23 : Dinda

76 45 94
                                    

    Galang segera berlari meninggalkan Zio. Dengan cepat lelaki itu menghampiri orang yang dari tadi ia tunggu-tunggu kehadirannya.

    Perempuan ini sudah berada tak jauh di depannya. Butuh beberapa langkah saja, Galang sudah sampai pada perempuan itu.

    "Heh, lo!" panggil Galang sambil setengah berlari. Ia memelankan laju larinya, karena ia sudah dekat dengan perempuan itu.

    Perempuan yang dipanggil itu tak menoleh sedikit pun. Mungkin ia berpikir kalau bukan dirinya yang dipanggil.

    Galang berdecak kesal. Ia melangkah sedikut lebih dekat ke perempuan itu. "Hey," sapa Galang sambil menepuk bahu perempuan itu dari belakang.

    Sontak perempuan itu langsung membalikkan wajahnya. "Oh, ada apa, Kak?" tanya perempuan itu. Ia sedikit mendongak melihat Galang. Entah karena dirinya yang pendek, atau karena badan Galang yang terlampau tinggi.

    Galang menatap perempuan itu. Ia seketika teringat akan sesuatu. Sesuatu yang ia lupakan beberapa tahun lalu. Kejadian ini terulang kembali, di tempat yang sama pula.

    Tatapan gadis ini kepada Galang, gaya berpakaian, gaya bicara, tempat mereka bertemu, seperti pernah Galang alami sebelumnya. Ia seperti deja vu saat ini.

    "Kak?" panggil perempuan itu. Tangannya ia lambaikan ke hadapan wajah Galang. Lelaki itu terlihat melamun dari tadi.

    Galang yang menyadari panggilan itu langsung mengerjapkan matanya dan kembali fokus dengan perempuan ini. "Ah? Iya," ucapnya.

    "Kenapa tadi manggil, Kak?" tanya perempuan ini.

    "Gue mau bicarain sesuatu sama lo, bisa duduk dulu?" tanya Galang sambil melirik ke arah bangku depan kelas.

    "Ohh, boleh, kok," ucap perempuan itu.

    Galang mengangguk dan mendekati bangku itu. Ia mulai mendudukkan tubuhnya beriringan dengan perempuan itu yang juga sedang mendudukkan dirinya.

    "Mau bicara soal apa, Kak?" tanya perempuan itu membuka pembicaraan.

    "Alatha." Galang menjawabnya singkat. Ia ingin langsung to the point, karena sebentar lagi waktunya bel berbunyi. Tapi sepertinya hal ini tidak bisa dibicarakan secara singkat.

    "Oh, Alatha. Kenapa, Kak?" tanya perempuan itu lagi.

    "Eh, kenalan dulu. Masa' iya langsung ngomong aja. Kenalin, gue Galang," ucap Galang memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.

    Perempuan itu memandang tangan lelaki itu, lalu tersenyum. "Dinda," ucap perempuan itu. Ia membalas uluran tangan lelaki itu dan langsung menjabatnya.

    Dinda? Namanya Dinda? Galang mengingat-ingat nama itu. Apa hubungan Dinda selama ini dengannya? Galang terus saja mencoba mengingat-ingat, namun sia-sia. Mungkin ia akan memikirkannya nanti.

    "Oke, lanjut ke topik. Emm, hubungan lo sama Alatha itu apa, Din?" tanya Galang.

    "Hmmm... Cuma sahabatan aja, Kak." Dinda membalas sekenanya.

    "Udah berapa lama lo sahabatan sama dia?" tanya Galang lagi.

    Dinda tampak berpikir. Ia mencoba-coba mengingat hal itu, ia tak pernah menghitungnya sebelumnya. "Udah berapa lama, ya? Ah, baru 4 hari," ucap Dinda yakin.

    Galang membulatkan kedua bola matanya. "Ha? Masa', sih?" ucap Galang tak percaya.

    Dinda menganggukkan kepalanya yakin. "Beneran, Kak. Kenapa emangnya?" tanya Dinda.

Mencari CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang