Menentukan (2)

57 7 0
                                    

Saga tidak menyahut malah menunduk. Perkataan Veronica memang ada benarnya. Ia memang seorang pria brengsek. Bahkan sekarang saja Saga bersama  Crystal bukan dengan istrinya, Lizzy.

Ketukan pintu tiba-tiba menyita perhatian Veronica. Wanita itu pun bergegas mendekat seiring kerasnya ketukan.

Begitu pintu terbuka, tampaklah seorang wanita membelakangi Veronica. Tubuhnya segera berbalik sadar ketika Veronica menatap bingung. "Apa benar ini rumahnya Nisaka Crystal?" tanya wanita itu.

"Ya saya Bibinya, ada urusan apa dengan keponakan saya?" Veronika balik bertanya dengan nada terkesan sinis.

"Perkenalkan saya Lizzy, istri sahnya Saga." Lizzy membalas sambil tersenyum. "Selain datang menjemput suami saya, saya mau kembalikan barang Crystal  di rumah. Apa boleh saya masuk?"

Veronica terpaku. Sepasang mata bola miliknya melihat dua orang dibelakang memegang dua buah koper besar. Salah satu di antaranya adalah koper milik Crystal.

Wanita paruh baya tersebut segera mengambil langkah mundur. "Terima kasih," ucap Lizzy. Beserta dua orang tadi, Lizzy lekas masuk serta memeriksa beberapa kamar. Mungkin saja Saga disembunyikan oleh sang kekasih gelap.

Tiga kamar yang dimasuki hasilnya nihil. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Saga. Lizzy kemudian melangkah ke dapur diikuti oleh Veronica yang terus mengekori.

"Disitu kau rupanya suamiku!" Saga terperanjat. Dia mendongak menemukan sosok Lizzy dengan senyuman sinis menghiasi bibir istrinya itu. "Harusnya aku tak membiarkanmu masuk kerja hari ini, lihat apa yang terjadi sekarang kau malah berada di rumah orang lain."

"Ak-aku ...."

"Sudah, jangan kau jelaskan aku mengerti kok, sangat mengerti!" potong Lizzy penuh penekanan. "Pasti ini semua karena luka dikepalamu, kan?"

Ekspresi Lizzy berubah suram. Dia mengambil tempat duduk di depan Saga seraya menatapnya intens . "Tolong jelaskan padaku kenapa kau bisa ada di sini? dan oh maaf aku lupa satu hal, kau bisa-bisanya membohongi Ayah dengan mengatakan lembur ya. Wah, wah, bagaimana jika aku memberi kabar ini pada Ayah?"

Saga mengkerutkan dahi mendengar kalimat Lizzy. "Kau mau mengadukanku pada Ayah?"

"Jika ini menyangkut dengan kau berbohong ya akan aku katakan yang sejujurnya. Aku bisa merahasiakan hubunganmu dengan wanita mana pun aku tak peduli. Aku hanya paling benci  dengan seseorang yang bohong jadi berikan aku alasan terbaikmu kenapa kau ada di rumah Crystal?"

Saga terdiam tapi tak melepas pandangannya dari Lizzy. Bibir pria itu mulai bergerak namun Crystal lalu melangkah masuk dia agak terkejut melihat kehadiran Lizzy dan langsung membentak. "Kenapa kau bisa ada di sini?!"

Lizzy hanya melihat sebentar Crystal dan memutar matanya malas. "Ayo jawab," kata Lizzy menghiraukan ucapan Crystal.

"Kau tidak puas ya menyita perhatian Saga! Karena kamu aku dan Saga tidak memiliki waktu tahu?!" Perkataan Crystal sukses membuat perhatian Lizzy tertuju kepadanya.

"Excuse me!  Saga suamiku bagaimana bisa kau bilang aku menyita perhatiannya sedang aku pasangannya. Justru kau yang orang asing dalam rumah tangga kami! Kau bukan istrinya Saga jadi jangan pernah menganggap dirimu adalah korban!?" bentak Lizzy.

"Jangan membentak keponakanku!" marah Veronica pada Lizzy.

"Maaf tapi ini urusan kami bertiga." Lizzy membalas cepat.

"Oh ini jadi urusanku. Ini rumahku dan Crystal keponakanku! Jadi silakan keluar dari rumah saya. Saya tak mau terlibat dengan urusan rumah tangga kalian!"

"Baiklah, tapi aku ingin Saga pulang bersamaku."

"Aku sama sekali tak keberatan jika kau membawa suamimu malah bagus kalau dia tak menginjakkan kakinya di rumah saya lagi," balas Veronica sinis.

"Bibi!" hardik Crystal, dia syok sekali begitu tahu pandangan Veronica terhadap Saga.

"Kenapa? Bukannya bagus kalau kamu tak usah berhubungan lagi dengan pria mata keranjang ini lagi. Harusnya kamu bersyukur kau tidak akan bernasib sama dengan wanita malang ini."

Segera saja Lizzy mendelik ke arah Veronica. Raut mukanya jelas menunjukkan ketidakpercayaan saat mendengar kalimat dari Bibi Crystal itu.

"Apa maksudmu dengan wanita malang? Aku wanita malang?" ulang Lizzy dengan nada kesal.

"Jelas aku sedang membicarakan-"

"Hey!!" hardik Lizzy dengan nada tinggi. "Aku tak mengemis pada suamiku ya, justru keponakanmu yang centil itu melakukannya lihatlah sekarang, dia memohon pada suamiku untuk tetap tinggal!" lanjutnya sambil menunjuk Crystal yang sekarang menangis sambil memeluk Saga.

"Jadi Bibi, bukan aku yang wanita malang Crystal yang wanita malang di sini!" tekan Lizzy.

"Dasar tak sopan!" teriak Veronica. Tangannya terangkat hendak menampar Lizzy.

"Oh mau tampar? Silakan! Asal Bibi tahu saja, jika Bibi sakiti saya, saya nggak akan segan-segan melaporkan Bibi ke polisi atas tindakan kekerasan." Veronica mematung. Ancaman Lizzy tak bisa dibantah apa lagi mengingat jika wanita dihadapannya ini bukanlah orang sembarangan. Ia tetaplah menantu orang tersohor.

Kasusnya  akan disoroti begitu pula hubungan gelap Crystal dan Saga. Tanggapannya sudah jelas, keluarganya yang akan mendapat kerugian besar.

Veronica menjauh dari Lizzy, tangannya turun dan memilih menghampiri Crystal. Veronica berusaha sekuat tenaga, melepaskan pelukan keponakan dari tubuh Saga.

"Sudah lepaskan dia, Crystal!" pinta Veronica namun Crystal diam saja malah makin erat rangkulannya.

"Saga." Lizzy bersuara. "Sekarang kau yang tentukan. Kau tetap tinggal di sini dan aku melaporkan kamu sama Ayah atau kau pulang bersamaku, aku janji aku akan merahasiakan hal ini dari Ayah."

Saga membeku sesaat. Dilihatnya Crystal yang berlinang air mata, tatapan kekasihnya itu sangatlah pilu berharap sekali jika Saga memilihnya. Dia lalu beralih pada Lizzy. Istrinya tampak tak sabaran sambil melipat tangan di dada.

Saga menghela napas panjang. Dipandangi Crystal dan melerai rangkulan tangannya. "Aku minta maaf," lirih pria itu.

"Saga." Crystal berusaha menjangkau tapi Veronica menariknya lebih kuat sedang Saga berjalan mendekati Lizzy dan menggenggam tangannya.

"Ayo kita pulang." Lizzy mengangguk pelan. Keduanya sama-sama melangkah keluar dari rumah Veronica tak peduli dengan raungan kesedihan Crystal.

Menoleh sedikit Lizzy tersenyum miring melihat ekspresi Crystal. Layaknya seorang anak kecil yang direbut mainan favoritnya, Crystal tak bisa mengendalikan emosi hal itu membuat Lizzy merasa puas bisa mengalahkan wanita arogan tersebut.

Sampai di mobil Lizzy segera melepas gandengan tangan Saga. Dia tampak menahan kemarahan di dalam diri. "Bisa-bisanya kau datang ke rumah Crystal tanpa bilang dahulu? Aku, kan tak enak sama Ayah terutama sama Bunda. Bunda maunya kamu juga ada saat mereka pulang!" omel Lizzy.

"Iya, iya aku minta maaf."

"Jangan minta maaf kepadaku. Minta maaf sama Bunda," sahut Lizzy kesal.

"Ok, aku akan telepon dulu." Saga kemudian mengalihkan perhatian dari Lizzy ke smartphonenya.

Di sisi lain Veronica terus berusaha menenangkan Crystal. "Kamu sebaiknya juga jangan berhubungan lagi dengan Saga. Dia itu pria tak baik!"

"Tapi Saga dan aku saling mencintai." Crystal beralasan dengan sesegugukan.

"Crystal kalau dia sayang sama kamu, pastinya Saga akan tetap tinggal tapi dia memilih istrinya, kan? Sudah playboy pengecut lagi. Bibi tak suka kalau pria itu jadi suamimu!"

"Tapi-"

"Tak ada tapi-tapian. Ada yang lebih baik darinya. Kalau perlu Bibi carikan seseorang yang lebih baik dari pada dia!" seru Veronica kesal.

Romansa NakalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang