Author POV
Setelah menghabiskan waktu dua malam menginap di rumah Indira, keenam gadis itu sudah mendapatkan identitas penghuni distrik satu.
Mereka berkumpul di ruang tamu rumah keluarga Indira. Bukan hanya berdelapan, Chika juga datang untuk ikut membahas mengenai mereka.
Amanda menyodorkan identitas baru milik mereka semua dengan senyum mengesalkan.
"Lihat, ini mudah-kan? Dalam dua hari kalian bisa mendapatkannya." ujar Amanda sombong.
"Tcih sombong sekali!" sahut Indah kesal.
"Heihei aku hanya bercanda." Amanda mengayunkan kedua tangannya dengan panik ketika melihat Indah mengangkat tangannya.
"Berhenti bermain-main. Jadi, bagaimana rencana dan permintaan kami?" tanya Oniel.
"Kalian tenang saja. Kami sudah pastikan tidak ada yang tahu identitas asli kalian terutama ka Shani. Mengenai rencana itu, kami siap membantu. Barang-barang yang kalian minta sudah tersedia. Kita siap berangkat kapanpun. Walau wilayah ini adalah yang terdekat dengan wilayah kerajaan, kenyataannya butuh sehari semalam untuk datang ke sana tanpa menaiki partner. Jadi kita harus menghemat tenaga." jelas Indira.
"Baguslah. Beruntung kami menggunakan penutup wajah kemarin. Malam nanti kita bisa berangkat." putus Shani.
"Anu...aku, aku juga ingin membantu." ucap Chika pelan.
Shani bertatapan dengan Gita. Mereka sudah membicarakan ini sebelumnya. Ia yakin, Chika akan mengatakan hal ini. Namun ini jelas tidak mungkin.
Mereka tahu, Chika iri melihat teman-temannya yang siap maju untuk bertarung, namun mereka jelas tidak bisa membawanya.
"Maaf, Chika. Kau adalah keluarga bangsawan, kau tidak bisa ikut dalam rencana kali ini karena sudah dipastikan mereka mengenali wajahmu." jelas Shani.
Chika menghela nafas dan mengangguk mengerti alasan yang dimaksud Shani.
"Namun, kau bisa membantu melindungi kami bersama Indira. Kau bisa mengawasi kami dari jauh, jika saja nanti rencana kami gagal, kau bisa membawa kami pergi dari sana. Bagaimanapun, rumahmu memiliki jarak paling dekat dengan kerajaan." lanjutnya.
Chika tersenyum kecil lalu mengangguk. Walau hanya mengawasi dari jauh, ia akan berusaha sebaik mungkin.
Akhirnya siang itu mereka habiskan sembari mengobrol santai setelah selesai membicarakan rencana mereka.
Hari mulai malam menuju larut. Tujuh gadis pemberani itu telah siap di depan rumah Indira dengan pakaian mereka masing-masing.
Diantar oleh para orang tua, Indira dan juga Chika, mereka melangkah bersama dalam diam.
Bukan perjalanan singkat, setelah sampai ke batas distrik satu, mereka harus melewati wilayah kebangsawanan termasuk rumah Chika.
Mereka memilih malam hari atau bisa disebut waktu tengah malam, agar tidak ada orang lain selain Chika yang mengetahui kepergian mereka. Mereka hanya takut terjadi kepanikan masal.
Akhirnya mereka sampai di batas terluar wilayah kebangsawanan. Si sana, beberapa pria suruhan keluarga Indira nampak menunggu mereka.
Tangan mereka menggenggam tali yang terhubung kepada seekor gajah dan dua ekor lembu berukuran besar dengan gerobak di belakang mereka.
"Kalian berhati-hatilah. Jaga diri kalian dan putriku baik-baik. Kembalilah dengan selamat." ucap Shania. Ia menepuk kepala Shani pelan sembari memberi banyak nasihat pada mereka.
"Kami akan baik-baik saja. Ibu juga, jagalah dirimu di sini." balas Shani.
"Aku memiliki tiga orang terhebat di sisiku. Kau tidak perlu khawatir." jawab Shania.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Descendent Of The Royal
FantasyDia tidak mengerti mengapa dia ada di sana dengan segala kerumitannya. Harusnya ia masih di rumahnya, menjalani kehidupannya yang menyedihkan. Bukan di tempat antah berantah yang bahkan tidak ia ketahui di mana. Ia masih berada di tubuh yang sama, n...