Author POV
Waktu telah menunjukkan hampir tengah malam, namun dua gadis yang kini tengah melanggar jam malam itu dengan mengendap malah melangkahkan kakinya menuju taman di dekat academy.
Ketika mereka sampai di danau buatan, mereka terpukau melihat langit yang seakan jatuh ke tanah. Cahaya bintang dan bulan terpantul sempurna di sana.
Gita merangkul Indah, senyumnya terpancar di sana melihat hal yang tidak akan dia temukan di dunianya. Indah-pun menyandarkan kepalanya ke pundak Gita, ikut menikmati pemandangan di hadapannya.
Mereka duduk di pinggir danau, menikmati hembusan angin yang menerpa tubuh mereka. Gita memakaikan mantel miliknya ke tubuh Indah ketika dia rasa suhu mulai turun.
"Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Oniel?" tanya Gita.
"Kami baik. Dia sedikit berjarak sejak dia bangun beberapa minggu lalu, tapi sisi baiknya, dia tidak lagi memperlakukanku dengan kasar." jawab Indah dengan senyum serupa namanya.
"Apa yang terjadi padanya?"
"Dia kalah berjudi dan dihajar habis-habisan hingga tidak sadarkan diri selama seminggu. Aku tidak munafik, aku bersyukur karena kejadian itu membuatnya berubah. Yah walaupun aku merasa dia menjadi orang lain."
"Kalian akan baik-baik saja." ucap Gita sambil menggenggam tangan Indah.
"Kau juga sama, sejak kau terjatuh dan tidak sadarkan diri, kau menjadi lebih baik. Kau tidak lagi memperlakukan orang lain dengan buruk. Terima kasih sudah memperlakukan adikku dengan baik." Indah kembali menyandarkan kepalanya ke pundak Gita sambil mempererat genggaman tangan mereka.
"Kau sama sepertinya, melanggar jam malam di saat masih menjadi murid baru di sekolah ini. Bedanya, dia sendirian, bukan bermesraan sepertimu."
Keduanya menoleh, mendapati Raijū yang sangat mereka kenal dengan ciri khas trisula di kepalanya.
Gita sontak menarik Indah untuk berdiri, menyembunyikan tubuh gadis itu di belakang tubuhnya.
"Ada apa? Kau memutuskan untuk jadi partnerku?" tanya Gita setengah berbisik, takut para penjaga mendengarnya.
"Tcih jangan harap!" sahut Raijū itu berdecih.
"Ck, kenapa kau mempersulitku? Kita bahkan tidak punya masalah sebelumnya!" sentak Gita kesal.
"Salahkan ayahmu yang pernah memaksaku menjadi partnernya." sang Raijū menggeram kesal.
"Itu tidak ada hubungannya denganku. Kami dua orang yang berbeda." geram Gita.
"Hmm mungkin kau benar. Kurasa kau tidak sekuat si brengsek itu." Gita mengepalkan tangannya kuat ketika mendengar itu. "Begini saja, mari kita bertaruh, kalau kau bisa mengalahkanku, aku akan menjadi partnermu. Kalau tidak, biarkan aku mencabikmu sampai mati." lanjut sang Raijū.
"Gita, jangan terima. Saat ini kita tidak memiliki senjata atau kekuatan apapun. Kita tidak akan bisa mengatasinya." cegah Indah mencengkram baju belakang Gita.
"Aku akan baik-baik saja. Jangan terus membuatku iri dengan kalian." Gita melepaskan cengkraman tangan Indah lalu menepuk kepala gadis itu. Dengan senyum kecilnya, Gita meminta Indah sedikit menjauh.
Gita memasang kuda-kudanya, menatap sang Raijū dengan tajam. Ia yakin dia tidak akan menang kali ini, namun dia juga tidak mau kalah melawan serigala putih mengesalkan ini.
Keduanya akhirnya bertarung. Dari sejak dimulai-pun sudah terlihat kalau permainan ini di dominasi oleh sang Raijū.
Indah sendiri hanya memandang dari jauh dengan khawatir. Bukan hanya khawatir kalau Gita terluka, dia juga khawatir kalau mereka akan ketahuan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Descendent Of The Royal
FantasyDia tidak mengerti mengapa dia ada di sana dengan segala kerumitannya. Harusnya ia masih di rumahnya, menjalani kehidupannya yang menyedihkan. Bukan di tempat antah berantah yang bahkan tidak ia ketahui di mana. Ia masih berada di tubuh yang sama, n...