Author POV
Gita mengucek matanya, hari sudah gelap dan dia baru bangun dari tidurnya.
Gita terlonjak kaget saat melihat Kathrina berada di sudut ruangan tengah menata baju-baju miliknya di almari.
"Kau sudah bangun?" tanya Kathrina melirik Gita sekilas.
Haish pertanyaan macam apa itu?
Gita mengusap wajahnya, membangunkan dirinya sendiri agar nyawanya terkumpul. Ia edarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
Ruangan seluas kira-kira 8×8 meter ini berisi ranjang berukuran kingsize serta nakas kecil dengan lampu di atasnya.
Pantas saja sekolah ini sangat mahal, ukuran kamarnya bahkan tidak bisa disebut sebagai dorm!
Di sudut lain, ada sebuah meja belajar dengan beberapa buku di atasnya serta counter dapur di sudut lainnya. Beberapa langkah dari almari ada sebuah pintu berwarna putih gading dengan handle berwarna gold.
Gita membukanya, sebuah kamar mandi yang tidak terlalu luas namun bersih serta aroma lavender yang khas menyeruak memasuki hidungnya.
Gita mendekati meja belajar, dia berdecak ketika melihat hanya ada buku-buku sihir di sana, tidak seperti yang dia harapkan.
Di counter dapur, ia tidak menemukan bahan makanan apapun. Hanya ada kompor dan peralatan memasak.
"Kau lapar? Kau melewatkan makan malam." tanya Kathrina.
"Hmm tidak. Ngomong-ngomong di mana kamarmu?"
"Dua pintu ke kiri. Pintu pertama milik ka Indah." jawab Kathrina.
"Kau sangat kelelahan ya? Kau bahkan tidak terbangun saat aku mengobati lukamu." lanjut Kathrina.
Gita menyentuh pundaknya. Bisa ia rasakan adanya lilitan di balik kaos yang ia kenakan. Ah bahkan dia baru sadar dia sudah berganti pakaian.
"Terima kasih atas bantuannya. Kau mau keluar denganku?" Hmmm aneh, entah kenapa Gita ingin mengajak Kathrina berjalan-jalan mengelilingi Academy lebih jauh lagi.
"Ini sudah jam malam, jadi kurasa lain kali saja. Aku harus segera kembali ke kamar. Istirahatlah." pamit Kathrina lalu pergi dari kamarnya.
Gita menggaruk belakang lehernya bingung, semenjak sampai di Academy gadis itu berbicara sangat formal padanya. Aneh, mereka seperti dua orang asing malam ini.
"Tolong aku!" Gita menoleh ketika mendengar itu.
"Hei, kau masih di sana?" tanya Gita. Ia pikir Kathrina masih berada di luar kamarnya.
"Tolong aku!" suara itu terdengar lagi.
Gita dengan segera membuka pintu kamarnya karena khawatir. Nihil. Tidak ada siapapun di luar namun suara itu terdengar sangat jelas.
Gita kembali menutup pintu kamar, memeriksa ke setiap sudut kamarnya mencari asal suara namun tetap saja tidak ada apapun.
Gita menutup telinganya, kesal karena terganggu namun tidak dapat melihat wujud pengganggu itu. Ia menuju balkon kamarnya, suara itu masih saja menggema di kepalanya hingga dia menganggap dirinya gila.
Dia akui dirinya adalah orang yang skeptis. Dia tidak mempercayai hal-hal mistis yang orang-orang bicarakan.
"Kau juga mendengarnya, ya?"
Gita reflek menoleh. Di sana, di balkon di sampingnya, seorang gadis berambut coklat gelap bertanya pada Gita, namun pandangannya menatap lurus ke depan.
"Aku juga mendengarnya. Bahkan sudah satu tahun." lanjut gadis itu.
"Sudah satu tahun? Kau masih ada di sini?" tanya Gita.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Descendent Of The Royal
FantasyDia tidak mengerti mengapa dia ada di sana dengan segala kerumitannya. Harusnya ia masih di rumahnya, menjalani kehidupannya yang menyedihkan. Bukan di tempat antah berantah yang bahkan tidak ia ketahui di mana. Ia masih berada di tubuh yang sama, n...