk memenangkan hati Saga. Dimulai dari selalu mengobrol meski tak diindahkan atau memasakkan makanan favorit yang sama sekali tidak disentuh.

Tampak jelas jika Saga sadar Lizzy berusaha mencari perhatian namun selalu abai. Lizzy tersenyum, sepertinya dia belum terlalu ekstrim untuk mencari atensi atau bisa dibilang menggoda.

Hari itu sama seperti hari biasa. Lizzy memasak sarapan untuk sang suami. Sengaja dia menghubungi mertuanya agar memaksa Saga sarapan di rumah sendiri. "Kamu, kan yang menghubungi Ayah supaya dia paksa aku makan di sini?" tanya Saga ketus.

Senyuman Lizzy mengartikan segalanya sedang Saga mendengus. "Saga pulanglah lebih cepat malam ini, kita nonton bareng ya di bioskop. Ada film bagus yang tayang jadi-"

"Kamu pergi saja sendiri!" potong Saga. "Sekalian ajak pacarmu."

"Tapi aku maunya nonton sama kamu. Kita sudah lama nggak jalan-jalan berdua," kekeh Lizzy.

"Bukannya kamu nggak mau aku dekati? Sok jual mahal tapi sekarang berlagak seperti janda kesepian, kau bermuka dua sekali." Lizzy mengepalkan tangannya. Berusaha untuk tidak emosi.

"Ayolah Saga, soalnya ibu dan ayah tahu permasalahan kita. Setidaknya kita harus beri bukti kalau kita baik-baik saja." Saga tetap diam. "Baiklah kalau kau tak mau, aku akan menghubungi ayah untuk bicara soal ini."

Kali ini Saga menghantam meja makan tatapannya begitu menusuk pada Lizzy. "Kau ini selalu saja mengadu pada ayah, hanya membuat aku kesusahan. Baiklah, aku akan datang lebih cepat."

Saga kemudian pergi meninggalkan Lizzy yang memandangnya dengan ekspresi datar. Akan ia lakukan apapun demi mendapatkan hati Saga termasuk jika harus memberikan segalanya.

Di sisi lain Saga mengomel dalam hati. Istrinya berusaha keras sekali namun Saga juga ingin mengabaikan wanita itu setelah perbuatannya yang buruk. Biarlah malam ini dia menuruti permintaan Lizzy untuk kedepannya Saga tak akan mau lagi bersama istrinya.

Diambil benda berbentuk pipih di dalam saku jas. Mencari di internet tentang film romantis yang cocok buat nonton dengan pasangan. Saga mengkerutkan kening ketika melihat hasil penelusuran internet. Semua film yang berada di bioskop rata-rata film horor.

"Oh begitu ya." Saga berpikir Lizzy telah memiliki siasat untuk mencoba takut lalu berpura-pura takut dan merangkul lengan Saga. "Heh, kau pikir aku tidak tahu ya?"

❤❤❤❤

Malam tiba, Saga bergegas masuk menemukan Lizzy tengah menyiapkan popcorn. "Oh kau datang tepat waktu," ujar Lizzy senyum. Saga mengkerutkan kening.

"Aku pikir kita pergi nonton bioskop,"

"Awalnya tapi setelah aku pikir-pikir lebih baik aku menonton di rumah. Aku sudah siapkan segalanya cemilan dan apa saja, cepat mengganti baju ya aku tunggu di kamarku." Mata Saga membulat. Mereka akan menonton di kamar Lizzy?

Romansa NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang