Keheningan menyelimuti mereka berdua. Dari tadi, tak ada percakapan antara Galang dan Alatha. Mereka sibuk bergelut dengan isi pikiran masing-masing.
Yang satu bingung ingin memulai dari mana, dan yang satu lagi merasa sangat bersalah. Aduh, mungkin mereka berdua akan begini terus sampai jam istirahat selesai.
"Gue mau ngomong," ucap Alatha dan Galang bersamaan.
Sontak mereka terkejut dan saling bertatapan.
"Duluan, Al," suruh Galang.
"Kakak aja duluan," tolak Alatha dengan pandangan menunduk.
"Lo aja duluan," suruh Galang lagi.
"Ih, kakak aja." Alatha menolak ucapan Galang.
"Lo aja."
"Kakak."
"Lo."
"Kakak!!"
"Ya udah, gue duluan." Akhirnya Galang pun mengalah. Ia menghela napasnya dalam-dalam, mempersiapkan narasi yang akan ia ucapkan kali ini kepada Alatha.
"Gue mau lo jujur," lanjut Galang.
Galang menatap kedua netra indah Alatha dalam. Ia meminta keseriusan sekarang. Tak ingin ada dusta di antara mereka berdua.
"Apa alasan lo nyuruh gue buat menjauh dari lo?" tanya Galang. Bodoh! Kenapa ia malah bertanya seperti itu? Kan tujuan utamanya adalah meminta maaf kepada Alatha, bukan menuntut kejelasan.
Alatha tak menjawab sepatah kata pun. Ia juga tampak bingung hendak menjawab apa.
"E-emm... Gini, gue minta maaf kalau gue punya salah sama lo, Al. Terserah lo mau maafin gue atau enggak, intinya gue enggak mau jauh kayak gini sama lo," ucap Galang.
Alatha terus menunduk, ia sekarang semakin merasa bersalah. Isi kepalanya sekarang sudah penuh dengan kebingungan. Ia menyuruh Galang untuk menjauh darinya, semata-mata hanya untuk dirinya sendiri. Ia hanya ingin aman dari seorang Rebecca.
Namun hal itu ternyata salah. Sangat salah. Alatha menyuruh Galang untuk menjauh darinya tanpa memikirkan hati dan perasaan Galang. Ia hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Alatha merasa dirinya sudah terlampau jahat.
"Jawab, Al," ucap Galang sambil menatap sendu ke arah Alatha. "Gue cuma minta kejelasan dari lo. Kasih alasan yang bikin gue puas," lanjut Galang.
"Gue minta maaf, Kak," ucap Alatha cepat.
Galang menyipitkan kedua matanya sekaligus menyorot wajah Alatha dari samping.
"Kenapa?" tanya Galang bingung.
"Kakak enggak ada salah. Justru gue yang salah," jawab Alatha yang terkesan menggantung.
Dahi Galang mengernyit bingung. Apa maksud dari ucapan Alatha barusan? Kenapa ada hal salah-menyalahkan?
"Maksud lo?" tanya Galang yang belum mengerti dengan apa yang diucapkan Alatha.
Alatha menghembuskan napasnya. Tangannya terus saja bergerak, ia sekarang gelisah dan semakin takut. Ia takut jika Galang akan membencinya jika memberi tahu alasan sebenarnya ia menyuruh Galang untuk menjauh darinya.
Kini Alatha menatap kedua mata Galang. Ia harus berani melakukan itu. Ia harus jujur dan memberi tahu hal yang sebenarnya. Karena memang benar, Galang tak bersalah dan Alatha sendiri lah yang bersalah, menyuruh orang menjauh tanpa memberi alasan sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencari Cahaya
Teen FictionAlatha, seorang gadis lusuh yang tidak mendapatkan keadilan dari orang tuanya. Tak hanya itu, ia juga dibenci oleh teman-temannya karena suatu hal yang pernah terjadi di masa lampau. "Kenapa gue begini!?" Keluhan selalu keluar dari mulutnya...