Bernasib Sama

64 9 1
                                    

"Cepet jawab!" paksa Saga. Rama masih diam ikut juga menatap tajam ke arah suaminya Lizzy. Kesabaran Saga mulai habis, dia ingin membenturkan kepala Rama di batang pohon yang tepat berada depan mereka.

"Saga berhenti!" suara Lizzy menginterupsi.

"Aku tak apa-apa jadi-" tepukan terdengar keras bukan hanya sekali melainkan berulang kali. Lizzy lantas bergerak menghampiri dan rupanya Saga tengah menampar Rama terbukti pipi pria itu memerah.

Tapi anehnya Rama tak merintih. Dia membalas Saga melalui sorot mata dingin yang tiada artinya dibandikan tamparan dari suami Lizzy itu. "Hentikan Saga, aku tak apa-apa," lerai Lizzy.

Dia sendiri hanya melihat peristiwa tersebut tanpa berniat menghentikan aksi Saga. Lizzy merasa Rama patut mendapatkan bogem mentah.

"Tidak mau! Baj**gan ini harus dapat pelajaran yang setimpal. Kalau perlu lebih dari luka di jarimu!"

"Mau kau pukul dia sampai mati pun dia tetap baj**ngan aku tak mau tanganmu kotor gara-gara darahnya," sahut Lizzy tenang.

"Tapi ..." Saga menoleh. Dia terkejut saat menyadari mata Lizzy berkaca-kaca. Timbul lagi kemarahannya yang membuat Saga langsung membenturkan kepala Rama di pohon.

"Saga berhenti!" seru Lizzy. Seakan Saga tuli, pria itu terus menubrukkan kepala si mantan pacar istrinya. Sontak Lizzy mendekat memisahkan mereka berdua dengan mendorong Saga.

"Sudah kubilang berhenti! Bagaimana jika dia mati kau mau bertanggung jawab?!" marah Lizzy kepada suami.

Dia lalu memalingkan pandangan ke arah Rama. "Dengar ya walau aku mendorong suamiku itu bukan karena aku memiliki perasaan sama kamu, aku melakukannya sebab aku tak mau kau jadi korban. Jangan pernah temui aku jika kau hanya menyakitiku, mengerti?"

Lizzy segera melangkah menuju Saga dan menarik pria itu untuk pergi dari tempat itu. Kendati ekspresi marah masih bisa terlihat, dia tak berdaya ketika sang istri menyeret tubuhnya.

"Biarkan aku menghajar wajahnya sekali saja," pinta Saga.

"Sudah cukup dengan menampar dan membenturkan kepalanya, tadi sudah keterlaluan bahkan jika Rama mau pasti dia akan melaporkanmu ke polisi. Luka yang ada di kepalanya bisa jadi bukti konkret." Lizzy menuturkan panjang lebar.

"Baguslah kalau dia terluka, itu pantas untuknya."

"Saga?" Lizzy melihat Saga dengan satu alis yang terangkat. Alhasil pria berusia 25 tahun tersebut terdiam, dia mengalihkan perhatian  kepada jari manis milik sang istri.

Bukan hanya warna kemerahan kulit Lizzy sedikit terkelupas menciptakan bercak darah di sekitar jari-jarinya. "Sakit tidak?"

"Dari tadi tapi sekarang sudah membaik." Saga lalu mengomel, mengutuk Rama akan tindakannya yang menyakiti Lizzy. Dia lalu mengarahkan wajah sang istri untuk menatapnya dan mengusap air mata Lizzy menggunakan ibu jari.

Lizzy hanya melihat seksama ekspresi Saga yang berubah-ubah. Dari lembut menjadi kekesalan entah apa penyebabnya. "Ada apa?"

"Aku kesal karena kau menangis di depannya, sementara aku--suamimu tidak pernah melihat kau lemah," ketus pria itu.

"Buat apa toh aku menangis karena kenangan buruk." Lizzy menyahut.

"Jangan ketemu dia lagi, bukannya bersikap baik tapi malah buat luka." sebagai jawaban Lizzy menggumam.

"Ngomong-ngomong kenapa kau ada di sini? Bukannya kau sedang melakukan pemeriksaan." Saga tersenyum.

"Aku sudah melakukan pemeriksaan bahkan dokter bilang besok bisa pulang ke rumah."

Romansa NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang