16 : Bingung

30 23 1
                                    

    Kini Galang sedang duduk di balkon kamarnya. Menghirup udara malam dan sesekali memandangi langit. Ia memikirkan tentang dirinya bagaimana ke depannya.

    Ia bingung harus bagaimana menjalin hubungan duluan dengan gadis itu. Ya, Alatha. Pikiran laki-laki ini seperti sudah terkena virus oleh Alatha, sehingga setiap saat isi pikirannya pasti tentang gadis itu.

    Hari ini, ia tak ada berbicara apa pun dengan Alatha. Bahkan untuk beradu tatap saja tidak. Ia masih memegang kata-kata Alatha, yaitu menjauhi dirinya. Tapi, ia ragu untuk melakukan itu sebenarnya, ia tak tega. Apalagi ia disuruh menjauhi Alatha tanpa ada alasan yang jelas.

    Namun, ada hal yang membuat Galang bertanya. Siapa perempuan yang dari tadi bersama Alatha di kantin? Mereka hanya berdua dan Galang belum pernah melihat dia sebelumnya. Dan ini juga kali pertamanya Galang melihat Alatha bersama seorang teman di sekolah.

    Selama ini, Alatha selalu sendiri. Namun sekarang, ia sudah tak lagi sendiri. Galang memandangnya dari kejauhan, di sudut kantin, tempat favorit The Acquilla.

    Ah, isi hati Galang kini bercampur aduk. Ia sakit hati sekaligus bingung dengan sifat Alatha. Ia sangat ingin menceritakan ini kepada seseorang dan mendapatkan tanggapan dari orang tersebut. Galang menginginkan waktu sharing, tapi ia tak tahu kepada siapa.

    Helaan napas panjang keluar dari mulut Galang. Pandangannya mulai menunduk, menatap lantai putih yang ada di bawahnya. Ia sedang berpikir. Jatuh cinta itu memang rumit.

    Seketika Galang teringat dengan satu orang. Ia tahu kepada siapa ia membagi ceritanya. Tangannya dengan cepat mengambil handphone-nya dan langsung membuka WhatsApp.

    'Zi,' tulis Galang. Sudah diketahui bahwa pesan itu ditujukan untuk Zio.

    Zio online, namun ia lambat membalasnya. Mungkin ia sedang sibuk dan ada yang harus dilakukan di WhatsApp.

    Galang berdecak dan langsung menekan tombol keluar di handphone-nya. "Sibuk dia," ucapnya.

    Tak lama, Galang mendapatkan sebuah getaran dari handphone-nya. Menampilkan notifikasi pesan dari Zio.

    'Apa, Lang?' tanya Zio di dalam chat.

    Galang langsung menekan notifikasi itu dan langsung membalasnya. 'Temenin gue, Zi,' ketik Galang.

    'Kemana?' tanya Zio.

    'Kafe.'

    'Mau ngapain emangnya? Mau curhat lo, ya?' tebak Zio di seberang sana.

    'Iya, tau aja lo. Siap-siap lo biar gue jemput. Enggak pake lama,' ketik Galang.

    'Oke, siap.' Setelah mendapat balasan dari Zio. Galang langsung mematikan data handphone-nya dan langsung beranjak bangkit. Ia berjalan ke arah lemari bajunya dan langsung memilih pakaian yang ingin ia pakai malam ini.

***

    Suara ramai menghiasi kafe malam ini. Kebanyakan pengunjung lebih suka datang pada malam hari. Selain melepas penat, mereka juga lebih banyak waktu jika ingin nongkrong di malam hari.

    Ada yang sendirian, ada yang membawa sahabat, ada juga yang membawa pacar. Semua sibuk dengan aktivitas masing-masing sambil mendengarkan lagu dari band andalan kafe tersebut.

    Zio memandangi sekitar sambil mengaduk-aduk minuman yang sudah ia pesan tadi. Sedangkan Galang, ia fokus kepada handphone-nya.

    "Hoy!!" tegur Zio sambil memukul meja makan mereka.

Mencari CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang