Back (2)

738 114 8
                                    

Author POV

Walau sempat terkejut, Gita hanya menuruti Oniel yang berniat menghajar Viyon dan kawan-kawannya.

Gita dan Oniel melepas kaos mereka, menampilkan tubuh atas mereka yang hanya mengenakan sportbra. Keempat gadis lainnya, hanya menatap kedua gadis yang kini menjadi pusat perhatian.

Kedua gadis itu mengenakan sebuah gloves khusus MMA serta mouthwrap di mulut mereka.

Gita tahu, satu-satunya alasan Oniel melakukan ini adalah untuk balas dendam. Walau saja kini dia memiliki tubuh yang berbeda, namun dendam di dirinya tetaplah ada. Oniel tidak munafik sedikitpun.

Dengan kuda-kuda andalan mereka, keduanya menatap lurus pada lima orang pria di hadapan mereka.

"Aku tidak mau uang kalian, kalau kami menang, kalian dan empat teman kalian harus menghabiskan malam bersama kami." ucap Viyon dengan seringai menjijikkan.

"Setelah hari ini, kalian tidak akan bisa bertaruh lagi." sahut Oniel datar.

"Baiklah pertandingan dimulai. Hanya ada satu peraturan, 'No Mercy!"

"Kau hadapi mereka berempat, biar Viyon menjadi bagianku. Jangan biarkan kekasihku jatuh pada mereka." ucap Oniel tanpa menatap Gita.

"Kau mengkhawatirkanku atau kekasihmu, Genius Fighter?" jawab Gita.

Dalam hati, Gita cukup senang bisa bertarung bersama Cornelia walau dengan tubuh berbeda.

Lonceng berbunyi, Gita dan Oniel bergerak cepat menerjang ke lima pria itu. Dengan kemampuan bela diri dasar mereka yang termasuk bela diri terkuat dan pelatihan fisik di dunia baru, membuat mereka memiliki kepercayaan diri untuk menang.

Oniel tidak main-main dengan ucapannya. Ia benar-benar membiarkan Gita melawan empat orang sendirian dan memilih menghajar Viyon.

Sorakan menggema ketika salah satu lawan Gita terlempar jatuh dalam satu gerakan.

Di negara tempat tinggal mereka, tidak banyak orang yang mempelajari Systema. Mungkin dia adalah satu-satunya di kota ini. Jadi gerakannya yang tidak terbaca, membuat lawan tidak bisa memberikan pukulan maksimal.

Oniel, ia bergerak dengan membabi buta. Tidak sekalipun ia beri Viyon kesempatan untuk memukul balik. Viyon, pria itu hanya bisa menerima pukulan sekeras batu dari Oniel dengan pasrah.

Dalam waktu beberapa menit, ke lima pria itu sudah tumbang tidak berdaya.

Gita menahan tangan Oniel ketika gadis itu masih berniat memukuli Viyon. "Jangan kotori tanganmu. Kita harus pergi." ucap Gita.

Oniel berdecak, namun tak ayal dirinya juga mengangguk mengiyakan. Tetapi, sebelum ia keluar dari arena, ia menginjak kaki Viyon dengan kuat sampai terdengar suara tulang yang patah diiringi teriakan kesakitan dari Viyon.

Oniel benar-benar menepati ucapannya. Lawannya tidak akan bisa bertaruh lagi. Hari ini, Viyon yang baru saja menguasai tempat ini, hari ini dilucuti, dipermalukan serta dihancurkan.

Kedua gadis itu menghampiri empat gadis yang sejak tadi menatap mereka dalam diam. Belum sempat mereka membuka suara, seorang pria menghampiri mereka.

"Hei, aku tidak pernah melihat kalian sebelumnya. Kalau kalian tertarik, kita bertemu di luar tempat ini." ujar pria itu sambil menyodorkan sebuah kartu nama.

Bukannya mendapat balasan dari kalimatnya, Indah menendang dagu pria itu sebagai jawaban.

"Jangan dekati kekasihku!" Indah melemparkan baju milik Gita dan Oniel kepada sang empu. "Pakai baju kalian, kita pergi dari sini!" ucap Indah kesal.

The Descendent Of The RoyalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang