Alatha berlari kencang menuju toilet sambil mengusap air mata yang sudah membasahi kedua pipinya sedari-tadi. Ia masuk ke dalam toilet, menghadap kearah cermin.
"Aaaaarrghhhhh!!!!" Alatha menjerit sekuat-kuatnya sambil menjambak-jambak rambutnya sendiri. Ia menutup wajahnya, lalu menangis.
"Gue lemah banget!!" umpatnya. "Kenapa gue gak bisa lawan, sih?!" lanjut Alatha masih dengan menutup wajahnya.
Alatha memukul-mukul kuat pinggiran wastafel yang ada di hadapannya. Saat ini ia membutuhkan kesendirian, padahal dirinya selalu sendiri.
"Huhhhh." Alatha menghela napasnya kasar. Dengan cepat ia putar keran air dan langsung mengusapkan air tersebut ke mukanya.
Alatha menatap lagi wajahnya di cermin. "Gue gak boleh nangis, gue kuat. Iya, gue kuat," ujar Alatha kepada dirinya sendiri.
"Orang kuat juga butuh nangis, loh," ucap seorang lelaki dari pintu toilet. Alatha terkejut dan langsung menghadap ke sumber suara. Alatha mengelap wajahnya dengan lengan bajunya dan berniat untuk keluar dari toilet itu.
Ketika sudah di dekat pintu toilet, Alatha menatap lelaki yang sedang bersender sambil melipat tangan di dadanya. "Minggir, Kak Galang," ucap Alatha.
Namun, Galang tetap berada di tempatnya; tak bergerak sedikit pun. "Tolong minggir, Kak," ucap Alatha lagi.
Galang tetap saja diam di tempatnya. Sampai tangannya mengelus dahi Alatha yang terlihat sedikit berdarah.
"Shh, aww!!" lirih Alatha sambil memegang dahinya.
"Dahi lo berdarah. Ayo ke UKS," ucap Galang berjalan meninggalkan Alatha. Alatha malah diam terpaku di tempatnya.
Galang yang menyadari Alatha tidak mengikutinya, justru membalikkan badan. Galang menaikkan satu alisnya, menandakan dirinya sedang keheranan. "Ayo," ajak Galang.
"E-enggak usah, Kak. Ini gak apa-apa kok," balas Alatha.
Galang yang tak sabaran sekaligus gemas dengan tingkah adik kelasnya ini akhirnya berjalan mendekati Alatha. Ia pegang tangan Alatha sembari melontarkan senyuman kepada Alatha. Alatha terkejut bukan main. Ia semakin deg-degan.
"Ayo," ajak Galang dengan suara yang lembut. Akhirnya Alatha mengikuti ajakan Galang dan mulai berjalan bersama Galang. Bergandengan.
***
Sesampainya di UKS, Galang langsung menyuruh Alatha duduk di atas kasur yang tersedia disitu. Alatha pun mengangguk dan duduk di atas kasur tersebut.
Galang segera mengambil kotak P3K dan langsung mengeluarkan obat yang ia butuhkan untuk mengobati luka Alatha. Ia juga memberikan handuk kepada Alatha untuk mengeringkan bajunya yang tampak basah.
"Hadap sini," ucap Galang yang duduk di samping Alatha. Alatha menurut dan langsung menghadapkan dirinya ke arah Galang.
Galang langsung memberikan obat ke dahi Alatha dengan hati-hati; takut membuat perih. "Shh, aduh.." lirih Alatha ketika merasakan perih di dahinya.
"Sabar, dikit lagi," ucap Galang yang masih sibuk dengan aktivitasnya. Setelah dirasa cukup, Galang langsung memberi plaster di dahi Alatha. Ia menyimpan kembali obat-obat tersebut ke dalam kotak P3K.
"Udah," ujar Galang.
"Lo gak balik ke kelas?" tanya Galang.
"Iya, ke kelas," jawab Alatha sambil menunduk. "K-kakak, gak ke kelas?" Alatha bertanya balik kepada Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Cahaya
Teen FictionAlatha, seorang gadis lusuh yang tidak mendapatkan keadilan dari orang tuanya. Tak hanya itu, ia juga dibenci oleh teman-temannya karena suatu hal yang pernah terjadi di masa lampau. "Kenapa gue begini!?" Keluhan selalu keluar dari mulutnya...