D-1

637 93 15
                                    

Author POV

Gita dan Gracia memperhatikan teman-teman mereka yang masih tertidur lelap, bersandar pada tubuh Fate dengan nyamannya.

Gracia kini beralih menatap Gita, walau terlihat memperhatikan sekitar, tangan gadis itu tetap sibuk mengusap kepala Kathrina. Beberapa kali memberikan tepukan menenangkan ketika gadis itu bergerak gelisah.

"Kau sama sekali tidak menahan diri." ucap Gracia.

Gita menatap Gracia tidak mengerti, namun ketika tahu arah pandang Gracia, Gita sontak tahu apa yang gadis itu maksud.

"Aku menyukainya sejak awal. Hanya saja saat itu aku masih berpikir aku bisa kembali ke duniaku." jawab Gita.

"Kuharap aku bisa sepertimu. Kupikir itu akan mudah. Namun melihat kembali dirinya adalah seorang tuan Putri membuat aku harus melihat diriku sendiri. Sejak awal, aku bahkan tidak mengenal orang tuaku ataupun keluargaku." ujar Gracia dengan miris.

"Bukankah kau memiliki kami sekarang?"

Gita beranjak mendekati Gracia, berjongkok di hadapan gadis mungil itu lalu menepuk kepalanya. "Bukankah kami keluargamu sekarang? Jangan menganggap kami ini orang lain." ujarnya.

Gracia terdiam menatap Gita. Gadis itu berucap tanpa ekspresi, namun entah mengapa ia bisa menangkap senyum kecil dari sana. Ia merasakan kehangatan di hatinya.

"Kalau tahu kau semanis ini, harusnya sejak awal aku menyukaimu saja." Gita menyentil mulut Gracia pelan.

"Aku menolak karena aku adalah milik Kathrina." jawab Gita lalu kembali duduk di tempatnya.

"Tidurlah, kita akan kembali berjalan setelah kita bangun lagi nanti."

Beberapa jam kemudian, mereka semua telah terbangun. Oniel menggunakan kemampuannya untuk melihat keadaan di luar.

Merasa keadaan telah menjadi lebih baik, Oniel kembali membuka tanah dan membawa mereka ke permukaan.

"Kemampuanmu semakin baik, Oniel." puji Shani.

"Mimpi apa aku semalam hingga dipuji oleh tuan Putri." canda Oniel. "Sudahlah, mari kita lanjutkan perjalanan."

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Oniel menaiki Fate bersama Gita.

Wajah tengil kedua gadis itu menghilang, menatap lurus ke depan dengan datar dan tajam.

"Bagaimana jika mereka jauh lebih kuat dari kita?" tanya Oniel.

"Kita hanya punya dua pilihan, menang telak atau menang dengan berkorban." jawab Gita.

"Kau yakin akan menggunakannya jika kita kalah?" Gita mengangguk. "Mengapa kita mau berkorban untuk mereka, ya?" ucap Oniel terkekeh kecil.

"Bukankah karena kita mencintai mereka?"

Oniel tersenyum kecil lalu mengangguk. Mereka kembali diam memperhatikan perjalanan mereka.

Perjalanan kali ini tidak juga lancar, beberapa kali mereka melawan beberapa monster yang tiba-tiba mencegat mereka.

Di perjalanan kali ini, mereka benar-benar menunjukkan peningkatan kemampuan mereka masing-masing.

Gracia dan Chakram miliknya memiliki ketangkasan yang semakin baik, memotong lawan mereka tanpa ragu. Membuka jalan untuk mereka tetap maju.

Begitupula dua saudara ini. Kemampuan keduanya meningkat pesat hingga mereka berdua terkagum. Tanpa sadar, Gita dan Oniel tersenyum dibalik masker mereka.

Keduanya sampai di depan sebuah gerbang distrik satu. Gerbang besi dengan tinggi menjulang itu dijaga oleh puluhan orang dengan baju zirah.

Tidak heran, distrik satu adalah distrik elite. Tempat dimana banyak elementer dan penyihir tinggal. Tempat ini juga termasuk distrik terdekat dari wilayah kebangsawanan sehingga penjagaan ketat seperti ini sangat dibutuhkan.

The Descendent Of The RoyalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang