Storm

634 94 14
                                    

Author POV

Setelah mengamati dan memastikan bahwa di balik jendela yang mengarah ke belakang penginapan aman, mereka melompat ke balik jendela dan berlari pergi dari sana.

Namun, rencana mereka tidak semulus itu ketika salah satu dari Demon berwujud manusia itu mengetahui keberadaan mereka.

Mereka berlari lebih cepat ketika kerumunan tadi mulai mengejar mereka.

Tiba-tiba tubuh mereka tertarik ke balik bangunan. Rasa terkejut itu berubah lega ketika tahu orang yang menarik mereka adalah Shani.

Shani memberikan mantel berhoodie dan masker kain yang ia dapatkan sebelumnya untuk mereka pakai.

"Oniel, gunakan kemampuanmu untuk naik!" ucap Shani.

Oniel mengangguk. Ia berjongkok meletakkan tangannya ke atas tanah hingga tanah yang mereka injak bergerak menjulang, membawa mereka ke atas.

Mereka melompat ke atap, namun mereka mengumpat ketika orang-orang itu mengeluarkan kuku panjang mereka untuk memanjat tembok setelah tanah yang dibentuk Oniel kembali seperti semula.

"Terus bergerak! Gita menunggu kita di perbatasan." ujar Shani. "Fire Light!"

Shani membuat cahaya api yang berkobar, membutakan penglihatan pengejar mereka untuk sementara.

"Sial!" Oniel mengumpat ketika melihat beberapa orang mengeluarkan sayap dari punggung mereka dan mengejar mereka melalui udara.

Melihat tidak ada yang menyadari itu selain manusia, membuat mereka tahu kalau para Iblis sudah memanipulasi penglihatan para manusia.

"Kathrina, kita lakukan!"

Kathrina mengangguki ucapan Gracia. Kedua gadis itu menghentikan langkah mereka dan berbalik menatap para Demon.

"Wind flute!"

Suara angin tiba-tiba berubah menjadi suara siulan seruling. Suara ini nampaknya menyakiti telinga para Demon hingga mereka jatuh ke tanah sembari menutup telinga mereka.

Setelah memastikan para Demon jatuh, Kathrina dan Gracia segera kembali berlari menyusul teman-temannya

Namun seperti yang mereka perkirakan, Demon di distrik empat sangat mendominasi. Jadi tanpa waktu yang lama, ada banyak Demon yang mengejar mereka kembali.

Seolah terhubung satu sama lain, ketika Indah tiba-tiba berbalik dan mengangkat tangannya tiba-tiba satu tangan Oniel meraih tubuh Indah.

Indah menutup matanya, membiarkan Oniel membawa tubuhnya. Indah mengangkat tangannya kembali lalu merentangkannya.

Air di botol kecil yang selalu ada di pinggangnya keluar begitu saja dan menembak ke arah langit.

Mereka melompat turun bersamaan dengan datangnya hujan yang tiba-tiba. Ketika air itu mengenai kulit para Demon, kulit mereka langsung menunjukkan luka bakar yang menganga.

Mereka turun tepat di gerbang perbatasan di mana Gita sudah menunggu dengan busur dan anak panahnya yang siap menembak serta gerbang besar perbatasan yang sudah tebuka lebar di belakangnya.

Tepat setelah teman-temannya sampai, Gita melepaskan anak panahnya. Satu anak panah itu berubah menjadi ribuan anak panah yang diselimuti api dan jatuh mengelilingi distrik empat.

Gita bergegas mundur menyusul teman-temannya yang berusaha menutup gerbang. Tepat setelah gerbang raksasa itu tertutup, Gita merentangkan tangannya ke depan diikuti oleh Shani.

"Kau siap?" tanya Shani. Gita mengangguk dengan pasti, menatap fokus pada anak panah miliknya

"Fire Dome!"

The Descendent Of The RoyalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang